Mahakarya Sang Pemenang

Tak Ada Derby, Tak Ada Sepak Bola



Tak Ada Derby, Tak Ada Sepak Bola

0Twain memiliki alasannya sendiri saat memberikan banyak penekanan pada pertandingan derby ini. Tapi, dia bukan satu-satunya yang melakukan itu. Manajer Notts County, Dunn, juga merasakan hal yang sama.      
0

Dunn tiba-tiba saja jadi sangat serius setelah dia tahu bahwa timnya akan melawan Nottingham Forest di putaran berikutnya. Dia selalu menjadi manajer yang teliti, tapi para pemain Notts County bisa merasakan bahwa kali ini ada yang berbeda – dia jadi lebih disiplin selama sesi latihan mereka. Tampak jelas bahwa boss mereka ingin memenangkan pertandingan derby itu.      

Tidak hanya Dunn. Semua pemain Notts County juga ingin menang.      

Baik Notts County dan Nottingham Forest adalah klub sepakbola dari Nottingham, tapi mereka memiliki takdir yang sangat berbeda. Nottingham Forest berdiri di puncak, sementara Notts County tidak bisa melakukan apa-apa kecuali memandang mereka dari bawah. Notts County boleh saja bermain di liga dibawah Nottingham Forest, tapi itu tidak berarti para pemain mereka tidak punya mimpi yang besar. Mereka juga ingin menjadi seperti para pemain Nottingham Forest, dan itulah sebabnya mengapa klub-klub Liga Premier selalu bisa menarik banyak pemain dari Notts County ke klub mereka dari tahun ke tahun.      

Bagaimanapun juga, pria memang harus selalu berusaha menjadi lebih baik...      

Tidak ada hal yang namanya loyalitas. Para pemain berbakat hanya akan tetap loyal pada klub-klub yang kuat.      

Para pemain Notts County ingin mengalahkan mantan juara Liga Champions Nottingham Forest untuk membuktikan kemampuan mereka. Akan bagus kalau mereka bisa membantu tim mereka dipromosikan ke Liga Premier, tapi meski mereka tidak bisa melakukannya, mereka masih bisa menggunakan pertandingan ini untuk menarik perhatian sejumlah besar tim sepakbola di liga atas dan meningkatkan peluang mereka untuk pindah ke tim yang lebih baik.      

Bagi para pemain Nottingham Forest, pertandingan derby ini sama seperti pertandingan FA Cup lainnya. Kedua tim tidak berada di level kemampuan yang sama. Tapi, bagi para pemain Notts County, ini adalah sebuah kesempatan seumur hidup untuk bisa mengalahkan Nottingham Forest. Mereka jadi seperti ikan kerapu yang diberi papan lompat untuk membantu mereka melompat melewati Gerbang Naga.     

Tang Jing bisa merasakan kegelisahan suaminya. Dunn selalu melamun belakangan ini, dan kedua alisnya selalu tertaut erat karena frustasi. Dia akan mengunci dirinya di ruang kerja hingga lewat tengah malam, dan dia juga sama sekali tidak memperhatikan anak mereka. Tidak hanya itu, hubungannya dengan suaminya telah semakin menjauh belakangan ini...      

Tang Jing khawatir pernikahannya akan hancur kalau dia membiarkan situasi ini terus berlanjut.     

Dia ingin berbicara dengan suaminya terkait apa yang membuatnya resah. Suaminya yang pemalu dan tertutup itu belum pernah segelisah ini.      

Sebenarnya, kalau Tang Jing melihat seperti apa Dunn sebelum tanggal 31 Desember 2002, dia takkan sebingung sekarang.      

Dunn sebelum 31 Desember 2002 sama seperti Dunn hari ini. Satu-satunya perbedaan adalah dulu dia masih lajang, dan tidak akan ada yang melihat dirinya mengunci diri di kamar dan melihat kegelisahannya. Bagi semua orang lain, dia seperti patung dengan tampilan luar yang terkesan cuek.      

Malam ini adalah malam sebelum pertandingan derby dan suaminya tidak terlihat segelisah sebelumnya. Ini bisa menjadi kesempatan terbaik untuk berbicara dengannya. Tang Jing memanfaatkan waktu luang yang jarang dimilikinya setelah meletakkan bayinya ke tempat tidur lalu menuju ke ruang kerja. Dia mendorong pintunya terbuka dan berjingkat-jingkat di belakang suaminya sebelum kemudian mengalungkan lengannya di sekeliling lehernya.      

Tang Jing merasa suaminya sempat berusaha memberontak lepas dari pelukannya, tapi kemudian mulai rileks setelah sadar kalau itu adalah dirinya.      

"Kurasa ada yang salah denganmu beberapa hari belakangan ini, sayang." Tang Jing berusaha mencoba yang terbaik untuk berbicara pada Dunn dengan suara lembut. Dia tidak ingin memprovokasinya. "Apa yang terjadi? Kau telah menjadi manajer selama tujuh tahun, tapi ini pertama kalinya aku melihatmu seperti ini..."     

Dunn tidak langsung menjawab pertanyaan istrinya. Dia mengangkat kepalanya untuk memandang Tang Jing, yang berdiri di belakangnya dan berkata, "Ada pertandingan derby besok,"     

Butuh waktu beberapa detik sebelum Tang Jing bisa bereaksi – ini adalah pertandingan derby pertama yang akan diarahkannya sebagai manajer Notts County. Kata 'derby' memiliki makna yang sangat-sangat khusus di dunia sepakbola, dan sebagai mantan reporter olahraga, mustahil Tang Jing tidak mengetahuinya. Tapi, dia masih merasa bingung: Notts County dan Nottingham Forest tidak berada di level yang sama, yang artinya tidak ada banyak persaingan antara kedua kubu. Mereka jarang mendapatkan kesempatan untuk saling berhadapan dalam sebuah turnamen dan tidak ada konflik kepentingan diantara kedua tim. Tidak seperti para fans AC Milan dan Inter Milan, fans kedua tim tidak akan berkelahi satu sama lain demi mendapatkan piala liga. Persaingan antara mereka juga tidak berlangsung selama ratusan tahun seperti layaknya Real Madrid dan Barcelona. Selain itu, derby ini tidak melibatkan agama dan karenanya tidak semengerikan 'Derby Old Firm' antara Celtic FC dan Rangers FC.      

Kenapa suaminya sangat mempedulikan pertandingan derby antara Notts County dan Nottingham Forest padahal persaingan mereka tidak sedalam yang eksis diantara klub-klub lain itu?     

Dunn meletakkan tangannya di atas tangan istrinya. "Lawanku di pertandingan besok adalah Tony Twain."     

"Bukankah kalian berdua teman?" Tang Jing tampak bingung. Twain mungkin merupakan satu-satunya orang yang bisa membuatnya cemburu di masa lalu. Ada kalanya dia merasa suaminya lebih peduli pada Twain daripada dirinya.      

"Justru karena dia seorang teman maka aku harus mengalahkannya."     

Hanya itu yang dikatakan Dunn. Dia tidak berusaha menjelaskan lebih jauh.      

Tang Jing memandang wajah Dunn selama beberapa waktu sebelum akhirnya berbalik untuk pergi.      

"Pertemanan diantara pria memang sulit untuk dipahami."     

Dunn tersenyum masam pada dirinya sendiri saat dia melihat istrinya menutup pintu ruang kerja.      

Akan selalu ada kata-kata yang tidak bisa dikatakan seseorang pada orang lain, meski orang itu adalah belahan hatinya. Istrinya takkan pernah bisa menerima fakta bahwa dia sebenarnya jiwa yang sudah menempati tubuh orang lain. Ini adalah sebuah masalah yang sangat rumit untuk dibicarakan dan melibatkan masalah etika yang sangat dalam. Dunn tidak ingin memikirkannya, tapi ada satu hal yang diyakininya: hubungan yang dimilikinya dengan Twain jelas tidak sesederhana istilah 'teman'.      

Memandang kembali, dia hanya bisa bertanya-tanya apakah dia yang merebut tubuh Twain atau apakah Twain yang merebut tubuhnya. Mustahil untuk bisa mengetahuinya dengan pasti. Tapi, itu tidak jadi masalah karena sekarang dia masih bekerja di bidang olahraga sepakbola. Dia hanya bekerja di tim yang berbeda. Mungkinkah dia bisa bekerja lebih baik daripada sekarang seandainya pertukaran jiwa itu tidak terjadi? Atau mungkin.. akankah dia bisa melakukannya jauh lebih baik daripada yang dilakukan Twain saat ini?     

Tidak ada gunanya memikirkan pertanyaan seperti itu karena dia yakin bahwa skenario-skenario itu pasti tidak akan terjadi. Tapi, semua pemikiran itu terus menghantuinya beberapa hari belakangan ini. Dia jadi seperti pria kerasukan yang tidak bisa berhenti memikirkan tentang semua ketidakmungkinan-ketidakmungkinan itu.      

Kejayaan yang dicapai Tony Twain – seorang pria yang tubuhnya telah diambil alih oleh jiwa lain – tampak seperti sebuah gunung besar yang berdiri di hadapan Dunn. Gunung itu memblokir cahaya matahari dan menaunginya dengan bayangan yang besar.      

Dunn merasa seolah dia hidup dalam kegelapan abadi. Apa dia akan terus hidup dalam bayang-bayang seperti ini selamanya?     

Dia hanya akan dipanggil sebagai 'penerus Twain' ketika dia mengambil alih Nottingham Forest musim depan. Kalau itu yang terjadi, kenapa dia setuju dengan undangan Twain untuk kembali ke Nottingham Forest musim depan?     

Tidak. Dia harus mengalahkan Twain!     

Itulah satu-satunya cara dimana dia bisa membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dia bukan lagi bocah yang ketakutan dan tak berdaya dari 16 tahun yang lalu.      

※※※     

Wajah muram Twain membuat para pemain Nottingham Forest yang menganggap pertandingan derby ini tidak lebih dari sebuah pertandingan latihan mulai berhenti meremehkan lawan mereka.      

"Apa aku harus mengingatkan semua orang bahwa ini adalah pertandingan derby?"     

Saat itu adalah jeda turun minum dalam pertandingan FA Cup antara Nottingham Forest dan Notts County, dan tim tuan rumah, Nottingham Forest, tertinggal 0:1 di Stadion Crimson.      

Chen Jian mendapatkan waktu pertemuan lima menit bersama para fans di stadion sebelum pertandingan dilangsungkan. Dia bukanlah pemain bintang yang terkenal, tapi para fans masih memberinya tepuk tangan yang meriah dan hangat. Dia memutar-mutar bola di kakinya di hadapan kurang lebih 60,000 fans dan kemudian memegang syal Forest di hadapannya sebagai sebuah bukti loyalitasnya pada klub. Tapi, pertemuan itu tidak berlangsung mulus karena dia mendengar banyak cemoohan dari tribun – sebagian besar diantaranya berasal dari para fans Notts County.      

Para reporter Cina yang berkumpul di Stadion Crimson untuk melaporkan debut Chen Jian pasti merasa kecewa melihat fakta bahwa Chen Jian tidak diturunkan sejak awal pertandingan. Tidak satupun reporter Inggris yang tampak peduli dengan siapa Chen Jian. Perhatian mereka hanya difokuskan pada penampilan buruk Forest di lapangan.      

Mereka membuat komentar seperti:     

"Kenapa George kekurangan dukungan di lini tengah?"     

"Gago sudah mulai menua..."     

"Lihat bagaimana kinerja para pemain Forest ketika mereka tertinggal satu gol. Sulit untuk melihat permainan mereka sekarang."     

"Mitchell sama sekali tidak berhasil mendapatkan operan dari lini tengah dan Balotelli tampil seperti ayam tanpa kepala. Dia jelas tidak bermain bagus di pertandingan ini."     

Forest masih belum bisa mengubah skornya di jeda turun minum meski mereka adalah tim yang lebih banyak menembak ke gawang lawan.      

"Tiba-tiba saja aku teringat dengan sebuah kisah. Siapa yang mau mendengarnya?" Twain berbicara di hadapan para pemainnya yang tampak tertekan dan kepala tertunduk rendah. "Kita menggunakan sepuluh tahun untuk membangun sebuah kerajaan yang besar. Dulu, tidak ada tim di seluruh benua ini yang berani melawan kita. Bendera merah kita terlihat dimana-mana di benua ini. Itu adalah masa-masa yang indah..." Dia mengangkat kepalanya untuk memandang ke langit-langit. Seolah-olah dia bisa melihat pemandangan bendera-bendera merah di seluruh dunia itu di matanya.      

"Perang berakhir tidak lama setelahnya dan semuanya kembali damai. Pasukan kembali ke rumah mereka dan kehidupan mereka yang tenang perlahan mulai mengikis keberanian dan semangat mereka. Jadi, ketika perang kembali pecah empat tahun kemudian, bahkan lawan yang tadinya kita anggap lemah bisa mengalahkan kita!" Twain melangkah ke depan para pemain dan membungkuk untuk memandang masing-masing dari mereka. "Apa kuda-kuda kalian masih bisa berlari? Apa tubuh kalian masih bisa membawa beban baju zirahmu? Apa kalian masih bisa memegang tombak? Apa hati kalian ..."     

Twain memukul dadanya satu kali.      

".... Masih berdetak seiring dengan suara drum perang?"     

Twain tiba-tiba saja meninggikan suaranya dan berseru.      

Seruannya itu sangat keras sampai beberapa pemain mengangkat kepala mereka karena shock.      

Twain tiba-tiba saja teringat dengan frase Cina saat dia memandang banyak wajah terkejut di hadapannya:     

"Lian Po sudah tua. Apa dia masih bisa makan banyak?"     

Lian Po sudah tua...      

Apa dia masih bisa makan banyak?     

※※※     

"Kita berhasil unggul dan itu adalah hal yang bagus. Tapi aku tidak ingin kalian merasa terlalu bangga dengan itu..." Saat Twain berusaha keras membangkitkan semangat para pemainnya, Dunn justru berusaha untuk mengendalikan kegembiraan para pemainnya agar tidak berlebihan. "Kalian semua harus ingat ini. Kita berhadapan dengan tim Liga Premier yang telah mengangkat piala Liga Champions lima kali..."     

Salah satu pemainnya menyela ucapannya. "Boss, itu terjadi empat tahun yang lalu. Selain itu, tim Forest yang dulu sangatlah berbeda dari tim Forest yang sekarang. Banyak pemain mereka yang sudah berubah..."     

Dunn memandang pemain yang bangkit berdiri untuk menantangnya. Dia adalah pemain inti di tim mereka, Paul Johnson, yang memakai nomer 10 di jersey-nya. Dia baru berusia dua puluh tahun, tapi dia sudah menjadi pemain starter di timnas U21 Inggris. Banyak klub Liga Premier yang memperhatikan penampilannya, dan kemungkinan besar dia takkan menjadi pemain Notts County setelah musim ini berakhir.      

"Kau benar, Paul. Mereka memenangkan piala Liga Champions terakhir mereka empat tahun yang lalu dan mereka telah mengubah banyak pemain mereka sejak saat itu. Tapi orang yang ada di puncak pimpinan untuk pertandingan ini adalah Tony Twain."     

Nama 'Tony Twain' adalah sebuah nama yang dikenal di seluruh Inggris, dan Paul tidak bisa menahan diri untuk gentar setelah mendengarnya. Tapi, dia masih tidak setuju dengan kata-kata Dunn. Baginya, para pemain-lah yang menentukan hasil pertandingan, bukan manajer.      

Dunn tidak ingin berdebat dengan Johnson tentang pentingnya Tony Twain bagi Forest. Johnson pasti takkan paham meski dia menjelaskannya secara mendetil.      

Dia memfokuskan perhatiannya dalam menjelaskan taktiknya untuk babak kedua.      

"Forest pasti akan menyerang balik di babak kedua, tapi kita tidak akan memperkuat pertahanan kita saat menahan serangan mereka." Dunn tidak seperti Twain. Dia tidak menghargai pertahanan diatas segalanya, dan dia juga tidak percaya dengan mempertahankan skor 1:0. "Tony Twain akan memperlakukan segalanya untuk membuat timnya menang dari kita di kandang karena ini adalah pertandingan derby."     

Dan karena ini akan menjadi satu-satunya kesempatan dimana kami bisa saling melawan satu sama lain. Dunn menyimpan pikiran ini untuk dirinya sendiri.      

"Kita akan tamat kalau kita mundur untuk bertahan. Oleh karena itu, aku ingin kalian semua terus menyerang di babak kedua. Aku ingin kalian semua mendorong mundur Nottingham Forest dengan serangan kalian.'     

Johnson memang benar tentang satu hal. Tim Forest yang sekarang tidak sama seperti tim Forest empat tahun yang lalu. Tidak peduli seberapa bagus kemampuan Twain. Dia takkan bisa bermain menggantikan para pemainnya di pertandingan ini. Taktik adalah satu hal, dan penampilan pemain di lapangan adalah hal yang lain. Apa yang kurang dimiliki tim Forest saat ini adalah keyakinan bahwa mereka bisa menang, serta semangat juang untuk mencapai kemenangan. Forest adalah sebuah tim yang sudah terbiasa bermain buruk, dan itulah sebabnya kenapa timnya harus terus memberikan tekanan dan menciptakan situasi yang sulit bagi mereka untuk bermain di lapangan. Melakukan ini akan memungkinkan para pemainnya untuk mendominasi pertandingan.      

Terfokus hanya pada pertahanan bukanlah pilihan untuk timnya. Mundur ke belakang hanya akan meningkatkan kepercayaan diri para pemain Forest. Ketika itu terjadi, raungan Tony dari pinggir lapangan dan perubahan mentalitas pemain akan menjadi pemicu yang diperlukan untuk mengubah momentum pertandingan sehingga menguntungkan bagi kubu Forest. Dunn tidak ingin itu terjadi.      

Dunn tahu persis seperti apa lawannya kali ini. Dia adalah jenis pria yang akan memanfaatkan kesempatan sekecil apapun untuk mengubah irama pertandingan agar menguntungkan bagi timnya. Semua lawan yang jatuh di hadapan Twain telah membuktikan satu fakta berulang kali: seseorang harus bersikap tanpa ampun ketika melawan Twain. Orang itu harus memanfaatkan setiap keunggulan yang dimilikinya dan menyerang Twain tanpa ampun. Dia juga tidak boleh lengah ketika Twain tertinggal. Dia harus menikamnya beberapa kali dan memenggalnya sebelum dia bisa bersantai.      

"Kita telah menghambat Wood dan Gago dengan sangat baik di babak pertama, dan kita akan terus melakukan hal yang sama di babak kedua. Isolasikan Wood dan cegat operan-operan yang bisa mereka lakukan terhadap satu sama lain. Tidak apa membiarkan Gago menyerang karena dia sudah tua dan bukan lagi pemain yang perlu kita takuti."     

"Balotelli adalah pemain yang berperan sebagai penghubung antara lini belakang dan lini tengah. Dia memiliki teknik yang sangat bagus dan juga bagus dalam menggiring bola. Karena itu, kalian semua harus mempertahankan posisi kalian dan jangan bergerak ke arahnya. Dia takkan bisa mempengaruhi jalannya pertandingan selama kalian semua tetap berada di posisi kalian. Sejauh ini, dia sangat buruk saat harus mengeksekusi tendangan bola mati, jadi jangan takut melakukan pelanggaran padanya."     

"Kita harus terus memanfaatkan bola-bola mati yang diberikan pada kita untuk mencetak gol. Apa kalian semua masih ingat dengan taktik yang kita praktekkan selama sesi latihan tentang bagaimana kita bisa mengeksekusi tendangan bola mati? Johnson akan menjadi pemain yang mengeksekusi semua bola-bola mati kita. Dia akan memilih taktik yang paling cocok untuk digunakan berdasarkan situasi di lapangan. Aku mempercayakan semua padanya."     

"Kurangi menggiring bolanya sendirian. Manfaatkan kecepatan lari dan operan-operan kalian untuk memotong lini pertahanan lawan. George Wood mungkin seorang pemain yang luar biasa, tapi dia masih manusia biasa. Dia akan lebih cepat lelah kalau kalian mengoper bolanya dengan cepat dan memaksanya mengejar bola ke seluruh lapangan. Aku ingin kalian semua berlari maju setelah mengoper bolanya. Kalian akan bisa mengoyak pertahanan mereka dengan melakukan itu..."     

Dunn mengeluarkan perintah demi perintah. Dia sudah bertekad akan mendorong teman baiknya ke dalam jurang.      

Seperti inilah caranya berurusan dengan Twain – berikan pukulan mematikan saat dia sedang jatuh.      

Senyum di wajah para pemainnya perlahan mulai menghilang saat mereka mendengarkan taktik Dunn. Mereka akhirnya paham jenis pertandingan seperti apa ini setelah merasakan senangnya menjadi tim yang unggul.     

Boss tidak pernah seserius ini sebelumnya.      

Ini adalah pertandingan derby!      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.