Mahakarya Sang Pemenang

Setelah Mencapai Tujuan Lebih Dulu



Setelah Mencapai Tujuan Lebih Dulu

0"Pertandingan telah berakhir! 3:0! Nottingham Forest menang!"     
0

Kamera tidak diarahkan pada para pemain ketika komentator meneriakkan kata-kata diatas, dan bukan Balotelli yang mencetak dua gol di pertandingan ini. Melainkan, kamera diarahkan ke area teknis dan menyorot manajer Nottingham Forest, Tony Twain.      

Twain baru saja bangkit berdiri ketika kamera menyorot ke arahnya, dan asisten manajernya, Kerslake, menepuk bahunya. Setelahnya, Twain berbalik dan melangkah ke arah manajer Wolves, Alan Pardew, untuk menjabat tangannya. Jabat tangan itu adalah sebuah kebiasaan yang dilakukan usai pertandingan untuk menunjukkan rasa hormat terhadap lawan.      

Pardew tidak merasa kesal atau marah setelah kalah dari Twain di kandangnya sendiri karena timnya memang sudah akan didegradasi musim depan. Dia memberitahu Twain bahwa dia tidak ingin Twain pensiun saat mereka berjabat tangan.      

Twain tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum sebagai tanggapan.      

Twain telah mendengar banyak komentar semacam ini selama beberapa minggu terakhir. Beberapa diantara komentar-komentar itu dilontarkan dengan tulus, dan beberapa lainnya dilontarkan demi sopan santun. Twain tidak peduli dengan alasannya. Dia akan mengucapkan selamat tinggal pada olahraga ini setelah satu pertandingan terakhir, dan dia tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain. Dia tidak akan menegur orang lain atas aksi atau kata-kata mereka lagi.      

Twain melangkah menjauhi Pardew dan kembali ke timnya.      

Hal pertama yang dilihatnya ketika dia kembali ke area teknis adalah wajah Kerslake yang penuh senyum. "Kabar terakhir! Tony! Manchester City kalah!"     

Twain tersenyum ketika dia melihat betapa gembiranya Kerslake. Kekalahan Manchester City mengandung arti bahwa Nottingham Forest berhasil mendapatkan tempat dalam Liga Eropa musim depan, dan mereka tidak perlu bermain habis-habisan melawan Manchester United di pertandingan selanjutnya.      

"Aku tidak peduli kalau kita bermain buruk di pertandingan berikutnya, Tony. Aku bahkan tidak peduli kalau kita kalah! Haha!" Kerslake tertawa senang di tengah keriuhan suasana stadion.      

"Itu tidak boleh terjadi, David," Twain menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa mengakhiri karir manajerialku dengan sebuah kekalahan."     

David Kerslake tahu bahwa pria di hadapannya ini masih sangat kompetitif. Dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum sebagai tanggapan.      

Berita kekalahan Manchester City tersebar ke seluruh tim Forest dan bahkan disiarkan di dalam Stadion Molineux, yang merupakan stadion kandang tim Wolves. Ini adalah cara tim Wolves memberi selamat kepada Forest. Hanya mereka yang terdegradasi akan sempat mengucapkan selamat pada lawan mereka.      

Para pemain Forest saling berpelukan dengan gembira setelah mendengar kabar ini. Kekalahan Manchester City ini mengandung arti bahwa upaya mereka selama setengah musim belakangan ini tidak sia-sia.      

Saat semua orang lain merayakan kabar baik ini, asisten manajer Forest, Freddy Eastood, justru merasa khawatir.      

"Aku khawatir para pemain kita akan kehilangan semangat juang mereka di pertandingan terakhir kalau ini terus berlanjut," katanya pada Twain.      

Kata-katanya itu memang masuk akal. Tujuan utama Forest untuk paruh kedua musim ini adalah memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam Liga Eropa dan semua orang telah berusaha keras untuk mencapai tujuan itu. Tapi, sekarang setelah tujuan telah tercapai, tim pasti akan kehilangan semangat mereka dan tampil buruk di pertandingan Liga Premier terakhir mereka.      

Seseorang hanya perlu melihat tim Wolves dan penampilan mereka di pertandingan yang baru saja berakhir. Mereka adalah 'contoh teladan' yang sempurna. Para pemainnya sudah kehilangan motivasi di sepanjang pertandingan karena mereka tahu mereka akan didegradasi dan karenanya tidak punya sesuatu untuk diperjuangkan. Mereka berusaha melawan ketika Forest mencetak gol pertama, tapi semangat mereka benar-benar hilang setelah Balotelli mencetak gol dari tendangan bebas, dan mereka langsung menyerah di tempat.      

Tapi, lawan Forest di pertandingan terakhir bukanlah tim yang tak termotivasi seperti Wolves. Mereka akan melawan Manchester United, yang berada di puncak klasemen.      

Twain tidak merasakan kekhawatiran yang sama seperti Eastwood. Dia tidak mungkin selalu membuat para pemainnya merasa tegang. Tidak ada gunanya menempatkan timnya dibawah tekanan yang besar terus menerus. Kalau para pemain kehilangan semangat juang mereka di pertandingan terakhir, maka biar saja. Ada cara lain untuk memenangkan pertandingan selain dengan memberikan tekanan kepada para pemain.      

Selain itu, memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam Liga Eropa dengan mengalahkan Manchester United tidak pernah menjadi tujuan tim Forest. Para pemain memang sudah banyak berlatih selama dua minggu terakhir, tapi mereka tidak pernah berlatih dengan tujuan seperti itu. Karenanya, tidak perlu mencemaskan level motivasi para pemain di dalam pertandingan karena mereka tidak perlu mengandalkan semangat juang dan tekad para pemain untuk menang.      

Tapi, situasi yang dideskripsikan Eastwood bisa saja terjadi. Para pemain bisa tampil buruk karena kurang motivasi. Jadi, salah satu pekerjaan yang harus dilakukan Twain dan staf pelatihnya selama seminggu ke depan adalah mencegah munculnya situasi tersebut.      

"Jangan khawatir, Eastwood. Tak peduli masalah apa yang kita hadapi, akan selalu ada solusi untuk itu," Twain menepuk bahu Eastwood. "Nikmati saja kemenangan kita untuk saat ini. Jangan terlalu khawatir."     

Eastwood melirik Twain. "Aku akan mempercayai kata-kata itu karena kau yang mengatakannya," Dia merujuk pada pernyataan Twain 'Tak peduli masalah apa yang kita hadapi, akan selalu ada solusi untuk itu.'"Tapi apa yang akan terjadi setelah kau pergi?"     

Eastwood tidak tahu bahwa Dunn akan mengambil alih Forest sebagai manajer berikutnya. Tapi, meski dia tahu, dia pasti akan meragukan kemampuan Dunn sebagai penerus Twain.      

Mungkin tidak ada seorangpun di dunia ini yang mempercayai kemampuan Dunn selain Twain.      

"Aku bukan satu-satunya manajer yang berkualifikasi di Inggris," Twain menjawab Eastwood.      

Dia tidak menduga Eastwood akan menggelengkan kepalanya dengan serius dan berkata, "Hanya ada satu Tony Twain di dunia ini."     

※※※     

"Kita kembali berhasil lolos ke Liga Eropa musim depan. Membandingkan hasil ini dengan hasil yang diperoleh tim setengah musim yang lalu hanya akan membuat kita semakin merindukan Tony Twain," tulis Pierce Brosnan di Nottingham Evening Post.      

"Kita sering menggunakan kata-kata 'dia memiliki kemampuan untuk mengubah hasil pertandingan' ketika kita ingin mendeskripsikan seorang pemain yang luar biasa, dan aku ingin mendedikasikan kata-kata yang sama untuk Tony Twain. Dia adalah seorang pria yang layak mendapatkan kata-kata itu. Kalian mungkin bertanya, apa bedanya tim Nottingham Forest saat ini dan tim Nottingham Forest dari enam bulan yang lalu? Tim Nottingham Forest saat ini punya satu pemain baru, Chen Jian, serta Twain sebagai manajernya. Chen Jian diperkenalkan ke dalam tim oleh Twain dan Twain pulalah yang membawakan kemenangan bagi Forest dan memimpin mereka meraih peringkat ke-enam. Jujur saja, kita semua sudah tahu tentang kebenarannya sejak lama – Tony Twain adalah pria yang bisa membawakan kemenangan dan piala juara ke dalam timnya. Dia adalah seorang pria yang mampu mengubah hasil pertandingan sendirian."     

Jumlah events untuk mengenang Twain kembali bertambah setelah pertandingan melawan Wolves berakhir. Tidak ada yang sanggup melihat Twain meninggalkan tim dan ada semakin banyak suara yang memintanya tetap tinggal di klub. Tapi, semua orang tahu bahwa mereka takkan bisa membuat Twain mengubah pikirannya.      

Tiket untuk pertandingan kandang melawan Manchester United sudah terjual habis. Tapi, banyak orang yang masih mencoba mendapatkan tiket secara online. Mereka semua berharap bisa mendapatkan kesempatan untuk mengantar kepergian Twain di Stadion Crimson.      

Para fans Nottingham Forest merasa bangga dengan fakta bahwa mereka memiliki manajer yang luar biasa seperti Twain. Ada beberapa vendor cerdas yang menawarkan peluang bagi para fans dan turis untuk 'berfoto' bersama Tony Twain dengan menempatkan potret Twain seukuran aslinya di luar stadion Crimson. Bisnis mereka sangat laris dan banyak orang ingin berfoto bersama 'Tony Twain'. Mereka bahkan mendapatkan pelanggan yang bepergian jauh dan mereka yang tampak menonjol dengan wajah eksotis mereka.      

Pertandingan ini tidak hanya menuai perhatian media lokal, melainkan juga media dari seluruh dunia. Komite Manajemen Liga Premier telah memutuskan untuk menyiarkan pertandingan ini secara langsung ke seluruh dunia. Liga Premier saat ini disiarkan ke 256 negara dan ada lebih dari satu milyar penonton di seluruh dunia. Keputusan mereka ini mengandung arti bahwa satu milyar penggemar sepakbola dari seluruh dunia akan mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan pertandingan terakhir di karir manajerial Tony Twain. Ini benar-benar sebuah 'upacara perpisahan' yang meriah untuk seorang manajer sepakbola.      

Banyak negara mulai mempublikasikan pertandingan itu. Mereka mengiklankannya sebagai sebuah pertandingan unik yang tak ada duanya.      

"Pertandingan terakhir manajer sepakbola yang paling sukses di sepanjang sejarah Inggris!"     

"Perseteruan antara dua manajer sepakbola yang paling terkenal: Tony Twain dan Jose Mourinho!"     

"Tim mana yang akhirnya bisa mengangkat piala Liga Premier?"     

Beberapa hal membuat pertandingan ini wajib ditonton. Pertama-tama, ini adalah pertandingan terakhir sebelum Twain kembali pensiun. Kedua, Twain dan Mourinho telah menjadi rival selama lebih dari sepuluh tahun, dan akan sangat menarik untuk menyaksikan pertandingan antara keduanya. Ketiga, pertandingan ini akan menentukan siapa yang akan menjadi juara Liga Premier musim ini. Manchester United boleh saja berada di puncak klasemen untuk saat ini, tapi mereka hanya unggul atas Arsenal dengan satu poin. Kalau Manchester United kalah dari Forest milik Twain dan Arsenal menang atas Fulham, maka Arsenal akan menyalip Manchester United dan menjadi juara Liga Premier.      

Itu adalah hasil yang tidak ingin dilihat Mourinho maupun para fans Manchester United.      

Media di Nottingham hanya terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan Tony Twain. Media di Manchester, berkebalikan dengan ini, memfokuskan pada apakah Mourinho bisa mempertahankan gelar liga mereka. Menariknya, mereka tidak punya harapan tinggi terhadap peluang Manchester United dalam menjadi juara – mereka yakin Nottingham Forest tidak akan mengalah dengan mudah, karena tidak satupun dari para fans dan pemain mereka ingin mengantarkan kepergian manajer legendaris mereka dengan sebuah kekalahan.      

Orang-orang yang merasa yakin bahwa para pemain Forest akan kehilangan motivasi dan semangat juang mereka setelah mereka berhasil memastikan diri berpartisipasi dalam Liga Eropa adalah orang-orang bodoh. Pertandingan melawan Forest pasti akan menjadi sebuah tantangan yang berat bagi Manchester United.      

Mourinho juga memikirkan hal yang sama. Dia menunjukkan ekspresi serius di wajahnya selama wawancara, dan dia merasa timnya tidak bisa rileks meski mereka berada di puncak klasemen saat ini. Ketika ditanya tentang pertandingan itu, Mourinho berkata, "...Aku tidak suka memprediksikan hasil pertandingan sepakbola manapun. Tapi, kurasa timku bisa mengalahkan Nottingham Forest..."     

Kata-katanya terdengar dipaksakan. Itu lebih terdengar seperti kata-kata yang diucapkan untuk meningkatkan semangat timnya dan bukan ekspresi kepercayaan dirinya.      

Tapi mungkin Mourinho berusaha membiarkan lawannya bersikap sombong dan sengaja menunjukkan kelemahannya. Siapa yang tahu apa yang sebenarnya ada di benaknya?     

※※※     

Kekhawatiran Eastwood tidak pernah menjadi kenyataan. Kelihatannya para pemain tidak kehilangan motivasi mereka atau semangat juang mereka untuk pertandingan berikutnya saat dia mengamati mereka selama sesi latihan rutin. Justru sebaliknya, mereka terlihat penuh semangat juang. Tidak satupun dari para pemain itu yang ingin melewatkan pertandingan penting semacam ini karena tampil buruk selama sesi latihan.      

Eastwood hanya bisa meratapi betapa besarnya pengaruh si boss, dan dia jadi semakin khawatir tentang siapa yang bisa mengendalikan para pemain setelah Twain pergi...     

Sepertinya Twain sama sekali tidak terpengaruh oleh semua berita yang dipublikasikan tentangnya saat ini atau bagaimana orang-orang di sekitarnya tampak cemas. Dia melakukan apa yang selalu dilakukannya selama satu dekade terakhir. Dia meninggalkan sesi latihan rutin di tangan staf pelatihnya sementara dia berdiri mengamati dengan tenang dan memutar-mutar jempol tangannya.      

Dia seperti pria tua yang hampir memasuki masa pensiunnya dan muncul di kantor setiap hari hanya untuk membuat teh bagi dirinya sendiri dan berjalan-jalan.      

Twain tidak berjalan-jalan dan juga tidak membuat teh bagi dirinya sendiri di kantor. Pekerjaannya hanya terdiri atas berdiri di pinggir lapangan untuk saat ini. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan olehnya sekarang, karena dia sudah menyelesaikan semua persiapan menjelang pertandingan melawan Manchester United. Dia sibuk menyiapkan taktik pertandingan beberapa hari yang lalu, tapi sekarang setelah dia menyelesaikan semuanya, dia sudah bebas. Yang tersisa hanyalah membuat para pemainnya melatih taktiknya dan dia tidak perlu terlibat langsung di dalamnya. Dia hanya akan sibuk di hari pertandingan nanti.      

Satu-satunya hal yang harus dilakukannya saat ini adalah berdiri di pinggir lapangan sambil memakai kacamata hitam dan mengawasi para pemainnya berlatih.      

Tapi, dia sudah mengawasi para pemainnya berlatih selama 16 tahun terakhir dan dia sudah sedikit bosan melihat itu. Jadi, belakangan ini dia membiarkan dirinya memikirkan hal lain dan tidak terlalu memperhatikan sesi latihan rutin mereka.      

Twain tidak lagi ingat siapa pemain-pemain di tim ketika dia baru mengambil alih jabatan sebagai manajer. Dulu, dia tidak tahu bagaimana caranya melatih tim sepakbola, dan dia hanya punya sedikit pengetahuan tentang para pemainnya. Saat itu, dia sama sekali tidak mengira bahwa dia akan menjadi manajer yang paling sukses di negara ini.      

Apa yang akan dipikirkan oleh orang-orang kalau mereka tahu bahwa identitas manajer sepakbola yang sukses ini sebenarnya hanyalah seorang penggemar sepakbola Cina yang tidak tahu banyak tentang sepakbola profesional?     

Itu jelas sebuah rahasia yang akan dibawanya ke liang kubur.      

Beberapa pemikiran acak tiba-tiba saja menghantam Twain. Bagaimana kalau ada transmigrator atau penjelajah waktu lain seperti dirinya di dunia ini? Bagaimana kalau salah satu dari para jenius yang memberikan banyak kontribusi bagi umat manusia sebenarnya berasal dari masa depan?     

Semua ini adalah pemikiran yang sangat menarik. Mungkin Wenger sebenarnya juga seorang transmigrator atau penjelajah waktu yang berhasil menyembunyikan identitas aslinya dengan sangat baik? Itu akan menjelaskan mengapa dia sangat ahli dalam menemukan pemain muda berbakat.      

Twain tenggelam ke dalam pikirannya. Ketika dia akhirnya kembali dari lamunannya, dia sadar bahwa sesi latihan sudah hampir berakhir.      

Asisten manajer tim, Kerslake dan Eastwood, mengumpulkan para pemain di depan mereka. Mereka akan mendengarkan manajer mengatakan beberapa hal sebelum mereka bisa pulang.      

Sebenarnya, Twain jarang mengatakan apa-apa di akhir sesi latihan rutin tim dan tidak wajib bagi mereka untuk mendengarkan kata-katanya. Tapi, karena kepergian Twain dari tim sudah semakin dekat, para pemain mulai menuntut Twain untuk lebih sering bicara dengan mereka. Karenanya, Twain akan selalu mengatakan beberapa hal – entah itu komentar tentang latihan mereka atau hal-hal lain, di akhir sesi latihan belakangan ini.      

Para pemain 'hanya suka mendengarkan suara boss', menurut Gareth Bale.      

Semua orang ingin mendengar ucapan Twain dan hari ini juga tidak terkecuali.      

Twain melihat Eastwood melambai ke arahnya dan dia berjalan mendekat.      

"Jujur saja, aku sudah mengatakan semua yang perlu kukatakan dan aku tidak bisa memikirkan tentang hal lain sekarang," Twain mengangkat bahunya. Tapi, dia tahu dia harus mengatakan sesuatu.      

"Kita akan memainkan pertandingan Liga Premier terakhir kita tiga hari lagi. Setelah melihat sesi latihan kita selama beberapa hari, kurasa kita sudah siap untuk pertandingan itu. Jujur saja, aku yakin kalian takkan kehilangan motivasi dan semangat juang kalian setelah kita berhasil mencapai tujuan kita lebih awal. Jadi, beritahu aku. Apa kalian kehilangan motivasi kalian untuk pertandingan mendatang?"     

Twain menanyakan ini sambil memandang para pemain di sekelilingnya.      

"Itu tidak akan pernah terjadi, boss!" Gareth Bale adalah yang pertama menjawabnya dan rekan-rekan setimnya mengangguk setuju. "Kami tahu kami masih harus memberimu kemenangan di pertandingan terakhir itu!"     

Twain tersenyum senang. Lalu dia menepukkan tangannya satu kali dan berkata, "Kalau begitu bukankah sesi latihan sudah berakhir? Apa lagi yang bisa kukatakan? Kalian semua boleh bubar!"     

Ekspresi sedih di wajah para pemain membuat Twain tersenyum lebih lebar.      

Hari dimana dia tidak lagi harus menggunakan otaknya dan memikirkan apa yang harus dikatakannya untuk memuaskan para pemainnya akhirnya tiba. Ketika dia masih muda, dia suka menggunakan kata-kata yang penuh semangat untuk memotivasi para pemainnya. Dia merasa berbicara dengan cara itu membuatnya terlihat bagus. Tapi, sekarang setelah dia sudah tua, dia tidak suka melakukan hal-hal dengan cara yang mencolok seperti itu. Dia lebih suka menggunakan kediaman dan tindakan untuk menunjukkan kekuatannya.      

Bagaimanapun juga, tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata. Sebuah cara yang lebih efektif dalam melukai lawan adalah dengan menggulung lengan baju dan memukul mereka daripada menghabiskan sepanjang hari mengomeli mereka.      

Twain mungkin sudah semakin tua, tapi cakarnya masih tajam dan dia masih menjadi sebuah ancaman. Semua orang yang meragukannya boleh datang ke Stadion Crimson pada tanggal 10 Mei, dan mereka akan bisa melihat sendiri apakah dia benar-benar sudah kehilangan kemampuannya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.