Mahakarya Sang Pemenang

Hooligan Sepakbola Bagian 2



Hooligan Sepakbola Bagian 2

0

Seperti bar milik Burns, warna merah juga merupakan warna dominan bar ini. Tapi warnanya lebih cerah, lebih seperti merah darah. Bangunan Victoria itu berdiri tegak di sudut jalan yang terbuka, dengan bendera tim Forest digantung di pintu untuk memberi tahu orang-orang dari kejauhan tentang fans tim mana yang berkumpul di sana. Berdiri di luar pintu, dia bisa mendengar suara mengobrol dan tawa yang berasal dari dalam. Bayangan orang-orang tampak berkelip dilatarbelakangi cahaya oranye yang menembus keluar melalui jendela dan pintu seolah terlihat seperti api.

0

"Robin Hood Pub." Itulah nama yang diberikan Bill kepada Twain. Dia membaca nama itu di papan nama neon dan mencibir, "Apa mereka pikir mereka adalah pelanggar hukum?"

Dia melangkah maju dan membuka pintu.

Bang! Pintu kaca yang terbanting menimbulkan suara tajam.

Pub yang tadinya ramai dengan segera mulai tenang. Para pecandu alkohol dengan kaget menoleh untuk melihat si pengganggu.

Begitu Tang En masuk, ia melihat sekilas dari sudut matanya sebuah bendera Forest yang digantung di samping pintu, dan ada sebaris kata dalam tinta emas: Kehormatan adalah hidupku.

Dia menyeringai sambil menggunakan kekuatannya untuk mencabut bendera itu. Tindakannya itu memprovokasi semua orang di pub. Para pria disana berteriak padanya dan bergegas menghampirinya. "Apa yang kau lakukan!"

"Jangan bergerak, boys." Sebuah suara menghentikan mereka. "Mari kita sambut manajer tim Forest, Tony Twain!" Dengan suara bersemangat, Mark Hodge keluar dari balik kerumunan. Dia membuka lengannya untuk membuat gestur menyambut kedatangan Twain.

Orang-orang di sekitarnya masih terpana, tapi mereka juga segera mengenali orang yang berdiri di hadapan mereka, jadi mereka berteriak dengan gelas terangkat satu demi satu.

"Forest! Forest! Nottingham Forest!"

Suasana di pub tampaknya telah mencapai klimaks, tapi Tang En tetap acuh tak acuh di tengah-tengah para pria yang bersemangat itu. Dia memperhatikan bahwa kebanyakan dari mereka memiliki luka di wajah dan mereka tidak membersihkan noda darah atau mengobati memar mereka. Dia berdiri di pintu, tanpa ekspresi, dengan dingin memperhatikan semuanya.

Kelompok orang mabuk ini bernyanyi selama sekitar satu menit, dan Tang En tetap diam dengan ekspresi yang sama seperti ketika dia pertama kali masuk. Dia tidak mengatakan apa-apa. Beberapa orang mulai merasakan ada sesuatu yang salah, jadi nyanyian itu perlahan-lahan melemah, dan akhirnya bar kembali sunyi. Itu adalah pemandangan yang aneh. Sekelompok pria dan satu pria saling menatap, tapi mereka tak mengerti kenapa mereka melakukan itu.

Hodge juga tidak mengerti. Dia tadinya agak bersemangat ketika Twain muncul di pub. Tapi melihat lelaki itu sekarang, dia kelihatannya tidak datang ke sini untuk minum bersama mereka.

"Minum bir yang enak?" Tang En akhirnya berbicara. "Apa kalian berkelahi dengan baik?"

Pemilik pub yang berpengalaman hanya perlu mendengar kata-kata ini, dan dia bertanya pada mahasiswa asing yang bekerja di pubnya, "Apa kacanya sudah diganti?"

Pekerja muda itu mengangguk. "Sudah diganti, Boss."

Pada hari dimana tim Forest bertanding, pub akan mengganti kaca yang tebal dan padat dengan kaca berkualitas buruk yang masih bisa digunakan.. Bos akan menderita kerugian kalau kaca yang bagus pecah. Kalau kaca yang berkualitas buruk itu pecah, yah tak jadi masalah. Dan takkan ada resiko membunuh seseorang seandainya mereka terkena kaca itu. Dengan dua manfaat itu, mengganti kaca telah menjadi semacam tradisi pub. 

"Bagus sekali. Saat perkelahian dimulai, kau sebaiknya berusaha melindungi dirimu sendiri." Si Bos menepuk bahu pemuda itu dan memberi isyarat padanya untuk bersembunyi dibawah meja konter. 

"Bos, bagaimana denganmu?"

"Jangan khawatir tentang itu. Berjongkoklah!" Bos mengambil sebuah gelas dan memegangnya di tangannya, lalu mendorong pekerja muda itu.

Tang En masih belum selesai bicara di sisi lain pub.

"Apa kalian menang atau kalah dalam pertempuran dengan Millwall?"

Semua orang saling memandang, bertanya-tanya kenapa Twain bertanya tentang itu.

"Kudengar kalian benar-benar dikalahkan, dan dengan cukup menyedihkan, pula."

Mendengar nada suaranya, sudah jelas bahwa ini bukan kunjungan yang bersahabat. Orang-orang yang baru saja berteriak, "Forest! Forest!" kembali merasa gugup.

Hodge berdiri di hadapan Twain dan berkata sambil mengerutkan dahi, "Twain, kau bilang kalau kau takkan ikut campur dengan apa yang kami lakukan."

"Ya, aku memang mengatakan itu! Tapi aku juga memberitahumu untuk tidak melibatkan siapa pun yang tak ada hubungannya dengan ini." Tang En dengan tajam memotong kata-kata Hodge, menggertakkan giginya, dan berkata, "Sekarang aku menyesal karena aku tidak memanggil polisi untuk menangkap kalian semua, b*jingan busuk! Saat timku bertanding melawan Millwall di lapangan dan berjuang untuk kemenangan, kalian berkelahi dengan orang lain diluar. Jangan berani-berani menyebutkan tentang kehormatan di depanku! Kalian tidak layak untuk itu!" Dia melihat seseorang baru akan membuka mulut untuk membantah, jadi dia mengambil kata-kata mereka secara langsung. 

"Patahkan hidung lawanmu untuk membuat wajah mereka berdarah; patahkan tangan dan kaki mereka dan biarkan mereka melolong kesakitan di tanah; jatuhkan anak yang tak bersalah, dan injak dia saat melarikan diri. Itukah yang kalian sebut kehormatan? Ini kehormatan kalian?" Tangan Tang En gemetar saat dia mencengkeram bendera itu dan buku-buku jarinya memutih.

"Kalian pikir kalian luar biasa? Kalian pikir kalianlah pahlawan tim ini? Kalian..."

Tang En memikirkan tentang pertama kali ia bertemu Bernard kecil sore itu di bawah sinar matahari yang menyilaukan. Tang En takkan pernah melupakan ekspresi gembira Gavin saat dia mendapatkan tanda tangan Wood. Dia adalah penggemar pertama George. 

Dia merasa malu dan bersalah bahwa dia pernah membela kelompok orang di depannya ini. Dia merasa sangat menyesal dan marah karena tak bisa menghentikan tindakan mereka tepat waktu.

"... Kalian b*jingan!" Dia merobek bendera merah dengan lambang tim Forest dan "Kehormatan adalah hidupku" menjadi dua bagian. Dengan bunyi mendesis, orang-orang di sekitarnya mulai marah.

Di bawah pengaruh alkohol, mereka yang sudah minum terlalu banyak, berseru agar mereka segera menghajar Twain yang tak tahu berterima kasih itu. Tapi Hodge mengangkat tangannya untuk menghentikan mereka. 

"Kau sebaiknya memberiku penjelasan, kalau tidak awas! Aku tak peduli siapa kau!" Hodge menggertakkan giginya. "Ini bukan wilayah Burns!"

"Berhentilah bicara omong kosong dengannya, Mark! Kita hajar saja dia! B*jingan itu merobek bendera kita!"

"Aku akan mengirimmu langsung ke surga! Sama seperti kau merobek bendera kami, aku akan merobek-robekmu!"

"Beraninya kau menghina kehormatan kami! Saat kami bersorak untuk tim Forest, kau masih di dalam testis ayahmu, kau keparat!"

"Bangsat. Kau benar-benar bajingan!"

Para pria itu meraung dan mengacungkan tinju mereka, seolah-olah mereka binatang buas yang akan dilepaskan dari kandang. Mereka tampak ganas dan menjijikkan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.