Ranger Malam

Komando



Komando

0Suara tajam terdengar di dalam ruangan     
0

Mata Madeline terbuka lebar,melihat Marvin dengan tidak percaya.     

Gaun malamnya robek oleh Marvin, membuka kulitnya sempurna.     

Bagian belakangnya jelas terlihat oleh cahaya api.     

Sekejap kemudian, tangan Marvin menekan dada Madeline.     

"Aku dengar Succubi menjadi sangat amat sensitif setelah bertransformasi."     

"Sayangnya, aku tidak memiliki kesempatan untuk meyakinkan hal itu. Namun nampaknya Putri Tuan Kota sekarang bisa memuaskan rasa penasaranku." Marvin menjawab amat pelan.     

Madeline panik.     

"Berhenti, kau bajingan!" ia dengan lunglai berkata.     

Marvin secara mendadak semakin menekannya!     

"Aaaa...." Madeline hanya bisa menjerit.     

"Tapi kamu nampak menikmatinya?"     

Marvin tertawa, sambil kedua tangannya mulai bergerak ke bagian atas Madeline!     

...     

Tiga menit kemudian.     

Madeline kepanasan, kulitnya perlahan berubah merah dan matanya mulai dipenuhi nafsu.     

"Kumohon..."     

Marvin tetap memegang seluruh tubuhnya. "Aaaa... Jangan..."     

"Ya ampun Marvin... Ooohh..."     

Marvin bermuka datar. Namun ini hanya bagian luarnya saja. Ia telah perlahan menahan!     

Madeline adalah wanita yang amat cantik. Setiap pria ingin memilikinya.     

Selama Marvin mau...     

Ia dapat memilikinya kapan saja!     

Namun ia tetap menahan, karena ia tidak akan lupa tujuan akhirnya.     

Madeline menjadi begitu bernafsu oleh sentuhan Marvin bukan karena kemampuannya, namun karena sifat alami Succubi.     

Jika ia tidak berubah, ia masih bisa bertahan melalui tekadnya. Namun setelah ia berubah, sensitivitas tubuhnya meningkat beberapa kali dan ia tidak dapat menahannya.     

Terlebih lagi, para Penyihir dikenal karena kepintaran mereka, ketika berbicara tentang tekad, jangan harap mereka akan memilikinya dengan cukup.     

Jika begitu, maka tidak akan banyak Penyihir yang menjadi gila setelah tekadnya diukur setelah Kolam Ajaib Alam Semesta hancur.     

Madeline bernafas cepat.     

Ia mulai memohon kepada Marvin.     

Marvin tidak menggubris.     

Setelah tiga menit selanjutnya, ia perlahan bicara, "Nama asli."     

Madeline masih tertahan untuk beberapa waktu. Ia menggigit bibirnya dan menitikkan air mata, "Tidak akan!"     

Marvin tersenyum, karena sekali lagi ia menaruh belatinya pada leher Madeline!     

"Seharusnya, kamu sudah tahu. Jika kamu tidak memberitahu nama aslimu hari ini, aku akan membunuhmu."     

"Bahkan jika aku tidak mau, aku akan melakukannya jika tidak ada cara lain. Aku awalnya berpikir untuk bermain denganmu, namun siapa sangka kamu akan begitu sulit diajak bekerjasama?"     

"Putri Tuan Kota, kamu adalah Setengah-Setan, jadi nama aslimu tidak mempengaruhimu begitu banyak. Aku hanya ingin mempertahankan diriku, itu saja."     

"Jangan paksa aku membunuhmu. Dua menit lagi."     

Madeline yang masih tidak jelas pikirannya ketakutan dengan belati yang menyentuh lehernya.     

Ia gemetar dan menggelengkan kepalanya dengan berat.     

Lagipula, terdapat pergumulan dalam hatinya!     

Karena Marvin tidak berbohong. Terdapat celah besar antara kekuatan Marvin dan Madeline. Jika Marvin tidak mempertahankan dirinya, ia tidak akan sungkan untuk membunuhnya di ruangan ini!     

Dengan kata lain, tidak memberitahu namanya artinya mati.     

Bagaimana ia mati, ataupun dipermalukan oleh Marvin, ia tidak ingin berpikir tentang itu.     

Madeline tidak mau mati.     

Namun jika ia memberitahu nama aslinya kepada Marvin, ia tidak akan dapat menghadapinya di masa yang akan datang!     

Ia harus menahannya.     

Nama asli dari Setengah-Setan jelas tidak sepenting nama asli Setan, tetapi jika seseorang menahannya akan menjadi kesulitan yang besar pula.     

Terutama ketika Marvin yang memiliki pengetahuan Ranger tingkat 2. Ia sangat cemas apakah nama aslinya akan dimanfaatkan Marvin atau tidak.     

Jika kontrak budak sudah ditandatangani, hal itu akan lebih menyiksa daripada kematian!     

Seseorang yang sebangga dirinya tidak akan menjadi budak siapapun.     

Namun secara teori, nama asli Setengah-Setan tidak akan bisa ditandatangani di atas kontrak budak...     

Setahu Madeline.     

Ia bergejolak hebat, tubuhnya sangat amat kepanasan, ia benar-benar butuh bantuan... Atau sebuah alat.     

Pada saat itu, belati tajam yang dingin semakin membuatnya terangsang.     

Pikirannya benar-benar tidak bisa membuat keputusan.     

Seorang Penyihir tanpa sihir adalah seperti anak kecil kehilangan perisainya.     

"Setengah menit lagi." Suara Marvin dingin, seakan dia yang menjadi Setannya.     

Madeline meraung dengan amarah ingin bangkit, tetapi belati tajam menusuk lehernya!     

Darah mulai mengalir keluar.     

Rasa sakit menguasai kepalanya, akhirnya ia mulai mengeluarkan raungan-raungan aneh yang asing didengar.     

Mata Marvin berbinar, beberapa kalimat Abyssal segera muncul pada riwayatnya.     

[Anda mendapatkan nama asli dari Setengah-Setan...]     

Nama asli sangatlah rumit. Kali ini nampaknya tidak kurang dari enam puluh huruf, berisi tentang silsilah keturunan Madeline.     

Marvin berhati-hati memeriksanya satu kali lagi, dan setelah memastikan hal itu benar dan tidak ada masalah, ia mengeluarkan gulungan baru.     

"Apa yang kamu lakukan!" Madeline menyadari takdirnya dan menunduk.     

"Mengambil jimat pelindung. Aku menerima sedikit ketertarikan hari ini."     

Marvin tersenyum sambil ia duduk di satu sisi dan mengeluarkan tinta dan pena bulu yang ia siapkan kemudian ia mulai menulis.     

Yang ia tulis bukanlah kontrak budak, tetapi kontrak lain: kontrak komando!     

Kontrak komando adalah sejenis kontrak di bawah kontrak budak. Setelah mempelajari nama asli Madeline, kata-kata Marvin hanya dapat mempengaruhi Madeline melalui kontrak ini.     

Kontrak Feinan akan efektif selama ditulis di bawah regulasi.     

Karena kontrak ini dijamin oleh kekuatan Dewa Kuno, pengethauan Marvin mengenai [Dewa Keadilan] dan juga kontrak ini datang dari kontrak yang pernah ia lakukan dengan para Setan. Ia hampir kehilangan segalanya karena para setan ini pintar dalam mencari cela.     

Setelah itu ia berhasil membuat kontrak tanpa celah sedikitpun.     

Hingga pada akhirnya ia dapat membuat celah yang akan menguntungkan dirinya, sama seperti yang ia lakukan kepada Madeline.     

Marvin selesai menulis namanya dan nama asli Madeline berdasarkan riwayat.     

Kontrak itu secara langsung berlaku.     

Api kecil berwarna hijau dalam kertas dan dua lingkaran konsentris keluar dari kertas.     

Lingkaran kecil menuju di antara alis Madeline, menyatu dengan tubuhnya.     

Ia menjerit, seperti merasakan ribuan rantai yang menahan dirinya!     

"Ini adalah kontrak komando!"     

"Sial Marvin, beraninya kamu menulis kontrak ini..."     

Madeline mengutuki dengan histeris.     

Marvin tetap tenang.     

Lingkaran konsentris yang lebih besar memasuki lengan Marvin.     

Kontrak itu mulai memperlihatkan bentuk.     

Bahkan jika Madeline memiliki sihirnya kembali, ia tidak dapat melukai Marvin. Marvin bahkan dapat merasakannya jika ia ingin berbuat jahat kepadanya.     

Ini adalah kekuatan mengikat dari kontrak komando.     

Hal yang paling disayangkan adalah efeknya di kurangi setengah bagi seorang Setengah-Setan.     

Madeline masih dapat membuat keputusannya sendiri selama ia tidak merugikan Marvin.     

Meski begini, cukup untuk membuat ia takluk.     

"Cepat lepaskan aku!" Madeline berteriak, "Ya ampun Marvin, kamu telah mendapatkan apa yang kamu mau, apa lagi yang kamu inginkan?"     

Kali ini, Marvin benar-benar serius berjalan dan segera melepas ikatan Marvin.     

Madeline melompat ke arahnya, namun sebuah bayangan terlintas.     

Ia merasa ada yang memukul kepalanya.     

Marvin memukul keras lehernya, sementara menjatuhkannya.     

"Tidak."     

Ia mencoba menahan nafsu yang mulai terangkat melihat Madeline dan selesai memperbaiki bajunya yang robek.     

Karena ia telah memutuskan untuk mengambil keuntungan hari ini, ia tidak akan kemana-mana.     

Terlebih, Marvin memiliki perasaan aneh, seperti sepasang mata melihatnya sejak ia merobek baju Madeline.     

Ia mengingat ciuman itu pada balkon kastil.     

Ia mengingat wanita aneh itu dengan banyak bentuk yang menggunakan Ikat untuk menjatuhkannya dari tebing, namun tetap tidak ingin Marvin jatuh terlalu cepat.     

Setelah itu,ia menahan dirinya.     

...     

Lembah Sungai Putih, masih pada puncak tertinggi itu.     

"Putri Hathaway, apa yang kamu lihat?" Wayne bertanya penuh penasaran.     

Muka Hathaway berubah dingin, baju merahnya kontras dengan kulitnya yang putih.     

"Tidak ada."     

Ia menurunkan kepalanya dan tidak bergerak.     

"Bagaimana dengan ini..." Wayne menahan dan berkata, "Ketika Saudara pergi, ia memberitahuku untuk memberimu kabar. Jangan selalu berdiri disana."     

"Terlalu banyak angin, sangat mudah untuk masuk angin."     

Masuk angin?     

Hathaway menyindir.     

Bisakah seorang Legenda Penyihir kemasukan angin?     

Apa karena aku berdiri terlalu tinggi, melihat terlalu jauh?     

'Bajingan... Beraninya melakukan hal seperti in. lihatlah bagaimana aku berurusan denganmu ketika aku kembali.'     

...     

Di sudut Balai Pertama, muncul sosok Marvin.     

Meski jalan di dalam Lapangan Penahan Sihir begitu mulus dan licin, bergantung oleh Langkah Pemburu Setan miliknya, ia dengan mudah melewatinya.     

Ia menggunakan tali untuk menarik Madeline yang pingsan ke atas.     

Ia menutup pintu rahasia dan kemudian memanfaatkan kegelapan untuk membawa Madeline kembali ke kemahnya.     

Namun ia tidak menyangka akan ada dua mata merah yang menantinya ketika ia membawa Madeline kembali.     

"Tuan Marvin, apakah kamu berselingkuh?" Isabelle bertanya.     

Marvin terdiam.     

Ia menggelengkan kepalanya dan meletakkan Madeline.     

Setelah beberapa saat Madeline terbangun.     

Ia melihat Marvin dan segera menjadi geram.     

"Kamu pria atau bukan..."     

Ia menendangnya.     

Tetapi ketika ia selesai menendang, ia segera merasa ada seseorang yang menendangnya pula.     

"Kamu pikir kontrak komando itu palsu?" Marvin bertanya dengan serius.     

Ia memegang kaki Madeline dan melemparnya keluar tenda.     

"Karena kamu telah bangun, kamu bebas untuk pergi."     

"Aku akan tidur, aku lelah."     

"Selamat malam, Putri Tuan Kota."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.