Mahakarya Sang Pemenang

Temukan Hati Sang Juara



Temukan Hati Sang Juara

0Twain tidak pernah mengira bahwa setelah dia kembali ke bangku pelatih Nottingham Forest, prestasi tim akan segera meningkat dan mereka akan terus menang hingga meraih gelar juara liga meski dia tidak melakukan apa-apa. Hanya seorang anak yang bisa membayangkan skenario semacam ini, tapi orang dewasa yang bisa berpikir logis akan menganggapnya omong kosong.      
0

Apa yang terjadi sekarang telah membuktikan kebijaksanaannya. Meski hingga saat ini Nottingham Forest telah memenangkan sejumlah permainan, masih ada banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Sebagai contoh, pemulihan dominasi tim telah menjadi masalah yang paling mendesak bagi Twain, menunggu untuk diselesaikan olehnya.      

Kalau sebuah tim tidak punya kepercayaan diri untuk menang, mereka takkan bisa mengalahkan musuh yang kuat. Ketika tim yang relatif kecil dan lemah menghadapi sebuah lawan yang kuat, selama mereka bertekad untuk menang, mereka bisa menciptakan keajaiban. Terdapat banyak pertandingan klasik dimana tim yang lebih lemah berhasil mengalahkan tim yang lebih kuat, dan faktor kuncinya selalu terletak pada keyakinan terhadap kemenangan.      

Ketika Nottingham Forest tiba-tiba bangkit di dunia sepakbola Inggris, mereka bergantung pada kekuatan untuk terus maju dan keengganan untuk kalah.      

Pada saat itu, Nottingham Forest hampir tidak tahu apa itu "rasa takut". Entah mereka menghadapi lawan dalam negeri yang kuat, atau saat menghadapi tim Eropa yang terkenal, hanya ada satu pikiran di benak mereka: "Untuk bertarung dan memenangkan pertempuran!"     

Tapi sekarang...      

"Selama empat musim terakhir, kalian telah mengeluh tentang kehilangan gelar juara, kehilangan hak untuk mengikuti kualifikasi Liga Champions UEFA dan sekarang juga kehilangan hak untuk mengikuti kualifikasi Liga Eropa UEFA. Tapi biar kukatakan pada kalian, semua itu tidak penting."     

Twain memandang para pemain yang masih menundukkan kepala mereka.      

"Kalau kalian tidak menemukan satu hal yang paling penting ini, kalian takkan pernah bisa mendapatkan kembali apa yang telah kalian hilangkan. Apa kalian tahu apa itu?"     

Twain menepuk dadanya, dimana jantungnya berdetak. "Letakkan tangan kalian disini dan rasakan detak jantung kalian. Apa mereka berdetak kencang saat aku membicarakan tentang kemenangan atas Arsenal?"     

Beberapa pemain benar-benar meletakkan tangan di dada mereka, tapi ada beberapa lainnya yang masih bingung. Mereka tidak tahu apa yang dimaksud manajer mereka.      

Twain tidak mengandalkan ucapannya ini untuk menunjukkan jalan menuju kemenangan pada semua orang, tapi dia harus mengubur benihnya. Mungkin mereka akan mekar dan menghasilkan buah pada waktunya nanti.      

"Pertandingan melawan Arsenal adalah peluang untuk membuktikan bahwa kalian semua masih punya semangat juang. Kali ini, itu bukan untuk semua media diluar sana. Berjuanglah untuk dirimu sendiri!"     

※※※     

Arsene Wenger sudah berusia 69 tahun. Tujuannya adalah untuk pensiun setelah menyelesaikan kontraknya dengan klub, yang masih tersisa tiga tahun lagi. Itu artinya dia akan pensiun pada usia 72 tahun. Penyesalan terbesarnya dalam karir kepelatihannya adalah dia belum pernah memenangkan gelar juara Liga Champions UEFA dan Kejuaraan Eropa.      

Ada kalanya dalam satu musim dia sudah sangat dekat dengan piala itu, tapi seseorang selalu mengalahkannya sebelum mencapai final.      

Orang itu kini berada di hadapannya, tersenyum.      

"Lama tidak bertemu, Professor."     

Selama konferensi pers pra-pertandingan, Twain dan Wenger saling bertemu. Saat yang satu sudah menyelesaikan bagiannya, yang lain baru akan melakukan konferensi.      

"Baru beberapa bulan, Tony," Sejak Twain memenangkan Piala Dunia, dia hampir menghilang dari pandangan publik dan media.      

Twain menggelengkan kepalanya. Bukan itu yang dimaksud olehnya.      

"Maksudku sudah lama sejak kita bertemu dalam situasi seperti sekarang."     

Twain menunjuk ke aula konferensi pers dimana para reporter sedang menunggu kedatangan Wenger.      

Wenger langsung memahaminya. Sebagai lawan, mereka memang sudah lama tidak bertemu.      

"Kudengar tim-mu akan mengalahkan tim-ku," kata Wenger.      

Twain tersenyum sambil berkata, "Kalau kami tidak punya semangat untuk menang, maka mustahil bagi kami untuk menang," Dia tidak mengangguk dan mengatakan ya. Lebih baik tidak bersikap sombong di hadapan teman lama dan lawannya ini.      

Twain memang benar-benar berpikir begitu. Jujur saja, dia tidak tahu apakah timnya bisa menang melawan Arsenal atau tidak. Meski sudah siap secara taktis untuk menghadapi pertandingan ini, tim Nottingham Forest yang sekarang bukanlah tim yang sama seperti empat tahun yang lalu, dan dia tidak mengontrol tim ini sepenuhnya.      

Alasan mengapa dia mengatakan dia ingin menang itu sama seperti Twain yang memberitahu para pemainnya: "Kalau kalian tidak ingin menang, bagaimana kalian bisa bermain di lapangan?"     

Wenger mengangkat bahu dan tidak mengatakan apa-apa. Para reporter sedang menunggunya dan sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengobrol.      

Dia mengulurkan tangannya, berusaha menjabat tangan Twain, tapi Twain menepuk bahunya. "Aku pergi dulu, Professor. Kita akan bertemu lagi di pertandingan besok malam."     

Wenger hanya bisa melihat Twain menghilang di ujung koridor sebelum akhirnya melangkah ke aula konferensi pers.      

Tidak lama setelah dia duduk, pertanyaan para reporter datang: "Bagaimana pendapat Anda tentang ucapan Tony Twain, tentang keyakinannya bisa menang atas Arsenal?"     

Wenger tersenyum. Sepertinya dia tidak bisa melepaskan diri dari topik ini.      

"Aku yakin dia memiliki kemampuan untuk itu." Wenger mengatakan 'dia' dan bukan 'mereka'. Dia memainkan sedikit trik dengan pilihan kata-katanya, meski dia tidak tahu apakah ada yang menyadarinya. "Tapi ini adalah stadion kandang kami."     

Itu benar. Ini adalah stadion kandang Arsenal dan Wenger takkan melepaskan kemenangan itu dengan mudah.      

※※※     

"Aku sudah beromong besar, nak."     

Berita tentang Arsenal melawan Nottingham Forest di kandang telah menjadi fokus utama di berita olahraga hari itu. Twain dan Wenger menghadiri konferensi pers pra-pertandingan yang banyak diliput. Kata-kata Twain, "Ya, aku ulang lagi. Kami akan mengalahkan tim tuan rumah di Stadion Emirates," juga terus-menerus disinggung.      

Twain memberitahu para pemainnya, setelah mematikan TV dalam kelas taktik terakhir malam itu:     

"Kalau kita tidak menang, kalian dan aku akan menjadi lelucon di seluruh Inggris. Itu akan terlalu memalukan."     

Twain tidak pernah mengatakan sesuatu seperti, "Dilihat dari kekuatan kita, kita layak untuk menang atas Arsenal", jadi tidak satupun dari pemainnya bisa mengajukan keberatan. Siapapun yang punya otak pasti tahu bahwa sangat, sangat sulit untuk menang di Emirates melawan Arsenal.      

Tapi, 'omong besar' itu menempatkan tim Forest ke tepi jurang.      

Seperti yang dikatakan Twain: mereka semua telah didorong ke tepi jurang. Kalau mereka kalah, semua ucapan dan komentar buruk akan ditujukan pada mereka.      

Tidak ada yang ingin dijadikan lelucon, dan dibahas dengan nada merendahkan.      

Para pemain sepakbola profesional juga jelas tidak menginginkannya.      

"Gaya bermain Arsenal masih serumit dan sekuat biasanya. Di kandang sendiri, mereka pasti akan bermain seperti itu. Inilah peluang kita."     

Twain mulai menguraikan taktik yang akan mereka gunakan dalam pertandingan esok hari, tapi para pemain bisa, sebagian besarnya, memprediksikan apa yang akan dia katakan. Ini adalah sesuatu yang telah menjadi fokus latihan tim selama lebih dari seminggu. Selama lebih dari seminggu, bagian terpenting dalam latihan adalah serangan menggunakan taktik bola mati. Di titik ini, semua orang tahu, kurang lebihnya, taktik apa yang akan digunakan tim dalam pertandingan.      

Antara kalah setelah melakukan serangan yang indah dan spektakuler atau menang dengan menggunakan gaya bertahan konservatif, Twain pasti akan memilih yang kedua. Tapi, resiko dari pilihan kedua adalah harus mempertahankan wilayah mereka selama 89 menit, dimana mereka bisa saja kalah di menit-menit terakhir. Itu artinya kehilangan segalanya, tidak hanya kalah dalam pertandingan tapi juga kehilangan harga diri tim. Kalau itu terjadi, tim akan menjadi bahan tertawaan. Dalam menghadapi situasi ini, banyak orang akan memilih untuk menyerang lawan mereka. Dengan begitu, meski mereka kalah, mereka akan kalah dengan terhormat.      

Tapi, itu bukanlah ide yang bagus dalam situasi ini. Tim Forest tidak sekuat sebelumnya dan sudah mencari-cari alasan atas kekalahan mereka. Bagaimana mungkin tim seperti itu bisa mengalahkan lawan yang kuat? Mereka tidak punya kepercayaan diri untuk melakukan serangan dengan agresif.      

Seperti kata pepatah, "Ancam seseorang dengan kematian dan mereka akan berjuang untuk hidup." Bagaimana mungkin tim bisa menarik energi yang tepat kalau mereka tidak bertekad untuk menang?     

"Dengan lini pertahanan belakang yang solid, kita harus memanfaatkan setiap peluang bola mati untuk mencetak gol. Jangan khawatir dengan penguasaan bola yang minim, adegan yang buruk dan peluang yang kecil untuk menembak ke gawang. Selama kita masih lebih sabar dibandingkan mereka, gunakan kesempatan bola mati ini untuk mencetak gol, dan kemenangan akan menjadi milik kita!"     

"Kita sudah berlatih taktik bola-mati selama lebih dari seminggu dan kuharap aku bisa melihatnya di pertandingan."     

※※※     

Di dalam pertandingan, Twain memang melihat taktik bola mati yang telah dilatih timnya dengan susah payah selama lebih dari seminggu. Timnya unggul dalam skor untuk saat ini.      

Segera setelah Arsenal menyerang, mereka bermain dengan arogansi tim tuan rumah. Mereka membombardir kotak penalti Forest. Mereka bekerjasama dengan cerdik, berlarian dengan fleksibel dan mengoper bola dengan cepat. Tim Nottingham Forest hanya bisa menggandakan pertahanan mereka dibawah serangan Arsenal. Sayang sekali mereka kurang memiliki striker kedua yang tajam. Meski pasukan kecil Arsenal ini cukup fleksibel, itu tidak cukup saat harus menghadapi dinding pertahanan solid tim Nottingham Forest.      

Meski tim Forest tampak kepayahan, mereka tidak pernah kebobolan gol. Baru di menit ke-37 tim Forest mendapatkan peluang yang bagus untuk menyerang. Chen Jian dijatuhkan ke tanah oleh pemain Arsenal setelah merebut bola di lini depan dan Nottingham Forest, oleh karenanya, mendapatkan tendangan bebas di sisi kanan depan.      

Bale mengeksekusi tendangan bebas dengan kaki kiri dan Aaron Mitchell menyundul bolanya ke belakang dengan sentakan kepalanya dari kotak penalti. George Wood bergerak maju dari tengah, lebih cepat daripada yang lain, dan menggunakan sundulan yang indah untuk mengirim bola ke sudut gawang setelah menimbulkan kekacauan.      

Nottingham Forest, tim tandang, berhasil memimpin tanpa memiliki keunggulan dalam penguasaan bola maupun jumlah tembakan ke gawang lawan. Ini mengejutkan banyak orang.      

Tapi, lebih banyak kejutan menunggu mereka. Nottingham Forest mendapatkan tendangan bebas yang lain di posisi yang sama tapi di sisi kiri lapangan pada menit terakhir babak pertama. Kali ini, Bale mengumpan silang. Bek belakang Arsenal terfokus pada pertahanan lini tengah dan sementara itu, mereka tidak pernah berhenti menjaga ketat Mitchell. Tapi, Nottingham Forest telah mengubah taktik mereka.      

Bola itu langsung memasuki kotak penalti lawan. Mitchell dan bek tengah Forest, Sakho masih terdorong ke belakang, sementara dua bek lawan mengikuti mereka. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa setengah jalan menuju kesana, Sakho tiba-tiba saja berbalik dan berlari ke arah bola. Dia melompat tinggi tanpa ada yang menjaganya!     

Dia menembak bola pantulan. Bola itu memantul dari tubuh kiper Arsenal, membuatnya salah menebak arah bola. Bolanya langsung masuk ke dalam gawang!     

"Tidak bisa dipercaya!" Komentator berteriak lantang, memegangi kepalanya. "Di Stadion Emirates, di stadion kandang Arsenal, Nottingham Forest berhasil unggul dua gol di akhir babak pertama! Upaya keras Tony Twain, serangan balik defensif dan taktik bola mati untuk mencetak gol benar-benar merusak permainan teknis Arsenal!"     

Wenger tahu bahwa dia hanya akan terus kalah kalau dia tetap bermain seperti ini. Beberapa perubahan spesifik harus dibuat untuk melawan Forest. Oleh karenanya, di awal babak kedua, dia memasukkan seorang striker yang lebih kuat di lini depan mereka.      

Nottingham Forest sedikit melunak setelah berhasil unggul dua gol di babak pertama. Di sisi lain, Arsenal berhasil memasukkan satu gol di babak kedua.      

Setelahnya, semangat Arsenal benar-benar meningkat. Mereka terus menyerang gawang Forest didukung sorakan para fans tuan rumah. Twain yang melihat situasi ini segera menyesuaikan taktik tim. Dia tidak memperkuat pertahanan, melainkan memperkuat serangan balik.      

Tentu saja, perubahan ini sangat efektif. Serangan Arsenal langsung dikurangi karena takut adanya serangan balik yang tajam dan ganas dari Nottingham Forest. Keseimbangan kembali terbentuk di lapangan.      

Skor ini bertahan hingga akhir, meski di lima atau enam menit terakhir, Arsenal menyerang dengan gencar. Tapi, serangan balik tim Forest juga sama aktifnya, membuat Arsenal tak berdaya. Dalam menghadapi pertahanan yang solid di lini depan, serta serangan balik Forest yang cepat, Arsenal akhirnya kehilangan harapan.      

Dengan begini, Nottingham Forest meraih sebuah kemenangan besar.      

Usai pertandingan, semua orang setuju bahwa Nottingham Forest milik Tony Twain telah kembali menjadi musuh bebuyutan Arsenal.      

Wenger juga mengakui dalam konferensi pers paska-pertandingan bahwa taktik Nottingham Forest telah berhasil membatasi mereka. Ini membuatnya sangat tak berdaya.      

Twain, sebagai pemenang, tidak bersikap sombong. Dia mengatakan bahwa timnya cukup beruntung untuk bisa menang melawan Arsenal.      

Mustahil untuk mengatakan tidak ada perubahan antara Twain saat ini dan Twain di masa lalu. Satu dekade yang lalu, dia pasti akan menyatakan bahwa kemenangan mereka adalah sesuatu yang sudah pasti.      

Bangkit berdiri dan berjabat tangan dengan Wenger, Twain meninggalkan konferensi pers. Timnya menunggu di dalam bus, dan tidak seperti di konferensi pers barusan, dia ingin mengatakan sesuatu kepada para pemainnya.      

"Kalian semua tampil bagus, guys! Kita mendapatkan tiga poin sebagai tim tandang dan peringkat kita naik dua posisi. Tapi, lebih daripada itu, aku lega melihat keinginan untuk menang dan hati sang juara di dalam penampilan kalian! Jangan pernah menyerah!" kata Twain pada para pemainnya di dalam bus, dengan satu tangan diletakkan di dadanya.      

"Kuharap pertandingan ini akan membantu kalian untuk mengingat bahwa semangat seorang juara yang selalu mencari kemenangan itu jauh lebih penting daripada hal lain. Sekarang aku bisa mulai berharap kita bisa kembali ke Eropa," Twain menunjuk ke arah para pemainnya dan melanjutkan, "Karena kalian semua ingin menang. Dan aku..." dia menunjuk dirinya sendiri, "... ingin bekerja dengan para pemain yang ingin menang. Nottingham Forest adalah pemenang dan sama halnya denganku." Dia memandang semua orang dan tersenyum lebar.      

Sebenarnya, dia memang sangat sombong, tapi justru kepercayaan diri inilah yang membuatnya cenderung menang dan mengubahnya menjadi mimpi buruk lawannya.      

Kalau seseorang tidak percaya dengan ini, pertandingan melawan Arsenal itu adalah salah satu contoh yang sangat bagus.      

※※※     

NB. Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Godfather of Champions akan berakhir di bulan Oktober. Lalu aku akan beristirahat selama sebulan dan memikirkan tentang buku yang baru. Terima kasih atas dukungan kalian selama lebih dari dua tahun, aku benar-benar merasa berterima kasih! Tanpa dukungan kalian, aku takkan ada disini, menyelesaikan Godfather of Champions.      

Di hari terakhir setiap bulan, semua orang mendapatkan tiket bulanan ekstra. Pilih aku, terima kasih!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.