Mahakarya Sang Pemenang

Jebakan



Jebakan

0Berhasil muncul sebagai pemenang dalam pertandingan melawan Macedonia, tim underdog, dengan skor 4:0 dan menang atas Wales dengan skor 2:0, tim Inggris juga berhasil menang melawan Australia dalam pertandingan persahabatan. Tim Inggris yang dipimpin Tony Twain ini telah bertanding dalam tiga pertandingan Grade A internasional dan masih belum pernah kalah. Dengan menyisakan tiga pertandingan, Twain berhasil membuktikan dirinya layak menyandang gelar 'Godfather Juara' yang diberikan padanya. Terlepas dari ini, dia juga menerima pengakuan dari rekan-rekan sesama pria Inggris tentang pendiriannya yang selalu mengejar kemenangan dibawah situasi apapun. Dia memang bukan hanya harimau diatas kertas melainkan seseorang yang benar-benar mampu memainkan peranan ini.      
0

Tapi, tidak semua orang setuju dengan ini.      

Macedonia, Wales dan Australia bukanlah tim-tim yang luar biasa. Apalagi pertandingan melawan Australia hanyalah pertandingan persahabatan, tiga pertandingan itu tidak bisa menunjukkan kekurangan tim. Pertandingan melawan tim-tim itu jelas bukan cara untuk menilai standar aktual sebuah tim. Seharusnya, tim Inggris menantang diri mereka sendiri dengan menghadapi lawan seperti Serbia, yang akan terjadi dalam empat hari.      

Tidak seperti lawan mereka sebelumnya, Serbia selalu menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan di ranah sepakbola Eropa. Membentuk tim dengan mantan Yugoslavia, mereka selalu membanggakan diri memiliki standar yang tinggi. Lihat saja para pemain Serbia yang bermain di banyak tim besar Eropa saat ini.      

Ada Vidic yang memainkan bek tengah untuk Manchester United dan tak diragukan lagi merupakan pemain Serbia yang paling dikenal. Selain Vidic, ada pula bek Ivanovic yang bermain di Chelsea, Stankovic yang bermain di Inter Milan, kiper Stojkovic yang bermain untuk Atletico Lisbon, dan Stepanov yang bermain di Porto, Portugal. Bek Lukovic bermain di Udinese, bek Tosic dan Katzal dari Werder Bremen, striker Lazovic juga...      

Sebagai pemain yang sangat berpengalaman dan matang di kancah sepakbola, keberadaan mereka di klub memiliki tujuan simbolik yang penting. Tim Serbia, yang memiliki semua pemain berprestasi ini, berhasil mengekang kesombongan tim Inggris dan membuat tim Inggris menjadi waspada terhadap pesaingnya itu.      

Vidic, bek tengah Manchester United dan kapten tim nasional Serbia, menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa dia sama sekali tidak takut berhadapan dengan tim Inggris tak peduli seberapa mengintimidasinya mereka. "Aku sangat familiar dengan mereka karena kami selalu bertanding bersama di akhir pekan. Aku tidak gentar dengan pemain manapun yang mereka miliki dan tak peduli seberapa tinggi prestasi mereka karena hasil pertandingan sepakbola tidak hanya terletak pada nilai seorang pemain. Ini adalah pertandingan kandang kami dan kami jelas di atas angin."     

Saat kapten tim menunjukkan kepercayaan diri yang besar, kepala pelatih Serbia, Radomir Antik, mempertahankan sikap yang rendah hati. Dia menyampaikan kepada media tentang Inggris sebagai tim papan-atas karena mereka terdiri atas banyak pemain bintang dunia. Selain itu, mereka juga memiliki seorang pelatih yang sangat kompeten dan berhasil memimpin Nottingham Forest dalam mencapai Treble. Serbia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Inggris sehingga tujuan pertandingan ini bagi Serbia adalah mendapatkan hasil imbang saat melawan Inggris.      

Para fans Inggris merasa senang mendengar kata-kata ini berasal dari mulut pelatih tim lawan. Tapi, Twain, tidak seperti para fans, tidak percaya bahwa Antik merasa terintimidasi oleh Inggris.      

"Dia pelatih veteran. Apa kau tahu artinya menjadi seorang veteran, Des? Itu artinya dia punya banyak pengalaman dan bisa sangat licik. Selain tim Inggris, aku hanya pernah melatih dua tim lain – Nottingham Forest dan tim pemuda Nottingham Forest. Di sisi lain, Antik telah melatih enam tim yang berbeda. Di masa dia melatih tim-tim besar seperti Real Madrid dan Barcelona, dia telah mencapai sukses dan juga kegagalan. Jadi, dalam hal pengalaman, aku benar-benar tidak sebanding dengannya. Apa kau percaya bahwa tujuan mereka adalah mendapatkan hasil imbang melawan kita? Tujuan Serbia ini sama seperti tujuan Spanyol di tahun 2016. Tapi, Serbia sudah kalah dalam pertandingan tandang melawan Denmark dengan skor 2:3 di putaran sebelumnya. Apa gunanya mendapatkan hasil imbang melawan kita? Aku mungkin mempercayainya kalau ini adalah pertandingan tandang baginya dan dia ingin mendapatkan hasil imbang." Twain menjelaskan semuanya dengan skeptis dan ekspresi penuh keraguan.      

Saat itu, tim Inggris sedang berada dalam penerbangan dari London ke ibukota Serbia, Belgrade. Semua pemain sedang mengerjakan aktivitas mereka sendiri – beberapa diantara mereka mendengarkan musik, beberapa memainkan video games, beberapa lagi membaca majalah dan surat kabar, ada pula yang menonton film sementara sisanya menggunakan kesempatan ini untuk tidur.      

Twain dan Walker duduk bersama untuk membahas lawan yang akan mereka hadapi.      

"Bek tengah mereka punya pemain kuat karenanya kurasa tidak akan strategis untuk membiarkan Mitchell bermain sejak awal. Tubuh Mitchell masih belum cukup stabil. Setelah bertahun-tahun, dia telah terobsesi dengan taktik menggiring bola tanpa banyak meningkatkan kekuatan fisiknya. Kurasa dia hanya bisa terus seperti itu. Saat Nottingham Forest bertemu dengan tim yang memiliki bek tengah yang kuat, penampilannya jadi biasa saja. Itu pasti terulang lagi di pertandingan ini."     

Walker bertanya, "Jadi, siapa yang akan kau gunakan?"     

"Striker dengan kecepatan yang luar biasa. Bek tengah Serbia tidak punya banyak kecepatan atau kelincahan. Kita bisa menembus pertahanan mereka dengan menggunakan penyerang yang cepat dan cerdik." Pada saat ini, Twain mengubah posisi duduknya dan menyuruh Walker untuk bergerak mendekat. Pesawat itu membuat suara yang keras dan Twain tidak ingin mengucapkan kalimat berikutnya dengan suara keras.      

"Kita harus membuat beberapa penyesuaian. Kurasa ini akan membuat Antik terkejut," kata Twain penuh rahasia. "Aku berencana menggunakan Walcott sebagai penyerang. Dia punya kecepatan dan kelincahan yang sesuai dengan kebutuhan kita untuk digunakan melawan bek tengah Serbia."     

Walker memikirkannya dan merasa bahwa rencana itu bisa digunakan dan karenanya mengangguk setuju, meski dia masih sedikit tidak yakin. "Walcott tidak bermain sebagai striker di Arsenal tapi..."     

"Itu tidak jadi masalah. Dia pernah bermain sebagai striker sebelum ini. Selain itu, aku tidak akan membatasinya bermain di sayap kanan sehingga dia bisa bermain dengan lebih bebas."     

Twain tertawa, "Aku tahu para pemain Nottingham Forest di tim Inggris beranggapan bahwa aku akan memberikan perlakuan khusus pada mereka karena aku pernah menjadi manajer Nottingham Forest. Aku yakin mereka bukan satu-satunya yang berpikir seperti itu dan para pemain lain di tim juga berpikiran sama. Ini semua dimulai saat aku memutuskan untuk mengganti kapten dari Terry ke George Wood. Pertandingan ini akan menjadi peluang yang bagus untuk menunjukkan pada semua pemain bahwa aku tidak memberikan perlakuan khusus pada siapa saja. Bahkan untuk George, penampilannya yang bagus, konsisten dan kepatuhannya terhadap perintah taktis-lah yang membuatnya mendapatkan statusnya saat ini."     

"Kukira kau sudah mengambil alih kendali tim di ulang tahunmu yang ke empat puluh enam."     

"Bukan kendali penuh." Twain membuka telapak tangan kanannya sebelum kembali menutupnya. "Kelihatannya beberapa orang masih meragukanku meski mereka tidak selalu menunjukkannya. Kalau aku ingin mereka bekerja keras untukku, aku tidak boleh membiarkan mereka meragukanku. Selain itu, ada hal lain yang menggangguku, Des. Para pemain di tim nasional kurang bersemangat jika dibandingkan dengan mereka yang ada di klub. Di setiap latihan, beberapa pemain yang tidak hadir sebelumnya akan turut bergabung. Aku harus memikirkan ulang bagaimana caranya aku menggambarkan diriku di hadapan mereka..."     

"Aku jarang melihat pelatih lain memberikan upaya sebanyak yang kaulakukan, Tony."     

"Akan lebih baik di masa depan saat media membantuku dengan publisitas." Twain menyesuaikan bantal di kepalanya dan bergumam, "Aku akan tidur siang sebentar. Bangunkan aku kalau kita sudah tiba disana, Des."     

"Tentu."     

※※※     

Ketika pesawat mereka mendarat di bandara Nikola Tesla, Belgrade, waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 malam. Hanya ada sedikit gangguan oleh media di bandara dan para pemain berhasil menaiki bus untuk langsung menuju hotel. Karena sudah larut, mereka tidak bisa melihat pemandangan yang banyak dirujuk orang-orang sebagai persimpangan antara dunia Barat dan Timur.      

Seluruh tim mengunjungi stadion nasional Serbia, Stadion Maracana, keesokan harinya untuk melakukan latihan pemanasan dan beradaptasi dengan lapangan yang masih asing bagi tim Inggris, dimana hal ini menarik perhatian media.      

Ada beberapa fans Serbia yang membawa jersey Liga Premier dan meminta tanda tangan para pemain Inggris. Karena pengaruh Liga Premier yang meluas, tim nasional Inggris telah menerima banyak ketenaran meski hasil yang mereka raih biasa-biasa saja.      

Setelah Wood memberikan tanda tangannya kepada seorang penggemar yang berusia tak lebih dari 10 tahun, Twain memberikan isyarat dengan tangannya dan melontarkan lelucon pada Wood, "George, bisakah kau bayangkan kalau dia mengacungkan jari tengah padamu dari tribun di pertandingan besok?"     

Wood mengacuhkan Twain dan berjalan langsung menuju ruang ganti pemain.      

"Kau benar-benar membosankan!" gerutu Twain.      

Konferensi pers yang dilakukan hari itu juga sama membosankannya. Kali ini, dia menghadiri konferensi pers dengan pelatih lawan, Antik, yang memuji Twain tanpa henti. Antik membicarakan Twain seolah-olah dia adalah selebriti di kancah sepakbola hari ini, yang membuat beberapa reporter Inggris mengernyitkan wajah.      

"Tony Twain adalah pelatih yang sungguh luar biasa, sehingga membuatnya sulit untuk percaya bahwa dia baru saja berusia empat puluh enam tahun... Begitu berprestasi di usia muda dan telah menaklukkan seluruh Eropa. Jujur saja, aku adalah penggemar setianya. Kalau aku menjadi ketua klub, aku pasti akan berusaha keras untuk mempertahankannya dengan cara apapun... Inggris adalah tim yang kuat dan kami harus ekstra hati-hati meski ini adalah pertandingan kandang bagi kami..."      

Twain hampir menguap di depan publik setelah mendengar kata-kata pujiannya itu.      

Aku pasti lebih bodoh daripada Antik kalau aku membiarkan semua kata-kata bodoh dan tak bermakna itu meningkatkan egoku, pikir Twain dalam hati.      

Tapi Twain tidak menerjemahkan pikirannya ke dalam ekspresi wajahnya. Dia mendukung percakapan yang dimulai Antik dan berbicara tentang timnya tapi jarang menyebutkan apa-apa tentang Serbia. Dia hanya mengekspresikan denagn sopan bahwa Serbia adalah sebuah tim yang harus dianggap serius saat dia ditanya oleh para reporter. Ketika para reporter ingin terus bertanya mengapa Serbia harus dianggap serius, Twain berbicara panjang lebar tentang para pemain seperti "Vidic" dan "Ivanovic" seolah dia tidak tahu nama pemain lain non-Liga Premier yang berada di tim Serbia.      

Tanggapannya ini tidaklah memuaskan bagi para reporter Serbia. Benar-benar pria Inggris yang sombong! Ini bukan lagi abad ke delapan belas atau sembilan belas yang dikuasai oleh kerajaan Inggris! Tunggu dan lihat saja, dasar orang sombong!     

Tapi, Antik tampak tersenyum sepanjang waktu dan tidak membiarkan kata-kata Twain yang merendahkan tim Serbia mempengaruhinya. Baginya, pengalaman Twain selama sebelas tahun bukanlah hal yang mengejutkan, tapi fakta bahwa dia masih berusia empat puluh enam tahun adalah sesuatu yang mengejutkan. Dia telah mencapai banyak hal di usianya saat ini dan menjadi penyelamat bagi tim Inggris, memimpin timnya mendapatkan tiga kemenangan. Harga dirinya tak ada tandingannya. Sebagai seorang profesional yang sukses, dia pasti berpikir bahwa tidak ada hal lain di dunia ini yang tidak bisa dilakukan olehnya dan tidak ada tim yang tidak bisa dikalahkan olehnya. Serbia adalah tim yang tidak signifikan di Eropa Timur, jadi kenapa Twain harus membiarkan hal itu mengganggunya?      

Aku sudah berusia enam puluh lima tahun. Aku sudah melihat banyak hal dalam hidup dibandingkan dengan dirimu; orang-orang sepertimu adalah sesuatu yang umum.      

Dia separuh akurat dalam analisanya tentang Twain. Tony Twain memang seorang pria dengan harga diri dan arogan dalam caranya sendiri, tapi dia jelas bukan seorang idiot dengan IQ jongkok.      

Setelah menyelesaikan konferensi pers, Twain memanggil Pierce Brosnan untuk bertanya tentang reaksi media terhadap responnya selama konferensi pers barusan.      

"Bagaimana, Tn. 007? Apa kau merasa aku adalah pria sombong, tak tertahankan, yang berpikiran sempit dan tidak bisa melihat ada orang lain yang lebih baik darinya?"     

"Jujur saja, Tony. Saat aku melihatmu berpura-pura, aku merasa ragu. Bagaimana mungkin kau hanya menyebutkan tentang pemain bintang Vidic dan Ivanovic dari Liga Premier? Tapi akhirnya aku mengerti alasannya... Kalau aku tidak mengenalmu sebaik sekarang, aku harus mengakui kalau aku pasti akan jatuh dalam jebakanmu."     

Jawaban Brosnan itu membuat Twain merasa sangat puas. "Itu bagus, sebaiknya kau memperhatikanku untuk mengetahui rasa frustasi yang dirasakan media Serbia. Ha!"     

※※※     

Surat kabar Serbia yang diterbitkan esok hari mengkritik arogansi pria Inggris itu; Antik pasti tertawa melihat kabar berita itu.      

Tapi, pertandingan malam itu benar-benar berjalan diluar antisipasinya.      

Sebelum pertandingan dimulai, Twain memberitahu Mitchell di hadapan seluruh tim bahwa dia tidak akan bermain sebagai striker di pertandingan ini. Keputusan ini benar-benar mengejutkan Mitchell dan seluruh tim. Penampilan Mitchell di beberapa pertandingan terakhir cukup mencolok dan pada dasarnya sudah mengamankan posisi penyerang tengah utama di timnas Inggris, jadi kenapa Twain tidak membiarkan Mitchell bermain saat mereka bersaing dengan tim yang kuat seperti Serbia? Apa alasan yang sebenarnya?     

Twain menjelaskan bahwa kekuatan dan teknik Mitchell tidak kompatibel dengan strategi yang digunakan oleh tim Serbia jadi Mitchell akan beristirahat di putaran ini.      

Di waktu yang sama, Twain menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikannya kepada seluruh pemain: Para pemain dari Nottingham Forest juga bisa dicadangkan dari tim utama seperti halnya Gerrard; tidak ada yang mendapatkan perlakuan khusus disini. Timku tidak pernah punya perlakuan khusus. Hal yang menentukan siapa yang bisa bermain sebagai striker adalah sikap si pemain dan juga strategi yang digunakan oleh manajer.      

Setelah mengulas strateginya, Twain mengubah ekspresi arogan yang digunakannya selama konferensi pers dan dengan serius mengingatkan para pemainnya bahwa pertandingan ini akan menjadi sebuah ujian bagi mereka semua. Para pemain Serbia bermain di kandang mereka sendiri dan takkan menahan diri. Untuk pertandingan ini, mereka harus lebih memperhatikan serangan balik tim Serbia dan secara bersamaan juga memberikan lebih banyak tekanan terhadap Serbia sehingga membuat mereka tidak bisa menyerang balik. Selain itu, para pemain juga harus memperkuat kemampuan tekel dan pertahanan jarak dekat di babak pertama pertandingan serta tidak membiarkan Serbia bermain mudah di lini tengah.      

Setelah semua itu dilakukan, maka sisa pertandingan akan bergantung pada tim mana yang tampil lebih baik.      

※※※      

Di babak pertama pertandingan, Inggris memiliki penampilan yang relatif lebih baik.      

Antik sama sekali tidak menduga bahwa Inggris sebenarnya tidak meremehkan mereka dan justru bermain dengan agresif di babak pertama pertandingan. Tim Serbia memang berharap Inggris akan menyerang tapi mereka tidak ingin gelandang Inggris terus melakukan tekel untuk mencuri bola tanpa kenal lelah.      

Sejak awal pertandingan, para pemain Serbia terus menerus ditekel oleh pemain Inggris, membuat mereka tak berdaya dan bingung bagaimana caranya mereka bisa terus bermain.      

Tim Inggris memanfaatkan situasi ini. Walcott mengamankan skor 2:0 di akhir babak pertama dengan satu gol dan satu assist yang berbuah gol.      

Pengaturan Twain di pertandingan ini benar-benar diluar antisipasi Antik. Walcott dan Mitchell adalah tipe pemain yang benar-benar berbeda. Tadinya, tim Serbia sudah merencanakan strategi mereka untuk menarget permainan Mitchell, tapi Twain mengganti Mitchell dengan seorang striker yang sangat lincah dan cepat untuk mengoyak pertahanan Serbia dari sayap hingga lini tengah. Vidic yang berusia tiga puluh tiga tahun bisa dengan mudah dikalahkan oleh stamina Walcott dan Rooney yang bergantian merobek-robek pertahanan Serbia.      

Di babak kedua, tim Serbia membuat sejumlah penyesuaian, terutama dalam pertahanan melawan striker Inggris yang lincah. Serangan balik mereka juga mulai terlihat semakin mengesankan karena mereka berhasil mencetak gol di babak kedua.      

Tapi, sebelum sorakan di Stadion Maracana berakhir, Inggris mulai membalasnya. Kali ini, pencetak golnya adalah beek tengah Whitley, yang mengambil kesempatan dari tendangan sudut untuk mencetak gol melalui sundulan kepala. Skornya menjadi 3:1.      

Tidak lama setelah mereka kebobolan gol, hasil ini memberikan dampak negatif terhadap semangat para pemain Serbia, dan memanfaatkan situasi kacau ini, Inggris mencetak satu gol lagi – 4:1, hampir mengamankan kemenangan.      

Menjelang akhir pertandingan, Serbia menggunakan tendangan bebas untuk mencetak gol ke gawang yang dijaga Joe Hart, tapi itu semua sia-sia saja.      

Inggris, dengan sikap mereka yang tangguh dan taktik yang mengejutkan lawan, berhasil menjatuhkan lawan kuat mereka di grup dengan skor kemenangan 4:2 dalam pertandingan tandang.      

Berhasil menang tiga kali berturut-turut di grup dan mencetak sepuluh gol, tim Inggris tampak bersemangat tinggi. Seolah-olah Twain ingin menggunakan kemenangan beruntun untuk membuktikan bahwa meski ini adalah kali pertamanya melatih tim nasional, ini bukan masalah baginya.      

Di akhir pertandingan, saat Antik dan Twain berjabat tangan, dia terlihat tak berdaya.      

Setelah Twain berjabat tangan dengannya, dia menepuk bahunya tanpa mengatakan apa-apa. Tapi dia tahu Antik sudah tahu apa artinya, sejak awal pertandingan – dia sudah jatuh dalam jebakan Twain dan dipermainkan olehnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.