Mahakarya Sang Pemenang

Dua Tahun Kemudian



Dua Tahun Kemudian

0Ketika Tony Twain memimpin tim Inggris untuk memenangkan Kejuaraan Eropa UEFA pertama mereka dalam sejarah, media Inggris menyatakan bahwa dunia sepakbola telah memasuki "era Twain". Selama periode ini, prestise Tony Twain di Inggris bahkan menunjukkan sebuah tren yang melampaui prestise perdana menteri Inggris. Bahkan Carl Spicer, musuh bebuyutannya, tidak mengatakan hal-hal buruk tentang dirinya. Hanya dengan mengingat apa yang terjadi ketika Twain membawa tim Inggris pulang, pemandangan banyak orang yang datang dari berbagai tempat untuk menyambut mereka, dia sudah tahu tidaklah bijak untuk mengatakan hal-hal buruk tentangnya saat ini.      
0

Tapi Carl Spicer tidak perlu menunggu terlalu lama. Ketika babak kualifikasi Piala Dunia sudah dimulai, dia akhirnya menemukan kesempatan untuk menyerang Twain. Tim Inggris, yang tampil sangat menakjubkan di Kejuaraan Eropa UEFA, terlihat seolah telah kehilangan semua kekuatannya, dan goyah di babak kualifikasi.      

Ada kalanya posisi manajer Tony Twain berada di situasi genting. Media memakinya dan menuduhnya melakukan berbagai hal. Bahkan ada sejumlah media otoritatif yang menyatakan bahwa Football Association Inggris mulai mempertimbangkan dengan serius untuk memecat Twain. Sementara tentang prestasi besarnya memimpin tim Inggris untuk mengukir sejarah setahun yang lalu, itu sudah banyak dilupakan oleh orang-orang.      

Olahraga kompetitif memang sangat kejam. Yang kalah selalu salah.      

Piala Konfederasi FIFA 2017 yang diadakan di Australia-lah yang menyelamatkan Twain. Sebagai pratinjau untuk Piala Dunia tahun depan, Piala Konfederasi FIFA, yang mengumpulkan juara dari semua benua, menerima semakin banyak perhatian. Sebagai juara Kejuaraan Eropa UEFA 2016, Inggris juga diundang untuk berpartisipasi di turnamen itu.      

Tim Inggris, yang berkompetisi di Piala Konfederasi, sangatlah berbeda dari tim yang berkompetisi di Kejuaraan Eropa UEFA setahun yang lalu. Para pemain senior, seperti Gerrard dan Terry, sudah meninggalkan tim nasional, sementara Wilshere yang berusia 25 tahun ditunjuk untuk memikul beban berat itu. Media melihatnya sebagai calon penerus George Wood di pasukan Inggris.      

Pada titik ini, tim Inggris masih ragu apakah mereka bisa lolos dari kualifikasi Eropa. Piala Konfederasi akan menjadi sebuah pelampiasan bagi mereka. Tidak ada yang memiliki harapan tinggi atas hasil yang mereka peroleh sebelum pertandingan. Bahkan ada rumor yang menyatakan bahwa Twain akan dipecat oleh FA usai Piala Konfederasi kalau hasil timnya buruk.      

Tidak ada yang mengira bahwa Tony Twain akan kembali menunjukkan bakatnya. Dia memimpin tim yang mana tidak ada seorangpun optimis tentang mereka dan menghadapi semua kesulitan lalu akhirnya mengalahkan musuh bebuyutannya, juara Copa America, Argentina, dan mengangkat trofi Piala Konfederasi.      

Dengan sebuah kemenangan atas tim Argentina di babak final, dan memenangkan Piala Konfederasi, posisi Twain sudah kembali kokoh dalam semalam.      

Begitu kokohnya, hingga Carl Spicer berkatas masam di dalam programnya, "Twain selalu mendapatkan peluang yang bagus di saat-saat penting. Piala Konfederasi adalah peluang yang bagus untuknya..."     

Dan Twain juga telah menyelesaikan perubahan generasi di tim, melakukan perombakan yang diperlukan selama Piala Konfederasi. Tim Inggris yang baru ini lebih muda, lebih dinamis dan lebih bersemangat. Mereka takkan berhenti dan jalan di tempat hanya karena mereka telah memenangkan gelar.      

Dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia yang diadakan setelahnya, mereka naik tingkat dari peringkat ketiga ke peringkat kedua, dan akhirnya berhasil lolos untuk playoffs. Selama babak kualifikasi, Inggris berhasil mengalahkan Rusia di menit-menit terakhir untuk mengamankan tiket babak utama Piala Dunia Australia.      

Tapi saat itu, ketika Inggris sedang merayakan lolosnya tim dari babak kualifikasi untuk Piala Dunia, mungkin orang yang paling berani sekalipun tidak menduga bahwa mereka akan melihat apa yang mereka lihat hari ini.      

※※※     

Stadion Sydney di Australia tidak pernah semeriah malam ini – seolah ada gunung berapi yang meletus. Tapi gunung itu tidak memancarkan lahar, melainkan semangat. Stadion Australia, yang bisa menampung 81,000 orang, adalah lokasi untuk final Piala Dunia kali ini dan saat ini berkapasitas penuh. Lampu seputih salju bersinar keluar dari stadion dan langit di sekitar mereka seolah menyala. Helikopter yang bertanggungjawab untuk melakukan pengambilan gambar dari udara terlihat jelas berputar-putar di atas stadion.      

Dilihat dari atas, para pemain kedua tim tampak terjebak dalam sebuah pertarungan sengit tanpa henti di bagian tengah lapangan rumput yang hijau. Terjadi keriuhan di tribun penonton dan gelombang panas itu seolah melesat langsung ke awan. Gelombang itu bahkan bisa dirasakan dengan jelas di dalam helikopter.      

Lebih dari 200 negara dan wilayah di seluruh dunia sedang menyaksikan pertandingan ini secara langsung, dimana sekitar 1,2 milyar orang menonton di televisi. Dalam pertandingan seakbar ini, terlihat sosok Tony Twain!     

"... Kurang dari lima menit menjelang akhir pertandingan, tim Inggris kini unggul 1:0 atas pemenang juara Piala Dunia yang lalu, Brasil! Ini adalah skor yang tak terduga dan tak diantisipasi sebelum pertandingan. Mungkin banyak fans Inggris yang mengira mereka sedang bermimpi, bahkan sampai sekarang..."     

Tim Brasil balas menekan. Kalau mereka tidak bisa menyamakan skor dalam lima menit ini..."     

"Tinggal lima menit lagi! Bertahanlah lima menit lagi! Dan kita akan mengangkat Piala Dunia untuk yang kedua kalinya! Pertahanan kita yang ketat membuat tim Brasil tidak bisa menemukan cara untuk menyerang... Dari sejak awal pertandingan, kendali telah jatuh ke tangan kita! Tony Twain benar-benar sudah bisa menebak taktik mereka!"     

"Twain berdiri di pinggir lapangan. Aku tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini. Wajahnya tampak tenang dan kelihatannya dia tidak cemas tentang serangan balik Brasil."     

"Aku harus meringkas lagi karir Tony Twain sejak dia menjadi seorang manajer – hanya ada satu kata yang selalu muncul di seluruh daftar itu: Juara! Sekarang, gelar juara Piala Dunia ini sudah begitu dekat, berada dalam jangkauan. Kalau Inggris, pada akhirnya, berhasil memenangkan Piala Dunia, maka bagi Tony Twain, tidak ada piala kejuaraan yang belum pernah dimenangkan olehnya di dunia ini!"     

Pria yang dipuji oleh semua orang itu sedang berdiri di pinggir lapangan dengan lengan terlipat di dadanya, terlihat tenang. Sebenarnya, jantungnya bergolak seperti air mendidih, menggelegak. Meski dia sudah menentukan sebuah tujuan untuk mendominasi dunia, jantungnya masih berdetak tak terkontrol saat ini, seolah-olah jantungnya akan melompat ke tenggorokannya ketika dia membuka mulutnya. Jadi, dia hanya mengerutkan bibirnya erat-erat, yang membuatnya terlihat tenang....      

Saat ini, tim Inggris sepenuhnya mengambil sikap bertahan di lapangan. Wilshere, yang mencetak gol keduanya untuk tim, sudah lama digantikan oleh Twain. Inggris menggunakan formasi gelandang bertahan ganda di lini tengah, dimana dua orang pemain, George Wood dan Michael Johnson, mengukuhkan posisi mereka di depan kotak penalti. Ini membuat tim Brasil kesulitan untuk menyerang.      

Situasi saat ini juga berhasil diwujudkan karena manajer Brasil saat ini bukanlah Dunga dari empat tahun yang lalu. Dunga sudah pergi setelah dia berhasil memimpin timnya meraih Piala Dunia keenam mereka menggunakan pendekatan yang lebih konservatif dan kemudian pergi ke Eropa untuk mencari kekayaan. Posisinya digantikan oleh manajer tim U-20 Brasil, Rogerio. Tidak seperti Dunga, dia adalah pendukung tradisi sepakbola Brasil klasik. Dia lebih menyukai serangan, menekankan operan-operan pendek di lapangan dan berkeinginan untuk mengembalikan kejayaan seni sepakbola Brasil.      

Sayang sekali ambisinya itu tidak ada gunanya di hadapan Twain. Rogerio, yang ingin bermain ofensif dan bertarung langsung melawan Inggris di babak final, menemukan bahwa mereka menghadapi tim Inggris yang bermain secara defensif. Sebagai akibatnya, tim Brasil tidak berhasil mencetak gol, dan malah tim Inggris yang menggunakan serangan balik defensifnya untuk mencetak gol dua kali berturut-turut, membuat mereka berada dalam kesulitan besar.      

Twain tidak berdiri diam di pinggir lapangan untuk menonton pertandingan. Dia berbalik dan melangkah kembali ke area teknis. Disampingnya, tidak ada yang bisa duduk diam di kursi mereka. Mereka semua pergi ke pinggir lapangan, menunggu wasit meniup peluitnya sehingga mereka bisa bergegas memasuki lapangan dan merayakan momen historik ini dengan semua pemain di lapangan.      

Orang-orang lain merasa penuh semangat. Hanya dia yang merasa lelah.      

Dia sudah berada dibawah banyak tekanan selama setahun terakhir dan dia sendiri juga memberikan tekanan yang cukup besar bagi dirinya sendiri. Sekarang, kelihatannya tim Inggris bisa memenangkan gelar Piala Dunia tanpa perlu diragukan lagi. Lalu setelah itu?     

"Pulang ke rumah untuk merayakan..."     

Twain berpikir lebih jauh daripada ini.      

Sebelum Piala Dunia, Football Association (FA) Inggris berhadap mereka bisa memperpanjang kontrak dengan Twain, tapi dia menolak. Meski Shaun Harvey tampak tidak senang, Twain masih membeberkan kartunya di atas meja; dia tidak akan memperpanjang kontraknya dengan Football Association ketika Piala Dunia berakhir, dan kontraknya habis. Ini artinya, dia tidak akan terus melatih tim Inggris. Berita semacam ini bukan hal baru.      

Sebagai manajer tim nasional, dia sudah memenangkan semua gelar kejuaraan yang ada. Apa gunanya tetap tinggal disana? Twain tidak ingin memimpin tim Inggris hanya untuk menciptakan sebuah usaha terbesar sepanjang masa. Dia tidak tertarik dengan masa depan sepakbola Inggris. Baginya, memimpin tim Inggris hanyalah untuk memenuhi kecintaannya terhadap sepakbola, serta untuk menantang dirinya sendiri. Sekarang setelah tantangan itu berakhir, dia merasa lelah.      

Saat Twain duduk sendirian di kursinya, tenggelam dalam pikirannya, wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan.      

"Pertandingan sudah berakhir! Inggris telah memenangkan gelar juara Piala Dunia 2018 di Australia! Selamat untuk Tony Twain! Dia telah memimpin tim nasional untuk mendapatkan kehormatan grand slam tim nasional – Kejuaraan Eropa UEFA, Piala Konfederasi FIFA, Piala Dunia FIFA! Ini memang prestasi yang bisa membuat iri siapapun!"     

Twain hanya bangkit berdiri dari kursinya saat ini dan dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi, terlihat seperti seorang juara di hadapan lensa kamera. Kelelahan tidak -ditunjukkan di saat-saat seperti ini.      

"Inggris adalah seorang juara dunia! Ini benar-benar hasil yang tak disangka-sangka! Siapa yang mengira akan datang hari seperti ini ketika mereka bahkan nyaris tidak lolos dari kualifikasi Eropa? Dua tahun yang lalu, Twain telah memimpin timnya mencapai puncak Eropa. Dua tahun kemudian, mereka telah menjadi raja di dunia!"     

"Kita adalah juara! Kita adalah juara!!" suara John Motson terdengar tidak jelas karena terlalu gembira. Dia hanya tahu bagaimana meneriakkan frase itu, yang memang dikenal oleh hampir semua orang.      

Di sekelilingnya, para pelatih dan pemain berkeliaran dengan gembira. Beberapa orang bahkan menangis gembira. Dan Twain? Dia tampak tenang dan sedang diwawancara oleh para reporter saat ini.      

Para reporter itu mengelilinginya. Mereka mengira Twain telah menjadi seorang juara dunia malam ini, jadi suasana hatinya pasti sedang sangat bagus dan dia akan menjawab semua pertanyaan. Mereka juga bisa menggunakan momen ini untuk mendapatkan informasi orang dalam yang bisa memuaskan beragam penonton dan pembaca.      

Saat Twain memandang ke arah para reporter, yang terus melontarkan pertanyaan dan mikrofon ke arahnya, dia hanya mengayunkan tangannya dan memberikan isyarat bahwa mereka tidak perlu terburu-buru.      

Melihat isyarat tangannya, para reporter mulai tenang. Ya, pertandingan sudah berakhir, jadi tidak perlu buru-buru. Mereka punya banyak waktu untuk bertanya. Upacara penghargaan baru akan dilakukan setengah jam lagi.      

"Pertama-tama, aku punya daftar nama disini..." kata Twain sambil menarik keluar selembar kertas yang terlipat dari dalam saku jasnya. Dia membukanya dan melambaikannya ke arah pers. Tidak ada yang bisa melihat dengan jelas apa yang tertulis disana. Mereka hanya bisa melihat tulisan-tulisan kecil yang padat.      

"Untuk nama-nama media yang kusebutkan, aku akan menolak menjawab wawancara dari mereka."     

Setelah dia mengatakan itu, rasanya seolah bom telah dijatuhkan diantara kerumunan!     

Apa artinya itu? Kenapa dia harus menunjukkan wajah suram dan menolak diwawancara di momen yang membahagiakan ini? Apa yang terjadi dengan Tony Twain? Apa ada yang salah dengan otaknya lagi?     

Disaat inilah banyak media Inggris tiba-tiba saja sadar bahwa orang yang mereka hadapi masih Tony Twain. Lebih dari satu dekade telah berlalu. Meski kini ada semakin banyak kerutan di wajahnya dan rambut di kepalanya semakin banyak yang memutih, dia masih Tony Twain yang susah diatur dan suka menentang media.      

"The Sun, News of the World..." Twain menunduk dan membacakan nama-nama di dalam "blacklist" itu satu persatu. Nama-nama itu adalah nama-nama media yang memberinya pukulan berat saat dia berada di titik tersulitnya. Mereka menegurnya dan meminta agar dia dipecat dari posisi manajer tim nasional. Pada saat itu, Twain juga punya kolom tulisannya sendiri untuk melawan balik, tapi suaranya seperti batu kecil yang dijatuhkan ke laut. Itu bahkan tidak menciptakan riak air.      

Pada saat itu, semua media itu tidak mengira bahwa suatu hari nanti mereka akan harus menyunggingkan senyum untuk mewawancarai Twain dan berharap dia akan membuka mulutnya untuk membuat mereka bisa menulis artikel.      

Tuan-tuan, sekaranglah saatnya untuk membalasnya.      

Twain sudah mengingat setiap nama media ini dan menuliskannya dalam sebuah daftar yang selalu dibawanya kemana-mana. Dia sudah mempersiapkan diri untuk momen ini. Tentu saja, kalau dia tidak berhasil menang, daftar itu mungkin tidak berguna, karena meski dia ingin menolak diwawancara oleh semua media ini, dia takkan bisa menghentikan media lain untuk menegurnya     

Ketika semua media itu mendengar Twain membacakan nama mereka, eksprsi di wajah mereka tiba-tiba tampak bersemangat. Daftar Twain memasukkan mayoritas media Inggris, dan beberapa media asing, termasuk satu media dari Cina, yang dulu pernah mendeskripsikannya sebagai "impoten".      

Setelah dia membacakan daftar yang tidak-pendek itu, Twain memandang ke arah para reporter yang tertegun di hadapannya dan bertanya, "Apa ada yang punya pertanyaan?"     

Orang pertama yang bereaksi adalah reporter dari Liverpool Echo. Mereka memiliki perwakilan yang anti-Twain, Christopher Beesley, jadi ada banyak hal buruk yang dituliskan tentang Twain di surat kabar itu. Mereka terlihat kesal dengan pengumuman Twain yang akan menolak wawancara dari mereka. Mereka berkata, "Anda tidak bisa melakukan ini, Tn. Twain!"     

"Tentu saja aku bisa melakukannya, Tn. Reporter. Aku juara dunia!" Dia meraung sombong. "Kalianlah yang meminta untuk mewawancaraiku. Aku tidak meminta kalian untuk datang dan mewawancaraiku."     

"Kau..." reporter Liverpool Echo tak bisa berkata-kata mendengar kata-kata Twain itu.      

Di sisi lain, reporter The Sun lebih licik. Dia tidak langsung memprotes. Orang bodoh manapun bisa melihat bahwa sekarang ini Twain sedang menjadi pusat perhatian. Tidak ada gunanya untuk bentrok langsung dengannya. Meski mereka pernah berselisih sebelumnya, bersikap fleksibel dan mengambil keuntungan dari situasi yang ada merupakan kualitas dasar dari seorang reporter yang bagus.      

Dia bergerak mendekat, menggunakan pendekatan rendah hati dan berkata, "Aku adalah reporter untuk The Sun. Kami akan menerbitkan permintaan maaf di surat kabar, dan meminta Anda untuk memaafkan apa yang telah kami katakan di masa lalu..." Sikapnya yang tampak rendah hati membuat media lain tersadar – itulah hal yang tepat untuk dilakukan saat ini! Gunakan permohonan maaf untuk memperbaiki hubungan yang tegang dengan Twain dan membuat si boss merasa senang setelah Piala Dunia. Kenapa mereka tidak memikirkan cara itu? Sayang, mereka telah membiarkan reporter The Sun memanfaatkan momen utama ini!     

The Sun, dan media lain, mengira bahwa itulah satu-satunya solusi terhadap masalah ini.      

Tapi, kata-kata Twain selanjutnya menghancurkan mimpi mereka saat dia berkata, "Aku menolak menerima permintaan maaf apapun dan aku tidak akan menerima beragam jenis permintaan wawancara darimu."     

Sikapnya sangat tegas dan dia sama sekali tidak berniat untuk melontarkan lelucon atau menyerah. Dia tertawa saat dia melihat para reporter di depannya tertegun.      

"Kelihatannya tidak ada yang akan bertanya. Itu bagus. Aku harus berada bersama para pemainku. Maaf – tolong minggir." Dia mendorong beberapa orang di depannya dan mendesak keluar dari kepungan para reporter.      

Kelompok reporter itu hanya bisa melihat sosoknya berbaur dengan kerumunan yang merayakan di lapangan sebelum mereka bisa bereaksi. Tapi, di hadapan manajer berjasa yang baru saja memimpin timnya untuk memenangkan Piala Dunia, mereka hanya bisa mengeluh. Mereka tidak berani mengatakan hal-hal buruk tentang Tony Twain di media manapun, karena sekarang dia adalah pahlawan nasional. Siapapun yang menentangnya akan menentang seluruh Inggris dan bahkan juga seluruh Britania Raya. Dia hanya akan menjadi musuh publik seluruh negeri.     

Selain itu, yang membuat media semakin frustasi adalah Twain akan mengumumkan kepergiannya setelah Piala Dunia. Karena dia tidak mengisi posisi manajer, tentunya tidak ada yang bisa digunakan oleh media, apalagi memenuhi frase "tidak pernah terlambat bagi seorang pria terhormat untuk membalas dendam."     

Twain bersikap sopan dengan perubahan peristiwa yang terjadi dan memotong kemungkinan media mencari peluang untuk berseteru dengannya. Dia telah membuat marah kelompok orang-orang ini, yang tidak punya cara untuk melampiaskan kekesalan mereka.      

Kerumunan reporter itu hanya bisa menghela nafas tanpa daya dan bubar.      

Di malam yang menggembirakan ini, mereka sama sekali tidak merasa gembira.      

※※※     

Twain masih belum selesai menjatuhkan bomnya. Di konferensi pers malam itu, Tony Twain, yang baru saja memimpin tim Inggris meraih gelar Piala Dunia kedua mereka, mengumumkan berita yang tak terduga:     

"Aku sudah memutuskan untuk pensiun. Ya, pensiun, bukan pengunduran diri. Aku tidak hanya melangkah mundur sebagai manajer Inggris, tapi aku juga tidak akan mempertimbangkan undangan melatih dari tim-tim lain. Mulai saat ini, aku bukan lagi manajer Tony Twain. Aku tidak punya rencana apapun untuk masa depan. Untuk saat ini, aku hanya ingin menikmati kegembiraan usai kemenangan di Piala Dunia. Aku ingin berterima kasih pada timku, serta para fans yang telah mendukungku."     

Ketika dia menyelesaikan ucapannya itu, para reporter di depan panggung tiba-tiba gempar...      

Semua orang menantikan Twain menciptakan kejayaan yang baru. Bagaimana mungkin dia pensiun sekarang? Saat ini dia bahkan masih belum berusia lima puluh tahun... Sebagai seorang manajer, bagaimana mungkin dia pensiun saat dia berada di puncak kejayaannya?     

Tidak ada yang tahu apa yang tengah dipikirkan Twain. Sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu, tidak ada yang bisa menebak apa yang ada di dalam benak pria itu. Dia selalu suka menjadi orang yang tak terduga. Ketika dia ditegur dan dimaki orang lain, di saat-saat sulit, dia terus bertahan dan tidak mengundurkan diri. Sekarang setelah dia berada di puncak kesuksesannya, tiba-tiba saja dia mengumumkan akan pensiun.      

Mungkin dia memang suka mempermainkan semua orang seperti ini...      

Twain bangkit berdiri dan melambai ke arah media, bersiap untuk mengucapkan selamat tinggal. Mungkin baru tersadar bahwa ini mungkin menjadi penampilan publik terakhirnya sebagai seorang manajer, para reporter mengangkat kamera mereka, menekan tombol shutter, dan mengatur citranya dengan kamera.      

Menyaksikan seorang pria gila (madman) yang tiba-tiba saja mengucapkan selamat tinggal, bahkan media yang dicekal olehnya merasa itu sangat disayangkan – apa yang bisa kami gunakan untuk menarik perhatian para pembaca di masa depan nanti?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.