Mahakarya Sang Pemenang

Liga Utama Bagian 1



Liga Utama Bagian 1

0

Hari kedua setelah kunjungan mereka ke rumah Clough, tim Tang En menang dengan skor 4:0 melawan Norwich City di stadion kandang mereka. Pertandingan berjalan dengan sempurna, baik proses maupun hasilnya. Forest memiliki kontrol penuh sejak pertandingan dimulai, dan pertandingan itu adalah salah satu dari sedikit pertandingan di mana mereka unggul dalam hal statistik pemain dan skor yang dicetak di bawah kepemimpinan Tang En. Bahkan media Inggris yang cermat pun tidak bisa menemukan kekurangan apa pun dalam permainan tim Forest.

0

Selama pertandingan ini, hal yang menunjukkan kepemimpinan Tang En yang baik bukanlah alokasi pemainnya, melainkan keputusannya untuk menurunkan seorang bek tengah yang diambilnya dari tim pemuda. Wes Morgan yang baru berusia 19 tahun mencetak gol pertamanya di sepanjang karir sepakbolanya. Meski gol itu baru terjadi di menit ke-82 dan tidak membuat perbedaan besar dalam hasil akhir pertandingan, gol itu sangat berarti bagi Morgan.

Morgan memilih untuk merayakannya dengan Twain usai dia mencetak gol dan bergegas berlari dari mulut gawang lawan ke arah Twain lalu memeluknya dengan erat.

"Terima kasih banyak, Pak! Terima kasih!" dia bisa dikatakan berteriak di telinga Twain. Meski Wes tak pernah meragukan kemampuannya sendiri, Twain adalah orang yang memberinya kesempatan untuk membuktikannya. Beralih dari pemain muda menjadi pemain profesional, dan kemudian menjadi pemain bintang ... Berapa panjang jalan yang harus ditempuh, dan berapa banyak manajer yang dibutuhkan sepanjang perjalanan itu? Manajer yang membawanya untuk melalui tahap pertama sangatlah penting, dan Morgan merasa sangat beruntung dan senang bisa bertemu dengan pemimpin yang memiliki wawasan bagus dan mampu membuat pilihan yang baik.

Setelah Morgan tenang, Tang En mendorongnya dan tertawa, "Nak, apa kau sudah melatih tanda tanganmu?"

Morgan terperangah dengan mulut terbuka lebar, tapi kemudian dia hanya bisa tertawa kecil.

"Kembalilah dan lanjutkan pertandingan, Nak. Dan lain kali ingatlah untuk memanggilku bos."

Morgan mengangguk dan kembali ke pertandingan.

Walker, yang melihat semua ini, membalikkan badan dan menyadari bahwa Bowyer sedang menyeka matanya.

"Kau kenapa?" dia bertanya dengan suara keras karena sorak-sorai bergemuruh di sekeliling mereka.

"Tidak kenapa-kenapa, Des. Aku hanya... hanya memikirkan tentang sebuah pertanyaan sejak awal pertandingan ini."

"Pertanyaan apa?"

"Aku sangat senang aku bisa bermain dibawah manajer kita Clough, dan bukan karena aku bisa ikut membawa dua Kejuaraan Eropa dan satu kejuaraan liga. Aku belajar banyak hal dari bos kita dan semuanya sangat berguna di sepanjang hidupku. Bagaimana denganmu?" tanya Bowyer.

Walker mengangguk, "Aku juga sama. Dan aku percaya banyak pemain lain yang dipimpin Clough juga merasakan hal yang sama sepertimu. Sama seperti Pearce, O'Neal dan banyak lagi..."

"Kau benar. Dan kurasa itulah yang saat ini dirasakan oleh Wes Morgan dan Michael Dawson. Mereka merasa beruntung bisa bermain dibawah kepemimpinan Twain."

Walker menatap Bowyer selama beberapa detik tanpa mengucapkan sepatah kata pun. "Apa kau membandingkan Twain dengan manajer kita?"

Bowyer menggelengkan kepalanya. "Tidak, bukan aku. Aku hanya punya firasat bahwa mungkin setelah bertahun-tahun, seluruh Inggris akan membandingkannya dengan Tuan Clough."

Walker menoleh untuk menatap Twain setelah dia mendengar apa yang dikatakan Bowyer. Di bawah suara riuh kegembiraan yang terdengar keras di Stadion City Ground, Twain membesarkan hati setiap pemain di sekitarnya dan kemudian mengirim mereka kembali ke lapangan satu per satu. Meskipun Forest unggul empat gol atas Norwich, ia masih mengingatkan mereka dengan suara keras bahwa pertandingan belum berakhir.

"Ian, dari pemahamanku tentang Tony, kurasa dia takkan setuju dengan pendapatmu."

"Kenapa?"

"Karena dia mungkin berharap semua orang akan membandingkan orang lain dengannya."

Memang benar bahwa Twain tak ingin menjadi penerus siapa pun dan tak ingin mengikuti siapa pun, bahkan jika orang itu adalah Brian Clough. Twain lebih memilih untuk memamerkan punggungnya, dan membiarkan orang lain menyusulnya.

Clough juga pasti telah menyadari hal itu, dan karenanya, meski dia menganggap Tony Twain sangat mirip dengannya ketika ia masih muda, dia tidak mengatakan hal-hal seperti, "Kau akan menjadi penerusku," ketika dia bertemu Twain kemarin lusa.

Seringkali, para bangsawan dan manusia-manusia hebat dengan prestasi tinggi suka mencari penerus mereka ketika mereka sudah semakin tua untuk memenuhi keinginan publik dan media. Pelé adalah salah satunya, dan Maradona juga tak terkecuali. Walker percaya bahwa bosnya ingin bisa mengatakan, "si anu akan jadi penggantiku", "si anu sama tampannya sepertiku saat aku masih muda dulu", dan "aku suka gaya melatih si anu karena itu mengingatkanku pada masa lalu" selama wawancara. Walker bisa menjamin bahwa "si anu" itu tidak akan pernah merujuk pada Tony Twain.

Clough istimewa. Begitu juga Tony.

"... Setelah lima kemenangan berturut-turut diikuti oleh satu kekalahan, kini mereka mendapatkan tiga kemenangan beruntun. Tony Twain menggunakan penampilannya kali ini untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang jenius sejati. Sekarang Forest telah menstabilkan posisi mereka di enam besar. Sepertinya kita akan bisa bersorak untuk tim favorit kita ini di Liga Utama musim depan."

"... Tak ada yang bisa menghentikan Forest untuk tampak mencolok, karena mereka baru terlahir kembali di paruh kedua musim ini. Murid Paul Hart telah mencapai sesuatu yang bahkan dirinya sendiri, tak mampu melakukannya - membawa Forest untuk mendapatkan tempat di Liga Utama."

"Marlon Harewood hanya membutuhkan empat gol lagi untuk dianugerahi Sepatu Emas. Di dalam wawancaranya, kandidat penerima sepatu emas di paruh kedua musim itu menyebutkan bahwa ia sangat ingin berterima kasih kepada manajer penggantinya, Twain. Twain adalah sosok yang memicu keinginannya untuk menang, dan dia yakin bahwa para pemain lain di dalam tim juga merasakan hal yang sama."

"Ada enam putaran lagi sebelum liga berakhir dan Nottingham Forest berada di posisi ke-6, meski mereka masih memiliki satu pertandingan lagi yang belum dimainkan. Lima pesaing lainnya merasa bahwa Forest mungkin akan bisa mengejar ketertinggalan mereka dalam waktu dekat. Tidak ada klub yang berani membuat kesalahan. Persaingan untuk mendapatkan tempat di Liga Utama pada musim depan telah semakin memanas dan mencapai puncaknya. Dalam tujuh pertandingan liga berikutnya, Forest memiliki empat pertandingan melawan tim-tim yang saat ini berada di posisi enam besar dan satu pertandingan lagi melawan posisi ke-7, Ipswich. Dari tujuh tim yang akan menjadi lawan mereka, lima diantaranya cukup kuat. Bagi Twain dan tim Forest, mereka jelas masih belum mencapai akhir dari pertempuran panjang ini. Sebelum musim berakhir, apapun bisa terjadi."

Ya, apapun bisa terjadi.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.