Singgasana Magis Arcana

The Night Highland



The Night Highland

0Sebuah kastel yang suram dan tampak gelap berdiri di danau yang ditutupi dengan duckweed. Puncaknya mirip dengan tombak gaya kerajaan sihir kuno.     
0

Harold Hammer, sambil membawa tas berat berisi batu mineral di punggungnya, berjalan pelan menuju gudang kastel tersebut. Sebagai kurcaci di bawah umur, dia tidak sekuat kurcaci dewasa berotot yang bisa dengan mudah mengayunkan palu berat seperti mainan. Tas berisi mineral itu sangat berat baginya.     

Namun Harold tidak protes tentang pekerjaan keras karena setidaknya dia masih bisa bertahan hidup. Para kurcaci kuat itu tidak dipilih untuk menjadi makanan sang master vampire.     

Kastel itu milik Great Kindred Count yang namanya adalah Vlad Cecil. Lebih dari seratus desa kurcaci di sekelilingnya ada di bawah kendalinya. Vampire itu memilih 'daging dan darah yang murni' di antara mereka untuk dijadikan makanan, dan mengirim kurcaci lain sebagai budak untuk bekerja kuli di tambang serta kastel. Pagi dan malam, para kurcaci budak itu harus menambang logam spesial bernama emas needham dari dataran tinggi, begitu juga besi caramo serta mythril dari master vampire.     

Kelihatannya takdir para kurcaci sudah ditentukan begitu mereka dilahirkan. Mereka antara berakhir menjadi makanan vampire atau mati lebih cepat karena pekerjaan yang berat tanpa henti. Satu-satunya bagian menyenangkan adalah ketika mereka menemukan pasangan terkasih dan memiliki keturunan.     

Meski Harold tak pernah meninggalkan desa yang dikendalikan oleh kastel, dia dengar kurcaci yang hidup di sebelah selatan juga menderita seperti mereka. Semua kurcaci di dataran tinggi sangat menderita, hidup seperti hewan.     

Harold melihat ke langit malam dan rasi bintang cerah di atas dataran tinggi. Dia merasa kehilangan dan putus asa, bertanya-tanya apakah hidupnya akan berjalan seperti ini tanpa harapan dan jika kejayaan masa lalu kurcaci tidak bisa kembali lagi.     

Rasa sakit yang amat sangat terasa di wajah Harold begitu cambuk tebal meninggalkan luka yang dalam dan berdarah di wajah sebelah kiri. Lukanya memanjang dari hidung besar kurcaci hingga ke kanan.     

"Jalan!"     

Terdengar suara kejam, dan bayangan cambuk ada di depan Harold.     

Ya, beberapa kurcaci masih punya pilihan ketiga. Mereka bisa memilih mengacuhkan leluhur dan bersikap seperti anjing terlatih pada vampire untuk menjadi budak darah mereka, yang bertanggung jawab menyiksa saudara-saudara mereka sendiri.     

Count vampire yang elegan dan istimewa tidak akan melihat para pekerja tambang di tambang kotor itu sendiri, sehingga mereka butuh pelayan lain. Setiap dekapan akan memakan kekuatan darah asli mereka, dan vampire yang lebih lemah akan habis kekuatan darahnya jika mereka sering memberikan dekapan. Sehingga, bahkan vampire kuat pun tidak ingin punya banyak anak.     

Makanya jumlah vampire tidak pernah banyak. Kebanyakan pelayan mereka hanya pelayan darah yang darahnya dihisap habis oleh vampire tapi tidak akan mati. Mereka hanya boneka bagi para vampire.     

Para pelayan itu sekuat kesatria, tapi kekuatan mereka tidak bisa dikembangkan lagi. Jangka hidup mereka hanya sepersepuluh jangka hidup master, dan mereka tidak akan pernah membangkang.     

Harold menatap kurcaci yang berpakaian bagus serta membawa cambuk, kemudian menunduk dan menjawab pelan, "Baik, Butler Wells."     

Banyak kurcaci mati karena pengkhianatan mengerikan itu. Meski Wells hanya supervisor, dia lebih senang dipanggil butler. Saat butler vampir asli, Galata, muncul, Wells akan berlutut di tanah untuk mencium sepatu Galata.     

Wells yang berambut merah telah mencukur semua jenggotnya karena master Vlad sangat membencinya, sehingga wajahnya yang penuh tonjolan pun tampak. Melihat jenggot Harold berwarna coklat gelap yang bagus, Wells cukup kesal. Dia mengangkat tangan kanannya dan mencambuk Harold lagi.     

"Apa yang kau pikirkan? Kurcaci tidak perlu berpikir! Kau dengar? Dasar orang brengsek dekil!"     

Kelihatannya Well lupa pada fakta bahwa dia juga seorang kurcaci. Sebagai gantinya, dia menganggap dirinya sebagai pelayan agung bagi keluarga bangsawan.     

"Baik, Butler Wells." Harold menggenggam tas yang penuh dengan batu mineral semakin kuat.     

"Pergi dari hadapanku! Jalan!" bentak Wells.     

Setelah berjalan beberapa langkah, Harold mendengar suara Wells jadi lebih lembut dan itu menjijikkan. "Selamat sore, Madam Tess, Tuan Galata! Silakan lewat sini ... di sana kotor. Para kurcaci kotor itu tidak boleh sampai terlihat..."     

Tanpa melihat ke belakang, Harold bisa dengan mudah membayangkan sikap memuji Wells, dan betapa rapi pakaian butler Galata yang tinggi. Galata selalu memakai setelan hitam mahal dengan dasi kupu-kupu.     

Madam Tess pasti selalu menawan dan cantik. Dia punya rambut pirang yang berkilau dan tubuh proporsional. Mata sewarna gioknya tak pernah berubah setelah dia dijadikan vampire oleh dekapan dari Count Vlad.     

Jantung Harold mencelos ketika memikirkan Madam Tess. Dia adalah kurcaci wanita paling cantik yang terkenal di seluruh desa, dan dia dulu juga merupakan gadis impian Harold. Namun dia dipilih oleh count dan menjadi istri vampirenya.     

Angin sejuk dari dataran tinggi mengingatkan Harold apa yang harus dia lakukan. Harold menunduk dan berjalan maju pelan sambil membawa tas berisi batu mineral. Dia mendengar perintah dari belakang.     

"Cepat lakukan peleburannya. Hati-hati. Beberapa kurcaci yang berhasil kabur telah membentuk pasukan pemberontakan."     

...     

Saat malam tiba, Harold akhirnya selesai bekerja dan bisa istirahat. Setelah mendapat makanan—dua stik roti hitam—Harold siap kembali ke rumahnya di desa setempat.     

Sambil berjalan, dia melihat sekitar dan mendadak bersikap sangat waspada. Ketika memastikan sekitarnya aman, Harold jadi bersemangat dan cepat-cepat masuk ke jalan sepi dalam kegelapan.     

Setelah lebih dari 10 menit, Harold sudah melewati beberapa semak belukar yang tipis. Sebuah batu besar yang tampak biasa muncul di depan Harold. Setelah memeriksa sekitar dengan hati-hati, Harold dengan waspada berjalan ke sisi lain batu besar dan mengetuknya pelan.     

"Uap di atas," bisik Harold dengan suara sangat pelan menggunakan bahasa kurcaci. Meski kedengarannya seperti mantra, tidak ada kekuatan spiritual yang terlibat di sana.     

Batu besar itu mendadak terbelah seperti gerbang yang terbuka. Seorang kurcaci keluar. Setelah melihat sekitar, dia buru-buru berkata, "Masuk, Harold."     

Harold masuk ke dalam celah itu dengan gesit. Setelah kurcaci tersebut mengunci gerbang batu dari dalam, Harold memberinya sebuah stik roti dan berkata, "Paman Warren, aku harus turun ke bawah sekarang."     

"Pergilah, Nak. Sesepuh menunggumu," ujar Warren.     

Warren menggigit sedikit rotinya dan menelannya bersama air seolah dia kelaparan sejak lama.     

Harold tahu kekurangan makanan selalu menjadi masalah besar bagi pasukan pemberontak. Dia mengunyah roti hitam dan menelan air yang dia bawa bersamanya sambil berjalan turun. Dia sangat terkesan dengan istana bawah tanah yang dibangun oleh leluhur kurcaci.     

Dia penasaran kenapa leluhur kuat dikalahkan oleh vampire. Apakah tuhan sudah memutuskan untuk membuang mereka?     

Lukisan dinding di kedua sisi jalan tembus sangat luar biasa. Ada kapal terbang di langit, kapal uap di laut, meriam kuat yang mengincar naga, dan kereta uap yang berjalan di dataran ... Meski bukan pertama kalinya Harold melihat lukisan itu, dia tetap semangat seperti sebelumnya. Dia senang mendengarkan cerita kejayaan yang diceritakan oleh Sesepuh, Augustus Heartbroken. Saat dia membayangkan kehormatan dan kejayaan yang dulu jadi milik peradaban leluhur mereka, hati Harold dipenuhi dengan harapan.     

Di ujung jalan ada aula besar, bersama dengan dua baris ruangan kecil di kedua sisi. Raungan uap terus terdengar, dan kurcaci kuat sedang mengendarai palu uap untuk menempa senjata.     

"Hei, Harold." Seorang kurcaci dengan jenggot putih panjang mengangguk singkat. Ketika kurcaci melihat apa yang sedang diperhatikan oleh Harold, dia menghela napas. "Peradaban kita sudah hilang. Kita tidak bisa menduplikat mesin uap yang rumit, meriam, dan riffle lagi. Kita hanya bisa berusaha sebaik mungkin untuk membuat pedang dan kapak tertajam. Meski mereka cukup untuk membunuh pelayan darah, pedang dan kapaknya tidak bisa melukai para vampire."     

Cara sesepuh kurcaci itu bicara agak murung dan sedih.     

Beberapa kurcaci mencoba menyela ketika sesepuh kurcaci sedang bicara. Mereka menempati peringkat tertinggi dari pasukan pemberontak dan tidak ingin keputusasaan itu menular.     

Augustus memasang senyum damai dan berkata, "Myrna, Aquinas ... Kita harus membuat mereka tahu apa yang kita hadapi. Ya, memang tidak ada harapan. Tapi haruskah kita berlutut di tanah seumur hidup atau haruskah kita bertarung dan menumpahkan darah untuk menjaga kejayaan leluhur kita lalu mati seperti kurcaci sejati ... itu adalah pilihan kita."     

"Uap di atas!" Para kurcaci di ruangan kecil itu berteriak. Mereka toh akan mati, dan mereka ingin mati sebagai prajurit.     

Sambil membagi makanan, Augustus bertanya pada Harold apa yang terjadi di kastel. Alasan kenapa mereka memutuskan untuk bersembunyi di teritori Count Vlad adalah karena mereka dengar bahwa Count Vlad terluka saat dia ada di medan perang, sehingga dia harus tidur sewaktu-waktu untuk memulihkan diri.     

"Madam Tess telah mengirimkan pelayan darah untuk mencarimu..." kata Harold. Sebagai pekerja, dia tidak tahu banyak. Kemudian Harold melihat Augustus, dan matanya bersinar penuh harapan. "Bolehkah aku tahu tentang peradaban uap kuno?"     

Kurcaci perempuan muda yang cantik bernama Myrna juga menantikan ceritanya. Ceritanya bagaikan sinar mentari hangat yang bisa memberikan harapan pada semua orang di pasukan pemberontakan.     

"... Kita pada kurcaci ... pernah menguasai dataran tanpa batas. Kami punya kota luar biasa di pelabuhan boundless ocean dan di sepanjang Sungai Nigreen ... Saat itu, cerobong besi yang berdiri bagaikan hutan tinggi, dan asap yang keluar dari sana bisa menutupi langit...     

"Ada kereta uap yang bepergian antar kota. Dari sini ke utara hanya butuh beberapa jam. Setiap kurcaci bisa mendapatkan cukup makanan dan punya akses pada semua macam penemuan mesin. Kami punya lift uap yang bisa langsung membawa seseorang ke lantai atas gedung, dan kita selalu punya air panas karena ketel uap...     

"... Prajurit kurcaci yang pemberani meluaskan daerah kekuasaan kita yang dilengkapi dengan tas uap bertekanan tinggi, tangan mekanik, dan steam riffle. Kapal uap kami berlayar di laut. Meriam besar kami membuat musuh membungkuk..."     

Meski para kurcaci tidak tahu apa itu cahaya matahari, mereka masih mendengarkan ceritanya dengan sangat tertarik. Ceritanya bisa menunjukkan mereka apa itu surga. Mereka mendengar ceritanya sambil menatap lukisan dinding. Mereka bisa melihat kota yang subur dengan peradaban uap.     

Harold mengeratkan kepalan tangannya. Dia bersumpah dalam hati kalau suatu hari nanti dia akan membangun lagi kota para kurcaci.     

Saat bercerita, wajah Augustus dipenuhi dengan kebanggaan dan harapan.     

"Baiklah ... cukup hari ini. waktunya kita menyembah God of Steam, penguasa hidup dan mati." Augustus berdiri dan berjalan ke tengah aula, yang mana terdapat altar berbentuk aneh.     

"Apa itu berfungsi?" Kurcaci muda bernama Myrna bertanya agak bingung.     

Augustus menatapnya tajam dan berkata, "Saat kita menemukan tempat ini, kita menemukan ritual yang ditinggalkan oleh leluhur kami. Mereka sekuat dan sepandai itu, dan aku yakin mereka tidak akan menyia-nyiakan waktu mereka pada hal-hal yang tidak berguna. Mungkin leluhur kita dibuang karena mereka tidak menunjukkan hormat yang cukup pada God of Steam. Kita harus taat, jadi kita bisa mendapatkan kemurahan hati God of Steam lagi."     

Para kurcaci mengangguk semua. Dalam situasi yang penuh perjuangan ini, mereka tidak akan melepaskan harapan sekecil apapun.     

Sehingga, semua kurcaci berkumpul di depan altar. Sambil mengikuti sesepuh, mereka mulai menari dengan cara yang aneh.     

"God of Steam yang maha agung! Pengikut dan pelayanmu yang setia sedang berdoa."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.