Mahakarya Sang Pemenang

Liburan di Mallorca



Liburan di Mallorca

0Belum ada perkembangan lain terkait masalah kontrak baru Ribery sejak penolakan Twain yang brutal terhadap penawaran Heiderscheid hari itu. Twain menekan kemarahan dan kegelisahannya yang ingin segera kembali Nottingham untuk menangani kekacauan ini, jadi dia tidak sabar lagi ingin segera menyelesaikan pekerjaan komentatornya untuk BBC 5. Karena marah, kata-katanya menjadi lebih kejam. Sebagai akibatnya, orang-orang Jerman yang malang itu diejek habis-habisan oleh Twain di kotak komentator karena tampil buruk di final.      
0

Selama periode ini, terdapat semakin banyak berita di media tentang upaya perekrutan Real Madrid terhadap Ribery dan Cristiano Ronaldo. Sama seperti Ronaldo, Real Madrid sangat bagus dalam memanfaatkan semua faktor yang ada untuk memuluskan kampanye transfer mereka, dan opini publik juga menjadi alat yang sangat penting.      

Twain melihat Heiderscheid lagi, tapi kali ini hanya di surat kabar dan kabar berita di televisi.      

Memakai kacamata hitam dibawah matahari yang cerah di Madrid, Spanyol, dia memberitahu para reporter bahwa dia hanya datang ke Spanyol untuk berlibur.      

Hanya orang bodoh yang akan percaya kalau dia ada disana untuk berlibur.      

Benar saja, beberapa hari kemudian, dia mengajukan diri untuk menerima wawancara dari dan berbicara tentang upaya Real Madrid untuk mendapatkan Ribery.     

"... Ya, aku tahu Real Madrid tertarik pada Franck. Jujur saja, meski aku dan Franck ingin tetap tinggal di Nottingham Forest karena disanalah dia menjadi terkenal, tidak ada pemain di dunia ini yang tak tergerak saat mendapatkan penawaran dari Real Madrid... Kalian tahu apa maksudku, kan? Itulah yang kumaksud. Real Madrid adalah klub terbaik di abad kedua puluh. Bermain di klub seperti itu adalah impian bagi banyak pemain profesional..."     

Makna komentarnya itu tidak bisa lebih jelas lagi. Dia mengakui bahwa dia memang melakukan kontak dengan Real Madrid, dan dia juga mengimplikasikan bahwa Ribery ingin bergabung dengan Real Madrid.      

Melihat kabar berita itu, Twain tidak bisa tinggal diam. Sebelum terbang kembali ke Inggris dari Austria, dia buru-buru menghubungi Ribery saat masih berada di bandara.      

"Franck, kurasa kita harus berbicara secara pribadi."     

Ribery sedang berlibur untuk menenangkan "hatinya yang terluka" dari Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA. Tim Prancis harus pulang lebih awal di penyisihan grup. Pemain Terbaik Liga Champions UEFA dan Pemain Terbaik Eropa Tahun ini mengakhiri kontribusinya di tim nasional lebih awal, yang menjadi sebuah pukulan baginya.      

"Tapi, boss... aku sedang berlibur sekarang..." Suara Ribery hilang timbul. Ya, suaranya 'hilang timbul' seperti sinyal lampu di tengah angin dan hujan. Kadang terdengar jelas kadang tidak jelas.      

"Aku bisa pergi menemuimu. Jangan cemas, aku tidak akan memintamu untuk menggantikan tiket pesawatnya. Ha ha!" Twain berusaha keras untuk membuat suaranya terdengar normal dan dia bahkan sengaja melontarkan lelucon. Dia bertanya, "Kau berlibur dimana?"     

Ujung telepon yang lain itu hening sejenak, dan suara Ribery kembali terdengar, "Mallorca."     

Nama tempat itu membuat Twain sedikit terkejut. Dia tidak terlalu suka traveling dan dia juga bukan orang yang familiar dengan semua tempat wisata di seluruh dunia. Tapi dia tahu nama negara dimana Ribery berada sekarang. Mallorca, yang diterjemahkan menjadi 'Ma luo ka' dalam bahasa Cina, juga merupakan nama sebuah tim sepakbola di La Liga.      

Jadi, itu artinya Ribery ada di Spanyol?     

Di momen ini, dibawah konteks semacam ini dan sekarang nama tempat ini... Twain tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya apakah ada sesuatu dibalik semuanya itu.      

"Kalau begitu aku akan mendatangimu." Twain membuat keputusan bahwa beberapa hal hanya bisa diperjelas secara langsung dan komunikasi tatap muka juga akan membantu Twain dalam mengetahui apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh Ribery. Kalau dia ingin meyakinkan seseorang, akan lebih efektif untuk berkomunikasi secara langsung daripada berbicara dengannya melalui telepon.      

Kali ini, Ribery terdiam sejenak dan kemudian dia berkata, "Boss, kau sudah sibuk selama lebih dari sebulan. Akan lebih baik kalau kau beristirahat dulu..."     

Twain tersenyum, "Aku sama sekali tidak sibuk. Mencela orang-orang di TV tidak bisa dianggap sibuk. Selain itu, Mallorca adalah sebuah tempat wisata yang cukup dikenal. Bagus juga aku bisa beristirahat sejenak di tempatmu berlibur."     

Kali ini Ribery tidak lagi punya alasan untuk menolak.      

"Yah, boss, karena kau akan datang, aku akan menjemputmu di bandara."     

※※※     

Saat Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA sudah berakhir, Twain tidak langsung pulang ke Inggris bersama Motson dan yang lainnya. Melainkan, dia memesan penerbangan langsung dari Austria ke Mallorca, Spanyol. Lalu dia membeli beberapa kaus lengan pendek berwarna cerah dan juga celana pendek serta topi jerami dari sebuah toko lokal. Setelah dia memakai semua itu, dia terlihat seperti seorang turis yang sedang berlibur.      

Saat dia muncul di bandara dengan pakaian seperti ini, para reporter Inggris yang berencana untuk mengikuti kru televisi BBC kembali ke Inggris tampak terkejut.      

"Bukankah tim akan berkumpul kembali, Tn. Twain? Kau mau pergi kemana?"     

"Pergi liburan untuk beristirahat dan bersantai!" kata Twain sambil tersenyum.      

"Boleh aku bertanya kemana kau akan pergi?"     

"Spanyol!" Twain mengedipkan mata ke arah reporter yang mengajukan pertanyaan itu.      

※※※     

"Franck!" suara Heiderscheid terdengar sedikit bingung dan gusar di telepon. "Bagaimana mungkin kau setuju untuk bertemu dengan Twain?"     

"Bruno, kau membuatku sulit melakukan ini. Dia bersikeras untuk datang. Apa yang bisa kulakukan?" Mood Ribery juga jadi buruk. Dia sudah merasa tertekan belakangan ini gara-gara urusan transfer. Meski dia disini untuk berlibur, dia selalu mengerutkan keningnya setiap hari. Dia sama sekali tidak memperhatikan pemandangan dan orang-orang yang ada di depannya. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan itu? Sebenarnya Bruno-lah yang punya ide untuk menyembunyikannya disini dari Twain dan membiarkan agennya itu mengatasi semuanya. Yang perlu dia lakukan hanyalah menunggu.      

"Kau hanya perlu menolaknya!"     

"Itu mustahil!" Suara kedua pria itu meninggi, "Aku tahu pasti bagaimana karakter boss. Semakin kau menolaknya, dia akan semakin ingin datang. Dia pasti akan melakukan apa yang dia yakini."     

"Kalau begitu lepaskan saja semua kepura-puraan..."     

"Apa kau masih belum tahu situasinya, Bruno? Aku adalah pemainnya, dan aku akan melawannya? Apa kau tidak tahu bagaimana dia memperlakukan mereka yang menentangnya?"     

"Franck, kau yang belum tahu situasinya. Kau harus sedikit lebih tangguh. Kau akan memakai jersey putih musim depan, dan kau masih peduli dengan bagaimana dia memperlakukan pengkhianat?"     

Komentar terakhirnya itu menyadarkan Ribery, yang memegang ponsel sambil termenung sesaat. "Bruno, aku mempercayaimu untuk berurusan dengan Real Madrid. Tapi aku masih berpikir kalau aku harus menemui boss apapun yang terjadi. Aku tidak punya alasan untuk menolak menemuinya, dan aku tidak ingin menentangnya. Bagaimanapun juga, siapa yang memberiku kesempatan untuk menjadi Franck Ribery seperti yang sekarang ini saat dulu aku berada dalam kesulitan?"     

Ribery menyelesaikan ucapannya dengan tegas dan kemudian menutup teleponnya.      

Di sisi seberang, Heiderscheid memandang ponsel di tangannya dan mengomel dengan marah, "Idiot! Semua kerja kerasku akan sia-sia kalau kau bertemu dengannya! Memangnya kaupikir siapa Tony Twain itu, Franck?"     

※※※     

Di bawah matahari yang cerah di semenanjung Iberia, Ribery tersenyum dan mengambil koper kecil dari tangan Twain.      

"Spanyol benar-benar tempat yang bagus, cuacanya jauh lebih baik daripada cuaca di Inggris." Twain memandang ke arah langit biru yang jernih. Dia memakai kacamata hitam dan tidak cemas dengan sinar matahari yang menyilaukan matanya. "Kau benar-benar pandai memilih tempat untuk berlibur, Franck."     

Dia sengaja membuat komentar polos itu agar didengar Ribery. Sebenarnya, komentar itu memang disengaja untuk maksud tertentu, dan dia ingin Ribery menangkap makna di baliknya.      

Seperti yang diduga, Ribery hanya tersenyum dan tidak melanjutkan topik pembicaraan itu.      

Setelah melihat pemain yang dipercaya olehnya, hati Twain yang tadinya gelisah akhirnya mulai sedikit tenang. Dia tahu kalau Ribery bersikeras untuk tidak menemuinya, maka masalah ini akan berbahaya. Selama Ribery bersedia untuk menemuinya, masih ada ruang untuk membalikkan situasi.      

Di dalam mobil sewaan menuju hotel tempatnya menginap, Twain dan Ribery duduk berdampingan di kursi belakang. Sebuah lagu pop Spanyol diputar di radio mobil, tapi tidak ada satupun diantara mereka yang berbicara.      

Suasana saat itu terasa sangat tidak nyaman.      

Twain-lah yang bicara lebih dulu. Bagaimanapun juga, dia ada disini untuk menyelesaikan masalah, dan bukan benar-benar ingin berlibur dengan Ribery di Mallorca.      

"Haruskah aku menghiburmu, Franck?"     

"Hah?"     

"Tim Prancis di Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA tahun ini..." Di pertandingan terakhir babak penyisihan grup antara Prancis dan Italia, Twain menjadi komentator pertandingan itu. Pada saat itu, dia mencela seluruh tim Prancis dan hanya mengecualikan dua orang. Yang satu adalah Benzema dan yang lainnya adalah Ribery.      

Penampilan Ribery membuktikan kemampuannya. Ketika semua orang sudah menyerah, dia masih berlari tanpa henti, menerobos, mengoper bola dan menembak... demi mendapatkan peluang untuk menjebol gawang lawan. Selama empat tahun bersama Nottingham Forest, gaya permainan ala Twain telah terpahat di tulang belulangnya. Dia tidak akan menyerah hingga pertandingan berakhir. 'Gaya Nottingham Forest' yang tak pernah menyerah di situasi yang tak menguntungkan juga telah menjadi gaya Ribery.      

Sayangnya, tak peduli seberapapun kuatnya seorang pemain, dia hanyalah satu orang. Sepakbola itu dimainkan oleh sebuah tim. Usaha kerasnya terlihat mencolok dan menyentuh hati jika dibandingkan dengan sepuluh orang pemain lain yang pengecut dan tidak kompeten. Pada akhirnya, Ribery tidak berhasil membawakan kemenangan bagi timnya dan timnas Prancis, yang difavoritkan untuk memenangkan turnamen, pulang lebih awal di babak penyisihan grup.      

Pertandingan berakhir dan orang-orang Italia berpesta untuk merayakan kemenangan. Mereka berhasil lolos meski nyaris tereliminasi. Para pemain Prancis merasa kecewa. Tapi siapa yang bisa melihat kemarahan di mata Ribery?     

Mendengar Twain menyinggung insiden ini, Ribery tersenyum, "Hey, pertandingan itu sudah berakhir. Aku tidak mau memikirkannya lagi. Bagaimana mungkin hal yang baik seperti itu terjadi di dunia ini? Aku tidak bisa memenangkan semua gelar juara itu sendirian. Aku sudah merasa sangat puas... dengan musim ini. Sebagai seorang pesepakbola profesional, aku sudah memenangkan semua kehormatan klub yang bisa kudapatkan."     

Twain melirik Ribery sekilas.      

Setelah itu, kedua pria itu tidak saling berbicara lagi sampai mobil sewaan itu tiba di tempat tujuan.      

※※※     

Di kamar hotelnya, Twain menunggu hingga pelayan hotel itu pergi lalu menutup pintunya sebelum akhirnya dia bisa menyuarakan kata-kata yang terpendam di hatinya.      

"Franck, kau tidak mengira kalau aku datang kemari untuk berlibur, kan?"     

Ribery tersenyum dan berkata, "Kau terlihat seperti itu."     

"Aku hanya tidak ingin percakapan kita selanjutnya jadi terlalu serius... Aku tahu apa yang kaulakukan disini dan aku juga tahu apa yang sedang dilakukan oleh agenmu." Tanpa disadarinya, ekspresi Twain berubah menjadi serius. "Aku ingin mendengar pendapatmu tentang itu."     

"Pendapatku? Aku ..." Terdiam sejenak dan seolah dia telah membuat keputusan besar, Ribery akhirnya melanjutkan, "Boss, kau mau mendengar kebenaran atau kebohongan?"     

"Siapa yang mau dengar kebohongan? Katakan yang sebenarnya." Twain melambaikan tangannya.      

"Jujur saja, aku selalu merasa kalau gajiku sedikit rendah..."     

"Kalau ini tentang kenaikan gaji, kau bisa mengungkapkannya. Klub takkan bersikap tak masuk akal..."      

"Tapi, boss... erm, kalau aku boleh bicara jujur. Kurasa dengan situasi finansial klub saat ini; klub takkan bisa memenuhi permintaanku."     

Twain tidak mengatakan apa-apa lagi dan Ribery juga tidak melanjutkan ucapannya. Kedua pria itu saling pandang dalam diam.      

"Yah, kita kesampingkan dulu kekacauan ini dan ajak aku keluar untuk makan. Aku lapar." Twain mengelus perutnya dan tersenyum ke arah Ribery, "Kau yang bayar."     

Ribery juga tersenyum, "Tidak masalah."     

※※※     

Twain tidak bermaksud untuk berlibur di tempat tujuan wisata yang indah ini. Kapan dia bisa menemukan waktu yang tepat untuk itu? Dia memutuskan untuk pulang kembali ke Inggris di hari berikutnya. Masih ada banyak hal yang menunggu untuk dibereskan.      

"Ini benar-benar liburan yang singkat." Di dalam kamar dengan tas bepergiannya – sebenarnya tidak banyak yang bisa dikemas. Hanya ada sedikit pakaian di dalam koper kecilnya dan tidak lebih daripada itu. Twain bahkan tidak membeli suvenir perjalanan – Ribery memandang ke arah koper yang ada di atas ranjang dan berkomentar.      

Twain berdiri di teras kamar, memandang ke arah langit biru yang tampak cerah.      

"Langitnya benar-benar biru disini. Spanyol memang sangat menarik kalau dibandingkan dengan Inggris...."     

"Boss, kalau kau menyukainya, kau bisa membeli villa disini dan datang kemari di setiap musim panas." Ribery berpura-pura tidak menangkap makna dibalik komentar Twain itu.      

"Kurasa aku takkan tahan kalau harus tinggal disini dalam jangka waktu lama, Franck." Twain tersentak sadar dari lamunannya dan menjawab sambil tersenyum, "Saat badai, laut yang sekarang tenang takkan terlihat menyenangkan. Hal-hal yang indah hanya bersifat sementara. Aku masih menyarankan agar kau tetap tinggal di Nottingham."     

"Aku tidak bilang kalau aku akan pergi, boss..."     

"Tapi di mata media diluar sana, kau sudah sangat dekat dengan Real Madrid, bukan?" Hari ini, Twain memperhatikan surat kabar Spanyol lokal. Meski dia tidak bisa membaca dalam bahasa Spanyol, gambar dan nama Ribery bisa dikenali disana. Setelah kabar transfer Cristiano Ronaldo terus berkembang ke arah sebuah "pertunjukan komedi", kemunculan Franck Ribery menghidupkan kembali fans Real Madrid dan orang-orang Spanyol.      

"Selama klub bisa memenuhi permintaan gajiku, aku akan langsung memperbarui kontrakku dengan klub."     

Twain tersenyum. Kata-kata itu terdengar lebih seperti cek kosong. "Bisakah kau memberitahuku berapa yang menurutmu pantas?"     

Kali ini, Ribery merasa ragu dan mengoperkan tanggungjawab itu kepada agennya, "Kau sebaiknya bicara dengan Bruno tentang ini, Boss. Dialah yang bertanggungjawab soal ini."     

Mendengar ucapannya itu, Twain mengangguk cepat.      

"Kau tahu apa yang dibicarakan agenmu padaku, kan? Jadi, kau juga pasti sudah tahu bagaimana hasilnya, kan?"     

Ribery mengangguk tanpa mengatakan apa-apa.      

"Seratus lima puluh ribu." Twain menghela nafas. "Kukira itu hanyalah alasan yang dibuat-buat oleh Heiderscheid agar kau bisa pindah dengan sukses dan memaksa kami untuk menerima kenyataan bahwa kau memang harus pergi. Tapi... kelihatannya semua itu memang benar." Dia mengangkat bahu dan melanjutkan, "Kau seharusnya tahu bagaimana situasi finansial klub. Kami tidak bisa menawarkan harga yang tinggi di kontrak yang baru. Untuk membangun itu.... stadion baru, aku harus membatasi pengeluaranku, merekrut pemain dari bursa transfer, bernegosiasi dengan pihak lain berkali-kali hanya untuk menghemat satu euro... Aku benar-benar berharap kau memahami situasi klub."      

Dia mengatakan ini dengan tulus, dan tidak diragukan lagi dia memiliki motif lain dibalik ucapannya. Ribery masih tetap diam.      

"Aku tidak ingin mengatakan ini, tapi kuharap kau mau mempertimbangkannya lagi. Kau tidak mau berada di tim seperti Real Madrid. Hanya Nottingham Forest-lah yang menjadi rumahmu. Apa kau membenci rekan setimmu, para pelatih dan para fans?"     

"Tidak, boss. Aku tidak membenci siapapun." Ribery menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kurasa empat musim yang kulalui di Nottingham Forest adalah tahun-tahun paling menyenangkan sejak aku menjadi pesepakbola profesional. Sampai saat ini, aku masih tidak percaya bahwa Franck Ribery, yang sudah hampir kehilangan pekerjaannya di Boulogne, akan bisa mengangkat piala Liga Champions. Terlebih lagi, dua kali berturut-turut."     

"Lalu kenapa kau harus pergi?"     

"Boss, aku tidak bilang kalau aku harus pergi. Tapi aku berharap aku bisa mendapatkan balasan yang sebanding dengan apa yang telah kuberikan pada klub."     

"Kami menawarkan kontrak baru, tapi agenmu melemparkannya ke tempat sampah tanpa meliriknya sekalipun. Lalu dia menunjuk ke arahku dan berkata: 'Klub tidak tulus!'" Twain meninggikan suaranya, "Aku harus mengakui bahwa tidaklah mungkin bagi klub untuk memperbarui kontrakmu dengan gaji seratus lima puluh ribu seminggu. Tapi bisakah kau mempertimbangkan kesulitan yang sedang dialami oleh klub dan membuat beberapa pengecualian? Agenmu sudah menetapkan harga pada angka seratus lima puluh ribu. Tidak ada negosiasi semacam itu di dunia ini, dan kurasa dia memang sengaja ingin mengancamku..."     

Ribery buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, "Boss, percayalah padaku. Antara Real Madrid dan Nottingham Forest, aku jelas akan memilih yang terakhir... Tentu saja, selama semua ketentuannya cocok."     

Twain memandang ke arahnya dan berkata, "Kau mengatakan yang sebenarnya. Ada beberapa hal yang selalu ingin kukatakan padamu, tapi aku tidak tahu apakah memang pantas untuk mengatakan ini. Fans Nottingham Forest mencintaimu dan kau sangat populer di dalam tim. Kita baru saja memenangkan gelar Liga Champions selama dua musim berturut-turut dan gelar Liga Utama Inggris musim lalu. Dalam setiap aspek, tim dan dirimu sedang naik daun. Kita tetap bersama dan kita bisa memenangkan lebih banyak gelar juara. Kau bisa memperoleh banyak hal di masa depan dengan mengorbankan sedikit benefit finansial saat ini. Aku sama sekali tidak mengerti apa gunanya kau pindah ke Real Madrid, atau gaji mingguan sebesar seratus lima puluh ribu? Hanya ada selisih tiga puluh ribu antara seratus dua puluh ribu dan seratus lima puluh ribu. Kau tidak kekurangan tiga puluh ribu... Apa gunanya mendapatkan lebih banyak gaji mingguan? Tanpa kehormatan, kau akan segera dilupakan. Kecuali kau bisa terus menang dan mendapatkan kemenangan, tidak ada gunanya duduk di bangku cadangan dengan gaji dua ratus ribu seminggu. Apa kau paham apa maksudku, Franck? Seringkali, kehormatan jauh lebih penting daripada uang."     

Ribery terdiam.      

Twain mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat arlojinya, "Aku harus pergi, masih ada banyak hal yang menungguku di Nottingham. Kau lanjutkan saja liburanmu disini..."     

"Tidak, boss. Sebenarnya, aku bisa ikut denganmu..."     

Dia melambaikan tangannya dan berkata, "Sudah kukatakan kalau aku memberikan ekstra liburan satu minggu untuk para pemain yang berpartisipasi dalam Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA, jadi kau harus memanfaatkannya dengan baik. Kalau kau tidak beristirahat dengan baik dan tubuhmu memprotes, maka kau akan menderita setelah musim depan dimulai. Tubuhmu jauh lebih penting daripada hal lain. Kau bersenang-senanglah disini dan bersantai. Langit dan laut di Spanyol memang benar-benar biru!" Dia menepuk bahu Ribery dan mengangkat koper kecil itu dari atas ranjang. Lalu dia memakai topi jeraminya dan meninggalkan tempat liburan itu, Mallorca, Spanyol, dibawah langit yang biru.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.