Mahakarya Sang Pemenang

Kekayaan Seluruh Negeri



Kekayaan Seluruh Negeri

0"Gabriel Agbonlahor! Agbonlahor! Ini sudah gol ketiganya di pertandingan ini! Agbonlahor mencetak hattrick kurang dari delapan menit! Oh, ho ho – Manchester City yang malang!" Suara sorakan di stadion Villa Park terdengar menggemuruh, seolah-olah sedang terjadi gempa bumi. Semua itu membuat fans tamu Manchester City tertegun. Mereka terhenyak di kursi mereka sambil melihat pemuda itu melesat ke pinggir lapangan untuk merayakannya.     
0

Gabriel Agbonlahor telah menjadi bintang baru di Aston Villa selama dua musim terakhir. Sekarang dia telah menjadi pemain utama di pertandingan ini.      

Manajer Manchester City, Mark Hughes, berdiri di pinggir lapangan dengan lengan terlipat di dada sambil melihat tanpa daya kerumunan orang-orang yang merayakan gol itu di dekatnya.      

Delapan menit sebelumnya, timnya telah berhasil menyamakan kedudukan dan membuat skor menjadi 1:1 berkat tembakan penalti Elano. Dia masih memikirkan tentang bagaimana caranya untuk mendapatkan tiga poin dari pertandingan tandang ini sebagai hadiah yang sempurna untuk bos barunya di pertemuan pertama mereka nanti saat pemain nomer 11 Aston Villa mencetak tiga gol berturut-turut dan membuat hattrick...     

Tim tandang Manchester City kalah 1:4 dan menjadi bahan tertawaan media. Setelah baru saja menjadi milyuner, mereka dihancurkan di lapangan, yang membuat orang-orang merasa senang. Kelihatannya ada banyak orang yang membenci orang kaya di Inggris.      

Setelah mereka kembali ke Manchester, hal pertama yang dilakukan oleh Mark Hughes adalah pergi menemui pemilik klub dan mengatakan padanya bahwa musim panas akan segera berakhir kalau dia tidak segera mengambil tindakan – Manchester City sudah sangat terlambat dalam bergerak di bursa transfer karena masalah yang dihadapi Thaksin. Kecuali membeli kembali Shaun Wright-Philips, tidak ada aksi lain yang dilakukan.      

Sebelum dia bisa menemui bosnya, seorang pria Arab dengan sorban putih menemuinya.      

"Selamat pagi, Tn. Mark Hughes." Pria itu sangat sopan.      

Hughes tidak mengenalnya, tapi dia tidak terkejut. Sejak klub berganti kepemilikan, jumlah wajah-wajah yang tidak familiar semakin meningkat.      

"Aku adalah asisten Tn. Fahim, Osamu."     

"Ah, Tn. Osamu, selamat pagi. Apa yang bisa kubantu?"     

Bisa ditebak bahwa kalau Osamu mencarinya itu sama artinya dengan Fahim yang mencarinya.      

"Tn. Fahim merasa kalau tim harus membuat beberapa perubahan besar. Dia ingin Tn. Hughes menyusun sebuah daftar dan memberikannya padanya."     

Hughes menggelengkan kepalanya. "Tn. Osamu, aku sama sekali tidak ragu bahwa Tn. Fahim ingin agar tim ini menjadi lebih kuat, tapi sekarang setelah musim baru sudah dimulai, menerapkan perubahan besar di dalam lineup hanya akan memberikan hasil yang lebih buruk. Tentu saja kita harus menyesuaikan tim ini, tapi tidak sekarang."     

"Kalau begitu, bisakah Anda memberitahuku area-area mana yang sangat membutuhkan pemain baru saat ini?"     

Hughes langsung mengatakan, "striker". Memang, lini depan Manchester City sangat buruk.      

Pertandingan melawan Aston Villa terlihat seolah-olah ada yang salah dengan lini pertahanan belakang, tapi akar penyebabnya adalah lini depan. Kalau striker mereka tidak bisa mengancam gawang lawan, maka serangan lawan takkan bisa dibendung.      

Setelah Thaksin mengambil alih kepemilikan klub di musim lalu, dia membeli banyak pemain baru, tapi kualitas mereka masih kurang memuaskan...      

Hal pertama yang dilakukan Mark Hughes sejak dia mengambil alih tim di musim panas ini adalah membersihkan para pemain yang tidak dibutuhkan di tim. Dia mengusir lima striker di lini depan.      

Corradi dijual ke Reggina Calcio, Bianchi dijual ke Turin, Samaras dijual ke Celtic, sementara kontrak Dickov dan Mpenza diakhiri oleh klub.      

Satu-satunya striker yang tersisa di dalam tim dan bisa digunakan adalah Vassell, Benjamin Mwaruwari, Bojinov, dan Sturridge. Sturridge adalah bintang masa depan tim, tapi dia masih muda.      

Melihat lineup ini, hampir tidak ada pencetak gol diantara mereka semua. Selain itu, melihat lima tim teratas di Liga Utama, setiap tim memiliki pencetak gol utama. Manchester United punya Rooney, Ronaldo dan Tevez, Liverpool punya Torres, Arsenal punya Adebayor dan Eduardo da Silva, Chelsea punya Drogba, dan Nottingham Forest punya van Nistelrooy.      

Kata-kata penuh visi dan berani dari bos baru Manchester City memberinya posisi yang dominan di media. Sebagai sebuah tim yang selalu ingin memenangkan gelar juara dan mencapai Liga Champions, sangatlah buruk kalau tidak memiliki striker yang levelnya cukup bagus.      

Posisi yang disarankan Mark Hughes mendapatkan persetujuan dari Osamu. Dia mengangguk. "Tidak akan lama lagi sebelum Anda, Tn. Mark Hughes, bisa memiliki banyak striker kelas-dunia."     

Mark Hughes langsung waspada. Dia takut klub akan menghabiskan waktu untuk merekrut pemain yang tidak mau datang. Dia segera berkata, "Kuharap itu terjadi secepat mungkin. Kita tidak punya banyak waktu, Tn. Osamu. Bursa transfer pemain untuk musim panas ini hanya menyisakan waktu dua minggu. Kalau kita tidak bisa menemukan siapa-siapa, kita harus menunggu sampai Januari."     

"Tenangkan diri Anda, Tn. Hughes. Kita punya rencana yang besar, tapi itu akan membutuhkan waktu. Jangan khawatir. Posisi striker akan langsung terisi dalam waktu dekat."     

Setelah mengatakan itu, Osamu berbalik dan melangkah pergi. Dia adalah pria yang sibuk. Meski klub Manchester City punya general manager, asisten pribadi itu bisa bekerja lebih baik.      

Mark Hughes hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menatap punggung pria Arab itu. Baru seminggu berlalu sejak dia merasa gembira setelah mendengar adanya dana besar yang akan masuk ke dalam klub hingga suasana klub yang tenang saat ini. Dia sudah melihat sendiri bagaimana para pemain bintang menolak Manchester City.      

Manchester City bukanlah Chelsea. Bagi sebagian besar pemain, klub ini kurang memiliki daya tarik. Beberapa hal tidak bisa dibeli dengan uang.      

Uang Abramovich hanyalah salah satu alasan mengapa Chelsea sangat menarik. Alasan terpentingnya adalah bahwa, dengan adanya bayang-bayang Hoddle, Gullit, Vialli dan Ranieri, Chelsea sudah menjadi kekuatan yang mulai muncul selain tiga klub teratas tradisional di Liga Utama. Selain selalu berada di empat besar liga dalam waktu yang lama, mereka diduga akan segera menjadi klub papan atas karena memenangkan FA Cup dan Winners' Cup UEFA. Dibawah situasi ini, mereka bisa langsung mengambil jalan hidup baru dengan adanya suntikan modal.      

Manchester City berbeda dari Chelsea. Meski mereka lebih lama dalam mewakili kota Manchester dibandingkan dengan Manchester United, yang merupakan orang luar, hasil yang mereka peroleh sangatlah menyedihkan. Hasil terbaik mereka adalah empat FA Cup dan satu Winners Cup UEFA yang sudah terjadi lama sekali, dan sama sekali tidak menarik bagi para pemain saat ini. Semakin banyak orang yang menganggap mereka sebagai tim tradisional tingkat-menengah di Liga Utama.      

Berapa banyak pemain kelas-dunia yang mau merendahkan diri untuk bergabung dengan tim yang mungkin tidak akan bisa bermain di Liga Eropa UEFA hanya demi uang?     

Menurut pemikiran Hughes, membangun kembali Manchester City akan membutuhkan setidaknya tiga hingga empat tahun, melalui kemenangan-kemenangan kecil dan piala-piala untuk mengembangkan kembali dasar pondasi mereka dan mengubah imej Manchester City sebagai tim level-rendah di benak pikiran semua orang. Lalu mereka akan berada di jalur menjadi sebuah klub papan atas.      

Tapi, bos barunya ini tidak sabaran dan jelasnya tidak bisa menunggu selama itu. Selain itu, dia punya banyak uang. Dia harus mengakui bahwa bosnya membeli waktu dengan uang. Dia ingin Manchester City menjadi tim nomer satu di dunia dimana banyak pemain bintang kelas-dunia akan berlomba-lomba untuk bergabung dengan mereka. Dia serius ingin menjadikan tim ini seperti Manchester United dan Real Madrid yang baru.      

Mark Hughes sekarang merasa bahwa menjabat sebagai manajer Manchester City bukanlah pekerjaan yang patut dicemburui. Dengan pemilik klub yang ambisius dan sama sekali tidak tahu apa-apa tentang sepakbola, kenyataan kejam ini membuatnya merasa bahwa dia sedang duduk di tepi kawah gunung berapi. Kalau dia tidak memberikan hasil yang bagus, boss akan memecatnya dan tidak memikirkan apa yang salah. Perubahan yang umum terlihat dan biasanya juga paling sederhana adalah perubahan manajer. Lalu, manajer yang malang itu akan dijadikan kambing hitam. Dia tidak hanya kehilangan pekerjaan, tapi juga memiliki noda di karir kepelatihannya.      

※※※     

Setelah putaran pertama turnamen liga ini berakhir, Tony Twain kembali menjadi headline di surat kabar olahraga. Kata-katanya di konferensi pers paska-pertandingan bahwa "seseorang tidak mau kami menang" menyinggung perasaan Football Association (FA) Inggris dan Asosiasi Wasit, dimana dia menerima denda sebesar 15,000 pounds dan skorsing satu pertandingan dari FA Inggris.      

The Sun mengejek Tony Twain sebagai manajer yang paling sering mendapatkan skorsing di sepanjang sejarah sepakbola modern. Secara tidak langsung, mereka berusaha menunjukkan bahwa Twain adalah "orang bodoh yang berbicara dengan menggunakan pantatnya daripada kepalanya."     

Twain tidak menyerang balik karena dia "dibungkam" oleh klub. Edward Doughty melarang Twain membuka mulutnya dan menyebabkan masalah bagi dirinya sendiri dan klub. Berkat mulut besar Twain, Nottingham Forest telah menjadi duri tersulit di sisi FA Inggris, Asosiasi Wasit dan komite Liga Utama Inggris. Tak peduli apapun peristiwanya, mereka akan selalu menerima "perlakuan khusus" yang tidak dinikmati oleh orang lain.      

Sebagai akibatnya, Twain sangat pendiam. Dengan cemberut, dia hanya memandang media yang mengejek dan mencibirnya.      

Insiden lain juga terjadi dan mengalihkan perhatian awak media. Tidak ada lagi yang tertawa padanya, tapi situasi ini membuat Twain semakin kesal.      

Manchester City mengumumkan bahwa mereka telah memberikan cek kosong kepada Nottingham Forest untuk membeli striker utama mereka, van Nistelrooy!     

Kalau transaksi ini sukses, ini akan menjadi transfer yang paling signifikan di seluruh dunia. Belum pernah ada klub yang begitu meremehkan aturan seperti Manchester City. Klub lain harus merencanakan dan menghitung dengan seksama penjualan ataupun pembelian pemain dan berusaha memaksimalkan keuntungan mereka. Akan ada banyak kisah-dibalik-layar yang terjadi di meja negosiasi setiap tahunnya selama bursa transfer pemain. Manajer tim, agen profesional, pemain, dan manajer semuanya menampilkan adegan seperti di dalam film.      

Kemunculan Manchester City mematahkan aturan transfer tradisional. Pertama, mereka memprovokasi Manchester United, Real Madrid dan klub-klub besar lainnya. Lalu mereka berusaha untuk membujuk pemain bintang di tim lain. Sekarang mereka melakukan langkah yang lebih menakjubkan lagi – mereka melemparkan uang – yang dilihat sebagai ban penyelamat oleh tim lain – seakan uang itu kotoran. Mereka bertindak seolah-olah mereka lebih tinggi dari semua makhluk hidup lain dan kemudian menggunakan suara yang dingin dan sombong untuk bertanya pada orang lain, "Berapa harga pemainmu? Sebutkan hargamu, tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak bisa kami beli. Jangan berpikiran sempit dan menyeret kakimu. Berikan saja angkanya dan tuliskan berapapun maumu. Kalau kau kau menulis angka yang terlalu rendah, aku akan menganggapmu tidak tulus."     

Twain merasa sangat marah.      

Dia pergi menemui Edward dan Allan. "Apa klub Manchester City benar-benar memberikan cek kosong?"     

Edward menarik keluar selembar cek dan menyerahkannya pada Twain. "Mereka benar-benar memberikannya." Senyumnya tampak sedikit janggal, mungkin dia merasa canggung. Allan duduk di sampingnya dan diam saja.      

Twain melihat kalau cek itu benar-benar kosong. Tidak ada angka yang dituliskan disana. Cek itu menunggunya untuk memasukkan angka. "Apa idiot itu sedang mengadakan pertunjukan? Apa mereka benar-benar datang kemari untuk membeli atau untuk memamerkan pada kita bahwa mereka punya kekayaan seluruh negeri?"     

Pemilik Manchester City memang memiliki kekayaan seluruh negeri karena pada dasarnya mereka adalah negara, Uni Emirat Arab.      

Meski demikian, Twain tidak akan pernah membiarkan mereka pamer, khususnya di hadapannya.      

Sialan, aku harus menghitung uang yang kumiliki musim panas ini sementara kalian bisa hidup mewah. Dengan hanya menjentikkan jari, datanglah cek kosong ini. Apa kau mengejekku?     

Mendengar keluhan Twain, senyum ganjil di wajah Edward tampak semakin dalam. Twain yakin senyuman itu terlihat canggung sementara Allan masih tetap diam.      

"Bagaimana menurutmu?" Twain masih belum hilang kendali karena marah. Dia tahu kalau dia harus berkonsultasi pada keduanya.      

"Tony, kami harus mendengarkan pendapatmu terkait urusan para pemain," kata Edward.      

Twain kembali memandang Allan.      

Allan membuka lengannya. "Edward benar. Tim ini adalah wilayahmu, Tony."     

"Kalau begitu, aku benar-benar bertanggungjawab atas masalah ini dan kalian tidak akan ikut campur?" Merasa tidak nyaman, Twain bertanya untuk memastikan.      

Edward hanya tertawa dan tidak menjawab. Allan mengangkat kedua tangannya. "Kalau kau mencemaskan itu, kita bisa menandatangani perjanjian hitam di atas putih."     

Twain menyela kata-katanya. "Aku tidak bermaksud begitu, Allan."     

"Yang kumaksud adalah kami benar-benar tidak akan ikut campur dengan pekerjaanmu. Kami semua menghormati setiap keputusan yang kau ambil. Bagaimanapun juga, kaulah yang memimpin tim sampai jadi seperti sekarang ini."     

"Terima kasih." Twain mengangguk untuk berterima kasih. "Tolong bantu aku untuk memanggil media ke Wilford. Aku akan mengadakan konferensi pers... untuk semua media.."     

Allan mengangguk dan tidak bertanya pada apa yang akan dia lakukan di konferensi pers itu – orang bodoh manapun sudah bisa menebak apa yang akan dia lakukan.      

"Kau tidak bisa membiarkan mereka yang haus untuk menunggu terlalu lama. Kita akan memberikan jawabannya sore ini." cibir Twain.      

※※※     

Ada satu hal yang perlu dilakukan oleh Twain sebelum dia pergi ke konferensi pers. Karena menghormati kehendak pribadi si pemain, dia harus pergi dan berbicara pada van Nistelrooy untuk mendengar pendapatnya tentang hal ini.      

Van Nistelrooy pasti sudah tahu tentang masalah ini sebelum Twain, karena Twain tidak percaya sedetik pun bahwa Manchester City tidak berusaha menghubungi van Nistelrooy dan agennya secara pribadi.      

Jawaban pria Belanda itu cukup jujur, yang menyentuh hati Twain. "Aku tidak ingin pergi dari sini, boss. Aku berharap aku bisa pensiun disini kalau memang memungkinkan."     

"Tapi penawaran yang diberikan orang Arab itu sangat menggoda, kan?" Twain masih belum sepenuhnya yakin. Dia khawatir kalau itu hanyalah kata-kata manis yang diucapkan padanya.      

Van Nistelrooy tertawa. "Sebenarnya, mereka juga memberiku cek kosong dan mengatakan pada agenku untuk mengisinya dengan angka berapapun yang kuinginkan."     

Diam-diam Twain memaki orang Arab itu karena bertindak kurang ajar. Berapa banyak pemain yang bisa menahan godaan dibayar dengan gaji berapapun yang mereka mau.      

Ke**rat kau, dasar Arab tukang pamer! Memangnya kenapa kalau kau punya minyak? Gali saja semaumu. Dalam beberapa dekade, minyak itu akan habis. Aku ingin tahu apa yang bisa kaugunakan untuk terus bersikap sombong!     

Tony Twain, yang berasal dari keluarga miskin, memaki habis-habisan di dalam hati. Dia merasa sangat ekstrim dan tidak seimbang.      

"Lalu kau..." Mencoba menguatkan diri, Twain merasa khawatir tentang pembelotan van Nistelrooy.      

"Aku mengembalikannya." Striker Belanda itu mengangkat bahu.      

Twain hampir saja memeluknya.      

"Aku tidak bermain bola untuk menghasilkan banyak uang. Aku sudah punya cukup uang. Saat ini, aku hanya ingin menikmatinya. Aku suka bermain disini."     

"Kau memang kakak yang baik dan benar-benar setia!" Twain mengucapkan kalimat itu dalam bahasa Mandarin. Tidak peduli dengan van Nistelrooy yang tidak memahaminya, dia menepuk pundak pria itu dengan keras.      

Van Nistelrooy tidak tahu apa yang dikatakan bosnya. Dia hanya melihat si boss tertawa dan membiarkannya menepuk pundaknya.      

※※※     

Sekarang setelah dia tahu pendapat van Nistelrooy terkait ini, Twain tidak ragu lagi tentang apa yang akan dia lakukan. Dia sama sekali tidak khawatir dengan apa yang akan terjadi pada Manchester City, tapi dia lebih khawatir hal itu bisa mempengaruhi hubungannya dengan pemainnya.      

Usai latihan sore, para reporter tidak pergi keluar lapangan latihan untuk menghentikan para pemain bintang. Melainkan, mereka bergegas menuju aula konferensi pers di kompleks pelatihan Wilford.      

Saat tokoh utamanya masih belum keluar, ada beberapa reporter yang berspekulasi tentang kenapa Twain tiba-tiba saja mengambil inisiatif untuk mengumpulkan semua orang dan mengadakan konferensi pers.      

Ada dua insiden yang melibatkan dirinya belakangan ini. Salah satunya adalah provokasi terhadap Football Association (FA) yang membuat FA marah. Yang lainnya adalah "insiden cek kosong" yang terjadi baru-baru ini.      

Mayoritas reporter menduga kalau ini ada kaitannya dengan "cek kosong" karena mereka merasa Twain takkan mengadakan konferensi pers hanya untuk membahas skorsing dan lima belas ribu pounds. Kalau tidak begitu, dia pasti akan harus mengadakan konferensi pers semacam ini setiap beberapa hari sekali.      

Saat Twain dan Allan Adams sama-sama muncul di konferensi pers, ruangan itu perlahan mulai tenang.      

Allan duduk disamping Twain, yang berdiri di hadapan setumpuk mikrofon. Dia membuat isyarat 'stop'. "Aku tidak akan menerima pertanyaan apapun tentang situasi ini dan tidak akan menghabiskan terlalu banyak waktu kalian semua."     

Kemudian dia mengeluarkan sebuah kertas yang terlipat dari dalam kantong sakunya dan membuka lipatannya untuk menunjukkan kertas itu kepada para reporter yang ada di depan panggung.      

"Ini adalah cek kosong yang diberikan oleh Manchester City FC pada kami," katanya sambil menunjuk ke arah kertas kosong itu.      

Para reporter bisa melihat bahwa Twain memang tidak berbohong pada mereka.      

Benar saja, ini ada hubungannya dengan Manchester City, yang akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian semua orang.      

Manchester City menggunakan kekayaannya dan menyinggung perasaan sejumlah besar klub. Ada banyak orang di dalam industri media yang tidak menyukai mereka. Sekarang, Manchester City akhirnya mendatangi Nottingham Forest. Yang satu menjadi arogan karena mendadak kaya sementara tim yang satu lagi memang sejak awal sudah arogan. Kelompok media itu memutuskan untuk menonton pertunjukan ini.      

"Mereka meminta van Nistelrooy dari kami pagi ini dan memberikan cek kosong yang bisa kami isi sesuka hati. Aku ingin mengucapkan terima kasih atas kemurahan hati mereka, dan aku memutuskan akan memberikan jawaban pada mereka di hadapan seluruh media sebagai penghormatanku. Teman-teman reporterku adalah saksinya."     

Setelah mengatakan itu, dia mengeluarkan sebuah pena dari kantong sakunya dan menyapu bersih tumpukan mikrofon, ponsel dan pena perekam yang ada di atas meja. Dia sedikit condong ke depan dan mulai mengisi angka di dalam cek kosong itu.      

Pena di tangannya bergerak naik turun, dan seluruh ruangan tiba-tiba saja terdiam. Para reporter yang duduk lebih dekat menjulurkan leher mereka untuk mengintip angka yang dituliskan oleh Twain.      

Mereka hanya melihat pergelangan tangan Twain berputar, lalu berputar lagi dan berputar lagi...      

Setelah sekitar tiga puluh detik, tangannya masih belum berhenti dan seluruh ruangan tetap hening.      

Sebelum datang kemari, Allan tidak tahu jenis jawaban seperti apa yang akan diberikan oleh Twain kepada Manchester City. Dia juga sama penasarannya seperti para reporter di depan panggung. Jadi dia melirik dari samping...      

Di saat itulah Twain menutup ujung pena dan mengambil kertas cek itu. Dia sudah selesai.      

Dia melambai ke arah kameramen di belakang. "Kau bisa maju ke depan. Kau tidak bisa merekam apa-apa dari belakang sana, kan?"     

Reporter itu membawa peralatannya dan bergegas maju. Mereka mengarahkan kamera pada Twain.      

Setelah melihat semua orang bergerak maju, Twain merasa puas dan mengangkat lembar cek itu lagi untuk menunjukkannya ke kamera.      

"Itulah jawabanku." Ada senyum cerah di wajahnya.      

Tidak hanya jurnalis foto yang bergerak maju. Para reporter lain juga bergerak maju dengan buku catatan mereka. Mereka semua shock saat mereka melihat angka yang tertera di dalam cek itu.      

9999999999999999999999999999999.     

Tidak ada yang langsung bisa mengetahui berapa banyak jumlah uang itu sebenarnya. Jujur saja, mereka mungkin tidak akan bisa menghitung berapa banyak uang ini meski mereka diberi cukup waktu untuk itu. Angka '9' yang padat sepenuhnya mengisi bagian kosong dan memusingkan untuk dilihat, apalagi dihitung.      

"Tn. Twain, berapa... berapa banyak ini?" seorang reporter tergagap.      

"Aku tidak tahu," Twain tersenyum.      

"Hah?"     

"Aku mengisinya," senyuman Twain masih tetap tidak berubah. "Aku hanya berhenti saat aku sudah mengisinya hingga penuh."     

Twain memegang cek yang diisinya hingga penuh sambil berdiri di hadapan para reporter. Kilatan lampu kamera menyala silih berganti dan ruangan itu sesaat menjadi putih. Mata Twain tidak bisa melihat apa-apa kecuali cahaya putih. Tapi, dia masih tetap tersenyum sambil memegang cek itu.      

Allan Adams menggosok pelipisnya. Dia mengira dia akan jadi gila melihat pemandangan yang ada di hadapannya.      

Mark Hughes sangat membutuhkan striker kelas-dunia untuk membantu bos barunya mencapai tujuannya. Al Fahim juga menunjukkan kemurahan hati sebagai seorang bos. Dengan kekayaan seluruh negeri, Manchester City FC yang kaya dan sombong itu berusaha untuk merekrut striker utama Nottingham Forest, Ruud van Nistelrooy dan memberinya cek kosong. Kesepakatan transfer itu akan sukses selama tim Forest mengisi angka yang sesuai dengan nilai van Nistelrooy. Nottingham Forest telah mengisi cek itu seperti yang mereka inginkan tapi...      

Manchester City FC, dengan kekayaan seluruh negeri, mungkin tidak mampu membayar jumlah uang itu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.