Ranger Malam

Jejak Setengah Dewa



Jejak Setengah Dewa

0"Maaf. Aku hanya minum sendirian."     
0

Marvin tersenyum dan menghiraukan ekspresi aneh dari pemilik kedai sebelum pergi ke luar.     

Wajah Marvin menjadi serius sambil meninggalkan Pembisik.     

Ia dapat merasakan bahwa seseorang mengikutinya.     

Meski tidak jelas kekuatan dari mana sang pengejar itu berasal, mereka jelas tidak memiliki niat baik.     

Ini merupakan Kota Cahaya Suci, teritori Dewa!     

Marvin telah menyinggung begitu banyak orang di Dunia Dewa.     

Marvin merasa ada yang aneh ketika sang pemilik kedai mendekat. Pria muda itu memang begitu antusias.     

Jika ia menanyakannya beberapa informasi, ia akan membuka niatnya dan kemungkinan akan mendapatkan informasi yang salah.     

'Ingin melacakku?'     

Marvin menyindir dan memasuki gang sempit sebelum menggunakan Sembunyi.     

Ia mencapai pusat kota setelah melewati gang dan diam-diam mengirim beberapa Kembaran Kertas pada arah yang berbeda, maka menyingkirkan sang pengejar.     

Meski begini, ia tidak dapat mengetahui siapa yang mencoba bersiasat di belakangnya.     

Seorang yang melacaknya adalah seorang yang amat teliti. Siapapun dia, mereka tidak menunjukkan siapa mereka.     

'Apakah aku telah diawasi sejak aku memasuki kota ini?'     

Marvin ingat ketika tidak terdapat perubahan dari wajahnya ketika para penjaga melihatnya ketika memeriksa tiketnya.     

Ia terus mengingat, namun tidak menemukan beberapa kesalahan yang ia buat.     

Maka, kemungkinan besar bahwa mantra Keilahian digunakan untuk melacaknya!     

Karena ia berada di Kota Cahaya Suci, jika Pembantu Suci atau seorang pengikut dengan kemampuan setara menggunakan Kekuatan Ilahi untuk mengadakan Keilahian, hal itu akan begitu tepat.     

Maka, meski Marvin secara sementara mencoba mengalahkan para pengejarnya, mereka akan berusaha menemuinya lagi.     

Ia harus terus bergerak.     

Marvin menggunakan Sembunyi untuk merubah penampilannya sekali lagi dan memasuki kedai lain.     

Ia kali ini langsung menuju tujuannya. Setelah meyakinkan bahwa tidak ada yang memperhatikannya, ia menemukan Kurcaci yang nampak pintar.     

"Jika kamu melihat informasi, kemudian kamu datang ke orang yang tepat."      

"Tidak ada yang aku tidak tahu di Kota Cahaya Suci, namun harganya..."     

Sang Kurcaci yang serakah menekan kacamatanya dan menggosok kedua jarinya bersamaan.     

Marvin perlahan mendorong kedua Batu Esensi Darah.     

Sang Kurcaci tidak ragu menerima mereka dan dengan jumawa berkata, "Kamu dapat menanyakan pertanyaanmu sekarang."     

Maknanya ialah kedua Batu Esensi Darah hanya cukup untuk memulai percakapan. Informasi sebenarnya akan membutuhkan biaya tambahan.     

Namun Marvin memang sedang tidak punya uang kala itu. Ia masih memiliki banyak Batu Esensi Darah yang ia dapat dari Altar Setan.     

Ia akan lebih baik selesaikan lebih cepat karena ia hampir menyelesaikannya.     

"Aku mencari Setengah-Dewa. Namanya adalah Minsk, dan ia adalah anak dari Dewa Alam Kuno," Marvin berkata dengan cepat.     

"Minsk?" sang Kurcaci murung. "Sudah bertahun-tahun, dan seseorang masih mencari Minsk ini? Siapakah kamu di depannya?"     

Marvin dengan dingin dan serius menatap, "Aku hanya butuh membayar untuk informasi itu. Aku tidak butuh memuaskan rasa penasaranmu."     

Sang Kurcaci tertawa dan setuju, "Sesuai perkataanmu. Kamu ingin informasi mengenai Minsk? 10 Batu Esensi Darah."     

Marvin membayar tanpa ragu.     

Setelah menerima uang itu, sang Kurcaci dengan tenang berkata, "Pemuda, kamu terlambat."     

"Pendapatku, Minsk kemungkinan besar mati."     

Mata Marvin melebar.     

...     

Lima menit kemudian, Marvin meninggalkan kedai.     

Bagi Kurcaci, ia melihat punggung Marvin yang perlahan hilang dari pintu masuk dan kemudian dengan segera memanggil sang pemilik kedai mendekat.     

"Lihatlah kedua tuan dari Kuil Mimpi. Seseorang yang mereka cari telah muncul."     

"Oh iya, orang itu nampak mencari Minsk. Aku menganggap ini sebagai informasi tambahan saja, jangan meminta sesuatu dari mereka."     

Sang pemilik kedai mengangguk dan bertanya dengan penasaran, "Cerita yang kamu ceritakan mengenai Setengah-Dewa Minsk, apakah benar?"     

Sang Kurcaci melihatnya. "Benar. Aku menjual informasi. Reputasi memang begitu penting. Ini adalah dua masalah yang berbeda. Orang-orang Kuil Mimpi tidak membayarku untuk memberi kebohongan. Dan anak laki-laki itu dibayar dengan cukup, aku menyukai pelanggan seperti ini."     

"Oh, seorang pelanggan yang terus terang akan dibunuh oleh orang-orang Kuil Mimpi, sungguh kasihan."     

...     

Di sudut dari Kota Cahaya Suci, Marvin menyamar sebagai orang separuh baya dan perlahan mengunyah sepotong roti.     

Ia berpikir sambil berjalan.     

'Minsk sebenarnya pergi ke [Aula Hutan Belantara] yang dirumorkan... Situasi macam apa itu?'     

'Kurcaci itu seharusnya tidak berbohong. Ketika Minsk mengirim surat ke Dewan Burung Migrasi. Ia kemudian masuk, dan tidak ada berita darinya yang muncul sejak saat itu.'     

'Aula Hutan Belantara dikatakan seperti kuburan bagi para Legenda. Tidak ada yang keluar dengan hidup-hidup, bahkan bagi Setengah-Dewa. Tubuh ini sakit.'     

'Terlebih, Aula Hutan Belantara tidak selalu disana. Dikatakan bahwa di belantara timur dari Kota Cahaya Suci, namun tidak dapat dilihat setiap waktu. Tempat itu akan muncul sesekali di depan banyak orang.'     

'Namun nampaknya, banyak orang yang mengklaim telah melihat Aula Hutan Belantara dalam beberapa hari ini.'     

'Bukankah ini terlalu kebetulan?'     

Marvin murung.     

Pengalaman permainannya tidak banyak membantunya ketika di Aula Hutan Belantara.     

Gurun Kirmizi memang sebuah tempat yang tidak pernah dimasukkan ke dalam permainan, jadi Marvin hanya bisa terus maju.     

Berdasarkan informasi yang ia dapat dari Kurcaci, Aula Hutan Belantara dikatakan merupakan kuil yang menyeramkan yang dibangun oleh Dewa Jahat Kuno dari kebangkitannya.     

Ia mengklaim bahwa Aula Hutan Belantara memiliki banyak Artefak dan mantra kuat, namun tidak ada seorangpun kembali setelah memasukinya.     

Contohnya adalah Setengah-Dewa Minsk yang kehilangan kejayaannya.     

Bagi Dewa Alam Kuno yang terlelap, Dewa lain tidak menghargai Minsk lagi.     

Seperti Putri Bulan Perak, meski kekuatan Minsk tidak dapat mencapai puncak Alam Semesta, tidak ada yang mampu menantangnya.     

Namun karena situasi yang diluar kewajaran, ia memilih untuk memasuki Aula Hutan Belantara, dan seperti yang lainnya, ia tidak kembali.     

Jika itulah perkaranya, Marvin hanya harus kembali saja untuk melapor.     

Namun secara kebetulan, Aula Hutan Belantara, dimana telah tersembunyi sejak bertahun-tahun lalu, muncul sekali lagi.     

Kota Cahaya Suci perumahan timur tidak begitu damai. Banyak pengembara yang melihat jejak dari Aula Hutan Belantara.     

Seseorang bahkan mengklaim bahwa [Genggaman Cahaya Dingin] berada di Aula Hutan Belantara.     

Tidak jelas apakah kematian Putri Bulan Perak pada saat itu berkaitan dengan Aula Hutan Belantara.     

Tempat asing itu membuat Marvin teringat tentang Wilayah Mati dari Benua itu [ Taman Rahasia].     

Siapa yang tahu Aula Hutan Belantara merupakan jebakan atau bukan?     

Genggaman Cahaya Dingin juga mungkin merupakan pancingan, seperti Obat Sihir Raja Eric.     

Sang dalang dibelakang jebakan ini dan akan menelan semuanya yang telah masuk!     

...     

'Tidak perlu mengambil resiko besar karena misi Dewan Burung Migrasi.'     

Marvin berpikir dalam waktu yang lama sebelum akhirnya mengambil kesimpulan tersebut.     

Pohon Dunia yang lalu bukanlah sesuatu yang ia dapat selesaikan sendiri. Terlebih, Laut Lepas juga pergi ke Surga Laut Hijau untuk melihat jejak lainnya. Sisinya yang gagal bukan berarti bahwa tidak ada harapan.     

Berpikir demikian, Marvin bersiap untuk meninggalkan Kota Cahaya Succi sejenak.     

Namun perasaan diawasi muncul sekali lagi di dalam pikirannya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.