Singgasana Magis Arcana

Asumsi



Asumsi

0Hujan yang turun dari langit bagaikan air terjun, memisahkan orang-orang di rumah jamuan dari dunia luar. Saat itu, banyak dari para penyihir merasa bingung, seolah mereka baru saja dibuang oleh dunia nyata.     
0

"Hujan di Bulan Api selalu tidak bisa ditebak." Di dalam rumah jamuan, Drummond menatap hujan di luar lewat jendela sambil memegang segelas wine.     

Sambil melihat kegelapan di luar dan mendengar kalimat Drummond, Isabella tersenyum. "Kekuatan alam selalu lebih kuat daripada sihir. Hanya archmage legendaris yang punya kekuatan mengendalikan cuaca dalam skala besar."     

"Kilat dan petir akan berlalu, seperti halangan yang kita hadapi. Teori sihir kuno dan gereja yang kuat serta kejam akan lenyap atau dikuasai oleh arcana dan sihir. Takdir seperti roda besar yang berputar maju. Apa saja yang ada di jalannya akan terlindas. Apa yang sudah ketinggalan zaman akan dibuang. Aku senang dunia sehabis hujan karena semuanya jadi bersih ... seperti dunia baru," kata Drummond percaya diri.     

Hujan deras masih berlanjut di luar.     

...     

Petir dan kilat mengendalikan langit Allyn hanya dalam waktu singkat.     

Sungguh Lucien tidak menyangka bahwa kemarahan dari seorang arcanis agung bisa membawa perubahan cuaca mendadak dan mengerikan. Lucien merasakan tekanan yang amat besar sampai dia kesulitan bernapas.     

"Dunia itu tidak berkesinambungan? Dunia itu tidak berkesinambungan?!" Geraman Fernando bahkan lebih keras dan semakin ganas daripada gelegar petir di luar. "Tapi ini cuma asumsi!"     

Lucien tidak gentar menghadapi badai itu. Sebagai gantinya, Lucien menjawab pelan tapi tegas, "Tapi sekarang hanya ini asumsi yang memungkinkan."     

Dengan suara gelegar, petirnya menggila. Ada beberapa kilat di mata Fernando.     

"Satu-satunya asumsi? Beraninya kau bilang kalau kau memisahkan semua kemungkinan yang ada? Beraninya kau?!"     

Mata hitam Lucien sedalam danau. Dia menjawab tenang, "Eksperimen terbaru kita telah menyisihkan semua kemungkinan dari penjelasan lain. Selain itu, sekarang kita tidak punya apapun sebagai bukti untuk menyanggah asumsi ini."     

Fernando dan Lucien melakukan eksperimen bersama. Dalam benak Fernando, dia tak bisa berkata-kata. Namun dia tetap tidak goyah.     

"Kau ingin bukti? Seluruh dunia ini buktinya!"     

Lucien tersenyum, dan senyumnya lembut. "Tuan, sifat dunia selalu menjadi misteri. Apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan itu terbatas, seperti fakta bahwa dunia dalam mata arcanis kebanyakan dan mata arcanis agung selalu berbeda. Sebelum kita menemukan penjelasan lain, kita harus menerima asumsinya dulu untuk sementara. Tuan, dulu Anda pernah bilang kalau pengalaman masa lalu dan pengetahuan kita juga bisa menjadi halangan."     

Mendengarnya, Fernando terdiam. Sang Lord of Storm berdiri diam di sana. Angin di sekitarnya mengibarkan mantel merah terang miliknya. Setelah sekian lama, kilat menghilang dari matanya, begitu juga badai di luar.     

"Ini hanya asumsi sementara. Aku akan terus menelitinya dan mencari penjelasan lain." Fernando menghela napas singkat, dan suaranya terdengar agak lelah.     

"Apa Anda baik-baik saja?" tanya Lucien khawatir.     

"Untungnya ini hanya asumsi sementara." Fernando mengulang, "Kalau kau punya bukti kuat untuk mendukung asumsimu, kepalaku pasti sudah meledak. Atau mungkin alasan kepalaku masih ada adalah dunia kognitifku sudah dipadatkan. Sejak apa yang kau bilang masih sebuah asumsi, aku punya waktu untuk berpikir dan mungkin mencari teori lain untuk menjelaskan formula itu. Tapi tentu saja, dari eksperimen yang kita jalani bersama, aku tahu ini tidak akan terjadi ... Mungkin teori baru yang akan kutemukan di masa depan akan mendukung asumsimu."     

Lucien tahu ini hanya permulaan. Akan ada hal yang lebih mengejutkan menunggu mereka. Bahkan ilmuwan terhebat di bumi, Einstein, gagal melanjutkan lebih jauh karena dia tak bisa menerima teori baru itu.     

Namun, tentu saja, Lucien tidak bisa mengatakan hal tersebut pada Fernando. Jalan menuju kebenaran dunia itu sangat kejam. Untungnya, Fernando masih bisa tenang. Sejauh ini, tidak ada satu pun archmage legendaris yang kepalanya meledak. Tidak ada yang tahu bagaimana penampakannya.     

Mungkin tidak akan terjadi hal-hal spesial, seperti saat kepala seorang penyihir tingkat menengah atau senior meledak, atau kekuatannya akan amat sangat besar sampai benda di sekitar archmage legendaris yang kepalanya meledak akan lenyap.     

Fernando berhenti sejenak dan menghela napas, tidak seperti Lord of Storm yang mudah marah, tapi terlihat seperti pak tua. "Kuharap aku tak pernah melakukan eksperimen di bidang radiasi termal. Kuharap hal-hal ini tidak pernah terjadi. Di masa depan, kita mungkin akan menghancurkan sistem arcana, dunia sihir, atau bahkan seluruh alam semesta. Sebelum hari ini, aku tak pernah berpikir bahwa energi dunia itu tidak berkesinambungan ... bahkan dunia sendiri juga tidak berkesinambungan, seperti serangkaian gambar! Bagaimana penyihir lain menanggapi asumsi ini?! Bisa kau bayangkan itu?"     

Lucien membenarkan Fernando dalam hati, karena lebih spesifiknya, dunia seperti film yang memiliki banyak frame. Dia berkata pada Fernando, "Banyak dari mereka akan ketakutan. Lalu mereka akan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa ini hanya asumsi, dan mereka hanya akan menggunakan formula, lalu sengaja mengabaikan apa arti formula itu. Sebagian kecil dari mereka kepalanya akan..."     

"Syukur kau paham." Fernando tampak lebih serius sekarang. "Kita harus amat hati-hati saat menyerahkan naskahnya, meski ini masih sebuah asumsi. Kirimkan naskahmu pada Douglas dulu. Mungkin dia adalah arcanis agung yang paling mau menerima asumsimu. Energi tak berkesinambungan ... dalam bagian dan jumlah kecil ... seperti partikel ... Kita bisa menyebutnya satu kuantum. Sementara untuk Hathaway dan arcanis agung lain, kita akan membagi naskahnya menjadi dua bagian, jadi mereka punya lebih banyak waktu untuk menerima kejutan besar saat membaca bagian pertama."     

Lucien selesai membuat naskah berdasarkan kalimat Fernando. Saat Lucien akan menyematkan nama gurunya pada naskah di depannya, Fernando berdiri tegak di kursi dan berkata serius padanya, "Penulisnya adalah kau sendiri. Aku tidak menerima asumsinya. Kaulah yang memiliki asumsinya."     

"Tuan..." Lucien amat terkejut.     

Fernando menatap Lucien. "Lakukan seperti kataku. Aku tidak ingin melihat namaku di naskah yang belum kuakui."     

Setelah mengirim surat, Fernando memejamkan mata untuk menstabilkan dunia kognitifnya, mempertimbangkan kemungkinan lain untuk menjelaskan formula. Ruangan itu menjadi hening lagi.     

Lucien juga mencoba tenang. Dia terlalu gugup untuk menyadari bahwa dirinya berkeringat deras dan jantungnya berdebar kencang.     

Di ruangan yang sunyi, waktu terus berjalan. Tak lama, hari sudah hampir sore, dan Lucien merasa dirinya telah mencapai batas dalam menghadapi suasana itu. Saat dia akan izin pulang lebih awal, secercah cahaya muncul di pojokan ruangan.     

Entah kenapa lingkaran sihir di ruangan itu tidak bekerja. Seorang pria tua tinggi berambut putih dengan mata biru berjalan keluar dari cahaya itu. Wajahnya tampak ramah dan murah hati, tapi kini tampak lebih serius dan syok.     

Sambil memegang tumpukan kertas di tangan, pria tua itu berteriak, "Fernando, ini hanya asumsi!"     

"Tapi ini juga satu-satunya asumsi!" Kali ini Fernando tidak mengelak.     

Lucien merasa atmosfer di ruangan itu mendadak berubah. Lebih spesifiknya, bahkan gravitasi di ruangan juga berubah! lucien sadar bahwa pria tua tinggi beruban itu adalah Douglas, presiden Kongres, sang Emperor of Arcana, sang Terpilih!     

"Tak peduli apa yang kaukatakan, kau tidak punya bukti!" Douglas mengernyit. "Ini bahkan lebih tak bisa dipercaya dibandingkan dengan jatuhnya kerajaan sihir kuno!"     

"Pengetahuanmu itu menghalangimu melihat lebih banyak hal, Douglas. Sejauh ini, hanya itu satu-satunya penjelasan yang bisa kita temukan." Dalam keadaan privat, Fernando terbiasa memanggil nama presiden langsung.     

"Kita butuh lebih banyak bukti!" Menghadapi teriakan itu, Douglas tetap bisa tenang.     

Setelah saling berteriak, keduanya mulai tenang. Biar bagaimanapun, apa yang mereka perdebatkan masih menjadi asumsi.     

"Lucien ... aku khawatir hanya pemuda sepertimu yang bebas dari pengalaman masa lalu yang bisa mengemukakan asumsi buruk ini." Douglas menghela napas singkat. "Meski ini masih sebuah asumsi, formula itu sendiri jelas sebuah nilai yang besar dan bisa memberikan kontribusi besar pada perkembangan perguruan Termodinamika. Aku yakin Cabin of Palmeira yang ada jauh di utara tidak akan mengabaikan pencapaianmu. Kau berhak mendapatkan Medali Ice & Snow."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.