Ranger Malam

Marvin Ajaib



Marvin Ajaib

0Cahaya bersinar di Lumbung Tersembunyi. Sebuah suasana yang aneh.     
0

Tempat ini telah sepenuhnya ditinggalkan, tanpa gerakan sedikitpun.     

Orang-orang yang dikendalikan telah kabur seluruhnya setelah kematian Imam, meninggalkan markas yang kosong setelah ditemukan pasukan Pelabuhan Dermaga Hitam.     

"Apa yang terjadi, apakah anak muda itu membocorkan kedatangan kita?"     

"Membuat mereka kabur lebih dahulu?"     

Penyihir tingkat 3 memeriksa sekitarnya, sedikit jengkel.     

Seluruh Lumbung Tersembunyi nampak sepi. Seperti tidak ada makhluk hidup sedikitpun.     

Yang mereka lihat adalah dua mayat Anjing Osse, yang terpotong.     

Tidak ada apa-apa lagi.     

"Tuan, nampaknya tidak ada apa-apa disini."     

Beberapa kelas pencuri kembali dari pengintaian mereka dan melapor.     

Penyihir tingkat 3 memasang muka geram kepada Tucker. Yang kemudian berubah menjadi serius dan menggelengkan kepalanya.     

"Kamu harus mempercayaiku, Teman Lama," Tucker Tua berkata.     

Penyihir tingkat 3 segera mencari kantongnya, waspada. Menemukan barang masih disitu, ia kemudian bernafas lega dan berkata, "Aku mengerti skill yang kamu miliki."     

"Ayo maju ke depan."     

Namun pada saat itu, seorang kelas pencuri bergegas kembali, terengah-engah. "Tuan, aku menemukan sesuatu!"     

Tiga menit kemudian, semuanya data ke gua Perwira Imam!     

Terdapat tubuh Basilisk dan mayat dari Imam tingkat 2, begitu juga bekas pertarungan yang hebat yang tidak bisa dihilangkan...     

Mereka semua terkejut!     

Melihat dari jejaknya, jelas telah terjadi pertempuran hebat disini.     

Bagaimanapun, luka-luka para Imam itu amat mematikan.     

Kurang lebih lukanya sama seperti luka pedang yang diterima oleh dua Anjing Osse itu.     

"Basilisk ini seharusnya adalah Perwira dari Pemuja Ular Kembar yang bertransformasi..."     

Penyihir tingkat 3 berwajah penasaran, "Merubah dirinya menjadi Basilisk dan masih mencincang habis dirinya... Apakah ini perbuatan seorang Legenda?"     

Tucker Tua menggelengkan kepalanya.     

Ia merangkak ke arah Imam tingkat 2 dan perlahan memeriksa tanda-tanda kematian, dan berkesimpulan mengagetkan!     

"Hei! Teman Lama, percayakah kamu bahwa mereka semua telah dihabisi oleh bangsawan muda itu?"     

Sang Penyihir menyinggung, "Bukankah ia seorang Ranger mendekati tingkat 3?"     

"Ini tidak mungkin."     

Tetapi Tucker Tua menunjukkan nada yang serius. "Ini adalah luka belati yang sama."     

Sang Penyihir terdiam, ia melihat Tucker Tua dengan wajah geram dan ia semakin terkejut.     

Ia tidak tahu banyak tentang hubungan Tucker Tua dan bocah bangsawan itu, tetapi ia tahu Tucker Tua jarang sekali berbohong.     

Kemampuan Pelacak Kuracinya juga tidak diragukan lagi.     

"Ia telah berada disini," kata Tucker Tua sambil melihat bekas jejak kaki di tanah.     

Penyihir pun tetap terdiam.     

Bahkan jika ia tidak dapat menerimanya, seluruh petunjuk menuju ke arahnya!     

Seorang "Bangsawan muda tingkat 2" membunuh satu divisi Pemuja Ular Kembar sendirian!     

Ini bahkan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh pemegang kelas 3 sekalipun.     

Tetapi ia berhasil melakukannya.     

Ia hanya bisa bertanya, "Siapakah dia? Siapa namanya?"     

"Namanya adalah..." Tucker menjawab secara tidak sadar.     

Namun tiba-tiba, Penyihir tingkat 3 memotong pembicaraanya, "Stop!"     

Tucker Tua juga kaget.     

Keduanya melihat satu sama lain dan tetap diam.     

Mereka menyadari namanya tidak boleh disebutkan, bahkan di tempat tertutup!     

Orang-orang pada pasukan itu, dan kemampuan Pemuja Ular Kembar yang dapat menyelinap masuk ke dalam barisan... Bagaimana kalau seseorang berhasil mengintainya?     

Jika mereka menyebutkan nama pemuda ini, Patriarki Crimson mungkin akan mencoba membunuh anak berbakat itu ketika ia masih berkembang!     

Bahkan jika Penyihir tingkat 3 bermulut kasar, karena ia berteman dengan Tucker Tua, ia tentu orang yang memiliki tabiat yang baik.     

Ia kemudian berkata dengan suara lantang, "Periksa semuanya, temukan beberapa barang peninggalan Pemuja Ular Kembar."     

"Jika tidak ada, bakar semua ini."     

"Laporkan bahwa markas ini telah diatasi oleh garnisun Pelabuhan Dermaga Hitam. Penghargaanya tidak akan sedikit ketika kita kembali!"     

Semuanya setuju. Mereka tahu Penyihir itu melindungi pemuda itu dengan menarik perhatian dari Pemuja Ular Kembar.     

Pelabuhan Dermaga Hitam tidak takut dengan pembalasan Pemuja Ular Kembar. Mereka juga mendapat dukungan dari Aliansi Penyihir Selatan, tidak perlu khawatir!     

Tucker Tua perlahan berdiri, masih terkaget. Tetapi ia mengingat Marvin membunuh Laba-Laba Merah Elizabeth yang telah membuat permasalahan bagi dirinya selama bertahun-tahun, dan ia dapat bernafas lega.     

Dunia ini tidak kekurangan orang jenius.     

...     

Sungai bawah tanah yang dingin perlahan mengalir. Kegelapan mengintai dan sepercik cahaya muncul di depan Marvin.     

'Akhirnya!'     

Marvin merasa lega, sambil ia terus berbaring pada punggung banteng emas itu, mengikuti arus sungai.     

Ia hanya pernah melewati jalan ini satu kali dalam permainan. Pada saat itu, ia sedang lari dari kejaran sebuah faksi. Ia lolos dan berhasil menuju Kota Tepi Sungai, dan berkeliling disana, utamanya memanen di tempat Kerajaan Merah.     

Bagi Lembah Sungai Putih, ia tidak memiliki perhatian pada saat itu. Hanya sebuah area kecil, yang juga tidak terlalu penting.     

Sekarang karena ia telah memikirkannya, sungai bawah tanah adalah salah satu sungai yang bermuara ke Sungai Putih.     

Tetapi karena hulunya berasal dari dekat Pegunungan Menjerit, tidak ada yang memperdulikannya.     

Banteng emas ini akan segera sampai di Lembah Sungai Putih hanya dengan menyusuri sungai ini!     

'Nampaknya jauh dari Sarang Laba-laba, sungainya juga dapat digunakan untuk pulang dari Teluk Permata.'     

Marvin berpikir.     

Ia duduk di atas banteng emas itu, mengalir menyusuri sungai.     

Pemandangan yang dikenalnya perlahan muncul di hadapannya. Sebuah hutan lebat, aliran kecil mengarah ke Sungai Putih.     

Sungainya melebar dan terus membesar. Marvin memeriksa Tali Harapannya, memeriksa apakan tiap banteng emas mengikutinya sampai ke rumah.     

Sekarang adalah pagi hari. Banyak petani di Lembah Sungai Putih yang mulai bercocok tanam di lahan.     

Musim panas ini jumlah gandum amatlah penting. Bahkan meski banyak orang kelaparan, mereka masih terus bertani.     

Jika mereka tidak bercocok tanam dengan baik, mereka tidak akan mungkin melakukan panen pada musim gugur. Sehingga pada musim dingin, mereka tidak bisa apa-apa.     

Beberapa hari lalu, Putri Anna menjelaskan bahwa Tuan Marvin pergi ke arah Teluk Permata untuk mencari pasokan pangan dan akan membelikan cukup makanan untuk bertahan pada musim dingin.     

Tetapi kebanyakan orang masih ragu akan hal ini.     

Meski Tuan Marvin nampak berbeda dari sebelumnya.     

Setelah memulihkan Lembah Sungai Putih ia masih dalam pertapaan, namun perintahnya memiliki efek yang baik. Pembunuhan di dalam kastil untuk meneguhkan martabat juga merubah citranya, menambahkan kesan unggul kepada citra aslinya yang sopan dan rendah hati.     

Dan terkait rumor Tuan Muda Marvin merupakan Belati Kembar Bertopeng, juga cukup dipercaya.     

Bagi banyak orang, Marvin yang sekarang benar-benar terlihat seperti Tuan Raja yang mampu mempertahankan teritorinya.     

Tetapi mereka juga belum percaya Marvin akan kembali dengan pasokan pangan tepat waktu.     

Lagipula Teluk Permata merupakan tempat yang sangat amat jauh.     

Bagi sebagian petani, mereka telah tinggal di Lembah Sungai Putih selama bertahun-tahun, dan bagian terjauh yang pernah mereka datangi adalah tambang utara.     

Mereka mendengar gunung besar itu memisahkan Lembah Sungai Putih dari Teluk Permata dan memutarinya akan menghabiskan waktu paling tidak setengah bulan lamanya.     

Tuan Marvin sangatlah tangguh, tetapi ia tidak dapat membelah gunung ini, bukan?     

Ini adalah yang banyak orang pikirkan tentang hal itu.     

...     

Tom yang tua juga berpikir seperti itu.     

Sebagai seorang petani tua yang senior di Lembah Sungai Putih, ia juga salah satu petani generasi pertama yang mengikuti kakek Marvin disana.     

Ia juga memiliki pengetahuan lebih dari petani lain, karena ia paling tidak sudah pernah ke Kota Tepi Sungai.     

Ia tahu kecuali Marvin menjadi seorang Penyihir seperti kakeknya dan memiliki banyak mantra misterius, ia tidak mungkin berhasil.     

"Nampaknya, yang benar-benar menurukan talenta Raja Tua adalah Tuan Muda Wayne dan ia masih terus menyusuri jalan panjang untuk belajar sihir."     

"Nampaknya kita tidak dapat mampu untuk menunggu sihir dari Tuan Wayne."     

Ketika Tom Tua bercocok tanam di lahan, ia merokok rokok buatan sambil berbicara kepada anaknya.     

Yang kemudian dijawab dengan terpaksa dan terus fokus terhadap pekerjaanya.     

Tom Tua melihat anaknya semakin kurus hari demi hari, merasakan sakit hati. Bahkan jika Putri Anna memberikan makanan setiap hari, tidak akan cukup!     

Setelah invasi Gnoll, hari-hari semakin sulit.     

Ia menghela napas dan mengangkat kepalanya. Segera, ia melihat bayangan mengambang di atas Sungai Putih.     

'Dia...'     

'Apa itu!'     

Tom Tua masih tidak dapat melihat dan segera memanggil anaknya.     

Tom Kecil mengangkat kepalanya, terkejut, dan melihat ke arah Sungai Putih. Sebuah barang emas, dan seseorang berdiri di atasnya.     

Setelah beberapa lama, ia berteriak, "Itu Tuan Marvin!"     

"Tuan Marvin telah kembali!"     

...     

Tuan Marvin telah kembali!     

Ini merupakan sebuah peristiwa penting bagi Lembah Sungai Putih!     

Segera, seluruh petani di Lembah Sungai Putih melihat ke arah Marvin, sangat terkejut. Mereka memberikan kabar kepada satu dengan yang lain, dan dalam waktu singkat, Lembah Sungai Putih yang sepi menjadi penuh kebisingan dan sorak-sorai!     

Beberapa menit kemudian, Marvin sejenak berhenti di bagian datar di tepian sungai.     

"Tuan Marvin!"     

Banyak orang bergerombol. Dan ketika mereka mendengar kabar itu, pasukan garnisun dan Anna juga bergegas menyambut kedatangan Marvin.     

Terutama Anna; ia tidak pernah berpikir Marvin akan menggunakan cara yang luar biasa untuk kembali ke Lembah Sungai Putih!     

Bukankah ia membawa Lola dengannya untuk membeli makanan di Teluk Permata? Mengapa ia membawa banyak sekali banteng emas?     

Sebelum Anna bereaksi, Marvin menarik banteng emas ke tepian dan membuka kepala banteng emas itu!     

Semuanya bersorak!     

Tuan Marvin ternyata sekuat ini! Banteng-banteng ini nampak begitu berat tetapi ia sanggup menariknya ke tepian dengan tangannya sendiri!     

Ia tentu amat ajaib!     

Tetapi banyak orang berkata, "Tuan Marvin tidak membeli makanan?"     

"Banteng emas ini, berapa harganya... Berapa banyak makanan yang dapat ditukar dengan banteng emas ini!"     

"Tetapi pertanyaanya, dimana ia dapat menukarnya?"     

Semuanya merasa ragu.     

Marvin menarik salah satu banteng itu dan memberitahu Anna untuk merentangkan tikar di tepian sungai.     

Marvin membacakan mantra, dan di depan mata mereka semua, banteng emas itu perlahan membuka mulutnya.     

"Crshhh!"     

"Kreshh!"     

Gandum emas keluar melimpah seperti hujan!     

Dalam sekejap, seluruh tepian sungai itu menjadi terdiam.     

"Jangan Khawatir." Marvin perlahan tersenyum. "Aku datang, tidak akan ada yang kelaparan."     

Sorak-sorai kemudian pecah dan kebahagiaan meliputi mereka semua.     

Seluruh Lembah Sungai Putih penuh kegirangan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.