Mahakarya Sang Pemenang

Sebelum Pertandingan Terakhir



Sebelum Pertandingan Terakhir

0Reporter yang mengajukan pertanyaan selama konferensi pers paska-pertandingan pada Mourinho tentang apakah dia khawatir sebelum bertanding melawan Twain jelas sudah mahir di bidangnya. Saat media lokal Manchester masih heboh tentang dampak akibat derby Manchester, media di Nottingham dan tempat lain sudah mempromosikan pertempuran akhir antara Tony Twain dan Mourinho.      
0

"Mourinho tidak pernah menang melawan Tony Twain selama dia menjabat sebagai manajer."     

Rekor ini, yang membuat Mourinho merasa terhina, sekali lagi digali dan diambil dari bawah tumpukan kertas-kertas yang sudah berdebu, sampai-sampai mereka yang melihat rekor itu seolah merasakan deja vu. Mereka merasa seolah kembali ke sembilan tahun yang lalu. Saat itu, bentrokan antara Twain dan Mourinho dalam dua pertandingan di setiap musim laga adalah sebuah pemandangan unik di Liga Premier.      

Sejak Mourinho diusir dari Chelsea oleh Abramovich, pertarungan antara dua pria gila ini tidak pernah terlihat lagi. Kemudian di turnamen Eropa, Twain dan Mourinho pernah saling berhadapan tapi Twain masih lebih unggul. Terlalu sulit bagi keduanya untuk saling bertemu di arena Eropa. Selama ini, pertarungan antara Mourinho dan Nottingham Forest terjadi karena kebetulan. Itu jadi tidak terlihat seperti sebuah perseteruan antara Mourinho dan Tony Twain.      

Apa yang menarik perhatian media adalah pertarungan itu sendiri. Itu adalah sebuah pertarungan yang hanya akan menjadi milik Tony Twain dan Mourinho.      

Percikan seperti apa yang bisa beterbangan ketika dua manajer arogan yang sukar diatur itu saling berhadapan?     

Itu adalah sesuatu yang dinantikan banyak orang.      

Sekarang setelah pertarungan semacam ini akan kembali terlihat di Liga Premier, bagaimana mungkin media tidak merasa bersemangat?     

Media sangatlah menantikannya. Bahkan rekor pertandingan keduanya sebelum ini kembali dianalisa untuk memberikan sebuah pandangan baru bagi para fans terkait perseteruan mereka.      

"... Dikatakan bahwa Tony Twain selalu berusaha untk mengajak Mourinho minum bersama usai pertandingan, tapi Mourinho selalu menolak undangan itu. Tidak ada yang tahu kenapa dia menolak, tapi Twain akhirnya berhasil mewujudkannya. Sebelum Piala Dunia di Brasil, mereka minum bersama sebagai komentator tamu untuk stasiun televisi nasional masing-masing. Tidak ada yang tahu seperti apa situasinya sebenarnya, dan tidak ada yang melihat keduanya minum bersama. Twain sendiri mengungkapkan kejadian ini dalam otobiografinya, tapi tidak memberikan detil lebih jauh tentang itu..."     

"Sebenarnya bagaimana hubungan antara Tony Twain dan Mourinho? Mereka adalah lawan... atau mungkin lebih tepat kalau dikatakan bahwa mereka adalah rival. Satu-satunya tujuan mereka setelah saling bertemu dan berhadapan adalah mengalahkan dan menghancurkan satu sama lain. Tapi, satu adegan masih menghantuiku: ketika Mourinho meninggalkan Chelsea, para reporter bergegas bertanya pada Twain tentang pendapatnya mengenai insiden itu, dan Twain melontarkan kata makian untuk Abramovich saat dia membuka mulutnya. Saat itu, semua orang sangat terkejut. Orang-orang mengira Twain akan merasa senang karena kehilangan seorang lawan yang kuat..."     

"Karena itulah, pertemanan antar pria adalah salah satu hal yang paling membingungkan. Kalau ada seseorang bertanya pada Mourinho, apakah Anda bersedia memberikan kelonggaran bagi Tony Twain di pertandingan terakhir karir kepelatihannya? Aku yakin Mourinho pasti akan menjawab, aku akan memberinya kekalahan."     

Seperti itulah adanya.      

Seorang reporter memang menanyakan hal itu pada Mourinho. Dia berhasil mencegat Mourinho di kompleks pelatihan Carrington dan melontarkan pertanyaan itu.      

"Tony Twain akan sepenuhnya pensiun dari dunia sepakbola profesional di akhir musim ini. Apa ada yang ingin Anda katakan tentang kehilangan lawan seperti dirinya?"     

Mourinho menjawab, tanpa ekspresi, "Aku akan memberikan kekalahannya sebagai hadiah perpisahan untuknya."     

※※※     

"Itu benar-benar dingin..." Twain mendecakkan lidahnya sambil memegang surat kabar pagi.      

Tapi, dia hanya melakukan sedikit lebih baik daripada itu. Ketika para reporter bertanya padanya apa yang akan dia lakukan pada Mourinho, dia menyatakan bahwa sekarang bukan waktunya untuk membicarakan tentang Mourinho dan Manchester City karena mereka masih punya satu pertandingan lain sebelum itu terjadi dan lawan mereka adalah Wolverhampton Wanderers FC. Wolverhamption Wanderers sudah pasti akan didegradasi musim ini dan akan berada di EFL Championship musim depan. Dalam menghadapi lawan yang lemah seperti itu, Twain masih mengimplikasikan bahwa mereka jauh lebih penting daripada Manchester United, karena dia berpendapat bahwa level penghinaan tertinggi bagi lawan adalah meremehkan mereka.      

Apakah Twain tidak menganggap serius Manchester United? Kalau memang demikian, dia takkan pernah memenangkan begitu banyak penghargaan. Penghinaan strategis dan penekanan taktis terhadap lawan adalah metode yang sering digunakan Twain.      

Twain hanya menggunakan ini untuk terlibat dalam perang psikologis dengan Mourinho. Sementara apakah itu efektif atau tidak, dia tidak terlalu peduli. Mourinho juga seorang ahli psikologi, dan Twain tidak terlalu mengandalkan metode ini. Dia masih harus mengandalkan taktik dalam menghadapi Manchester United dan Mourinho.      

Wolverhampton Wanderers FC sudah didegradasi lebih awal dan mereka kurang memiliki semangat juang di dua putaran terakhir. Meski itu adalah pertandingan tandang bagi Forest, banyak orang memprediksikan mereka akan bisa menang mudah disana. Lawan seperti mereka tidak perlu terlalu dipikirkan. Sebagai akibatnya, fokus Twain dalam dua minggu terakhir adalah bagaimana mereka bisa menghadapi Manchester United.      

Tim Manchester United milik Mourinho tidak memiliki fitur khusus seperti halnya Arsenal-nya Wenger. Kesan yang diberikan oleh tim Arsenal kepada banyak orang selama lebih dari dua dekade adalah serangannya yang wajar dan mengalir alami, rumit dan beragam sehingga sangat indah untuk ditonton. Tapi, mereka sedikit kurang dalam hal konfrontasi dan pertempuran, yang menjadi alasan mengapa mereka tidak sebagus Manchester United dalam hal memenangkan kejuaraan. Di sisi lain, Manchester United masih terus menggunakan gaya Ferguson, yang lebih menekankan konfrontasi fisik dan kecepatan dalam serangan mereka. Mereka lebih seimbang dan komprehensif dibandingkan Arsenal.      

Manchester United hanya memiliki sedikit kekurangan di berbagai aspek. Tim semacam ini benar-benar sudah matang dan memiliki banyak pengalaman. Para pemain memiliki semangat juang yang gigih dan pantang menyerah. Mereka takkan puas hanya dengan unggul dalam pertandingan, dan mereka juga tidak mudah putus asa hanya karena tertinggal dari lawan.      

Lawan seperti ini adalah yang paling sulit ditangani.      

Gaya permainan Nottingham Forest sudah cukup untuk bisa menahan Arsenal, tapi tidak cukup untuk menahan Manchester United.      

Pertandingan ini akan menjadi pertemuan sejati antara kekuatan dengan kekuatan. Kalau Twain tidak ingin pertandingan terakhirnya dikacaukan oleh Mourinho, dia akan harus bekerja keras.      

※※※     

Twain sedang mempersiapkan pertandingan terakhirnya, sementara Mourinho berusaha membuat dua pemainnya bisa menghindari hukuman skorsing, setidaknya dalam pertandingan melawan Forest. Dia memutuskan untuk mengajukan banding kepada FA Inggris untuk mengulur waktu. Menurut aturan FA Inggris, seorang pemain yang mendapatkan kartu merah dalam sebuah pertandingan tidak langsung menjalani skorsing, tapi hukuman skorsing ini baru berlaku setelah insiden itu diperiksa dan diverifikasikan oleh FA.      

Selama Manchester United FC mengajukan banding, keputusannya bisa ditunda. Hanya saja penundaan selama dua minggu adalah hal yang ... tidak mungkin terjadi.      

Mourinho tidak peduli. Dia hanya ingin mengajukan banding dan sedikit mengulur waktu.     

Di waktu yang sama, sebagai seorang manajer yang baik, dia tidak boleh hanya mengandalkan satu metode saja. Dia harus bersiap untuk bermain melawan Nottingham Forest dalam pertandingan tandang tanpa Rooney dan Evans.      

Kalau yang dihadapinya adalah tim Nottingham Forest dari separuh musim yang lalu, dia takkan mau membuang-buang waktu untuk melakukan ini. Sekarang, semuanya berbeda. Dia tidak akan meremehkan tim Nottingham Forest yang ini. Di hadapan banyak orang, dia selalu menolak untuk membungkuk dan mengakui Tony Twain, tapi di dalam hatinya, dia tidak berani meremehkan Twain.      

Kekuatan sangatlah diperhitungkan di dunia sepakbola. Cara terbaik membuktikan kekuatan seseorang adalah dengan meraih kemenangan dan mendapatkan piala. Seorang manajer yang telah memenangkan 16 piala penting dalam kurun waktu 15 tahun jelas tidak boleh diremehkan.      

Mourinho tidak bodoh. Dia tahu takkan mudah mengalahkan timnya Tony Twain. Oleh karenanya, dia ekstra hati-hati.      

Apa kekuatan Nottingham Forest? Apa kelemahan mereka? Bagaimana kondisi mereka di beberapa putaran terakhir turnamen liga? Bagaimana situasi cedera di timnya? Apakah mentalitas pemainnya berubah menjelang akhir musim? Apakah pengumuman pensiunnya Tony Twain memberikan dampak yang mendalam kepada para pemainnya?     

Semua pertanyaan ini berputar di dalam benak Mourinho dan dia perlu memikirkanny.      

Dia sudah sangat familiar dengan kekuatan dan kekurangan Nottingham Forest, karena dia telah bermain melawan tim ini selama bertahun-tahun. Dia juga sangat memahami Tony Twain. Bagaimana mungkin dia tidak memahaminya? Tapi, mengetahui kekuatan dan kekurangan lawan bukan berarti dia tahu bagaimana caranya menghadapi mereka.      

Untungnya, dia masih punya waktu dua minggu.      

※※※     

Dimana turnamen liga hampir berakhir, banyak orang memiliki banyak hal untuk dilakukan. Beberapa orang sibuk melakukan upaya terakhir dalam mewujudkan tujuan mereka untuk musim ini, entah itu untuk memenangkan gelar juara atau mengamankan sebuah tempat di liga. Sementara yang lainnya berusaha mendapatkan peringkat yang bagus dan memperoleh bagian fee siaran yang lebih besar setelah turnamen liga berakhir.      

Beberapa orang lainnya memikirkan tentang musim mereka selanjutnya.      

Dunn termasuk dalam kelompok yang terakhir.      

Dua hari yang lalu, setelah Nottingham Forest berhasil mengalahkan West Ham United dengan skor 2:0 dalam pertandingan tandang, dia menerima panggilan telepon dari seseorang yang memperkenalkan dirinya sebagai Edward Doughty, ketua klub Nottingham Forest.      

Hanya dengan mendengarkan suaranya, Dunn bisa tahu bahwa pria itu memang benar-benar Edward Doughty. Dia tidak berkontak dengan klub Forest selama tujuh tahun, jadi wajar kalau dia tidak bisa mengingat suara Edward Doughty. Tapi, dia yakin pria itu memang ketua klub Forest, karena Twain pernah memberitahunya bahwa Nottingham Forest akan menghubunginya selama periode ini untuk membahas masalah kontrak kerja.      

Hanya saja dia tidak mengira kalau ketua klub Nottingham Forest adalah orang yang menghubunginya secara pribadi...      

Mungkinkah Edward Doughty sengaja berpura-pura sopan? Atau, mungkinkah pengaruh Tony di Nottingham Forest begitu besar sampai-sampai ketua klub-pun harus mematuhinya?     

Dunn tidak ingin terlalu memikirkannya. Itu bukan urusannya. Karena Edward Doughty sudah menghubunginya, ini artinya sudah waktunya untuk memikirkan tentang meninggalkan Notts County dan kembali ke Nottingham Forest.      

Sebenarnya, Edward Doughty masih tetap skeptis tentang Dunn. Tapi, dia juga penuh harap karena Dunn adalah kandidat yang direkomendasikan oleh Twain sendiri. Bagaimanapun juga, dia masih mempercayai visi Twain.      

Mereka tidak bisa bercakap-cakap dengan leluasa di telepon dan lagipula, masalah penting semacam ini harus dibahas langsung dengan bertatap muka.      

Edward Doughty dan Dunn mengatur waktu untuk bertemu secara pribadi dan berbicara.      

Bagaimanapun juga, Edward harus mendengarkan pemikiran Dunn tentang tim Nottingham Forest dan mencaritahu tentang rencana Dunn sebelum memutuskan apakah dia bisa meletakkan masa depan tim Forest di tangan seorang pelatih muda yang sejauh ini belum memperoleh hasil yang luar biasa.      

Meski dia mendengarkan saran Twain, dia bukanlah orang bodoh tak berotak.      

Kalau Dunn benar-benar bisa membuatnya merasa puas, maka mengontrak Dunn tidak akan jadi masalah. Sementara untuk tim Notts County... dia hanya akan memberi mereka kompensasi. Bagaimanapun juga, kompensasi bagi seorang manajer tidak terlalu tinggi. Nottingham Forest masih mampu membayarnya.      

Setelah dia setuju untuk bertemu dengan Edward Doughty, Dunn mengakhiri panggilan teleponnya. Dia mulai memikirkan bagaimana caranya dia bisa mengucapkan selamat tinggal pada Notts County. Bagaimanapun juga, klub ini telah memberinya dasar yang stabil untuk membangun tim sesuai dengan keinginannya. Mereka memberinya waktu tujuh tahun. Tak peduli seberapa buruk hasil yang mereka peroleh di awal-awal masa kepelatihannya, dia tidak diusir dari posisi manajer. Mustahil baginya untuk tidak merasakan apa-apa terhadap Notts County.      

Tapi, dia harus mengejar panggung yang lebih besar dan langit yang lebih luas. Langit-langit di atas kepalanya bukanlah tujuannya. Tony memahaminya dan karenanya memberinya kesempatan ini. Dia bisa membuktikan kemampuannya di panggung yang lebih besar, memimpin tim Forest untuk mendapatkan kembali kejayaan dan kehormatan mereka, tapi juga untuk mencari mimpi yang telah lama terkubur di hatinya...      

Notts County masih berada di peringkat tengah klasemen EFL Championship musim ini, tanpa ada harapan untuk dipromosikan. Selain itu, eselon atas klub Notts County sepertinya tidak tertarik dengan promosi ke liga yang lebih tinggi. Bagi mereka, hasil saat ini sudah cukup bagus. Tanpa dukungan dana eksternal, mereka hanya bisa memposisikan diri di tempat ini.      

Karena klub tidak punya ambisi, dia akan pergi menempuh jalannya sendiri.      

※※※     

Pierce Brosnan sedang duduk di kantor yang menjadi miliknya sendiri. Dia sedang memikirkan tentang pertandingan yang akan dilangsungkan dua minggu lagi. Itu akan menjadi pertandingan terakhir Tony Twain, jadi melaporkan pertandingan yang penting dan bernilai publikasi tinggi semacam itu akan menjadi tantangan tersendiri.      

Banyak media memfokuskan diri pada pertandingan. Kalau dia tidak mendapatkan sudut pandang yang tajam, bagaimana mungkin dia bisa tampil menonjol diantara persaingan berita yang begitu sengit? Selain itu, media cetak pasti kalah saing jika dibandingkan dengan televisi dan media online.      

Tony Twain akan pergi dan Nottingham Evening Post telah membuat edisi khusus. Brosnan adalah editor topik ini. Dia harus mengkoordinasikan staf dan sumberdaya yang ada untuk menjadikannya edisi terbaik yang pernah dibuatnya.      

Pertama-tama, dia perlu mengidentifikasikan sebuah tema dan sudut pandang. Dengan cara yang bagaimana dia bisa menggali lebih dalam untuk mencapai efek yang paling diinginkan?     

Dia membiarkan jari-jarinya menjauh dari keyboard, bangkit berdiri dan melangkah ke rak buku. Dia mulai membolak balik materi disana – terbitan lama Nottingham Evening Post. Dia berharap bisa menemukan materi yang berguna disana.      

Ketika dia membuka-buka surat kabar, sebuah tajuk berita yang familiar menarik perhatiannya.      

'Kami Kecurian!'     

Baru saat itu dia sadar edisi surat kabar yang dikeluarkannya. Dia melihat tanggalnya: 4 Januari 2003. Itu adalah pertama kalinya dia dan Twain menjadi sorotan...      

Tony Twain yang ada di foto itu masih tampak muda. Karakter bossy dan mendominasi sudah tampak jelas dilihat dari posisi alisnya. Siapa yang mengira bahwa pemula muda dengan bahasa yang mengejutkan itu akan menjadi manajer terbaik di sepanjang sejarah Inggris?     

Orang-orang dan berbagai hal yang terjadi di tahun itu...      

Tiba-tiba saja Brosnan mendapatkan inspirasi.      

Kenapa dia hanya menerbitkan satu edisi?     

Bagaimana mungkin satu edisi khusus sudah cukup untuk mendeskripsikan perjalanan Tony Twain selama 15 tahun terakhir?     

Brosnan merasa bahwa tak peduli seberapa ahlinya reporter yang menulis dan mendeskripsikan pengalaman Twain, itu takkan sebanding dengan kisah Twain sendiri.      

Yang perlu dia lakukan hanyalah menggali setiap langkah yang diambil Twain selama 15 tahun belakangan ini dan menyajikannya ke hadapan para pembaca. Lalu dia akan membiarkan mereka mengikuti topik di setiap terbitan dan mengenang pasang surut yang terjadi dalam 15 tahun terakhir ini bersama-sama.      

Itu sudah cukup. "Sejarah" Twain di setiap edisi pasti akan menjadi material berharga yang layak untuk dikoleksi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.