Mahakarya Sang Pemenang

Aku Merasa Sangat Puas!



Aku Merasa Sangat Puas!

0Twain sangat lega setelah dia mengkonfirmasikan bahwa mentalitas Ibisevic masih oke, tapi masalah Matias Fernandez tidak sesederhana itu. Dia menghadapi hambatan bahasa jadi dia membutuhkan juru bahasa yang disewa klub untuk memberitahunya keinginan pelatih padanya di saat latihan rutin dan pada saat pertandingan, dia hanya menebak isyarat tangan. Saat ini dia menghabiskan dua malam seminggu untuk belajar bahasa Inggris, kemajuannya masih lambat karena adanya keterbatasan waktu. Twain takut Fernandez mungkin tidak bisa menguasainya tepat waktu.      
0

Penampilan Ibisevic yang buruk menjadi populer di media, dan berhasil membantu Fernandez menghindari hinaan media. Seandainya Ibisevic tampil bagus dan bisa mencetak gol, maka giliran pria Chile itu yang akan menjadi bahan olok-olok mereka.      

Twain memutuskan untuk tidak mempedulikan tentang Fernandez saat ini, dia yakin dengan IQ mantan pesepakbola Amerika Selatan itu. Meski Fernandez mungkin tidak mahir dalam bahasa dan belum terbiasa dengan kebiasaan hidup di negeri ini, akan selalu ada bahasa yang sama di lapangan sepakbola. Seperti layaknya kondisi pemulihan, meski lambat, namun pasti.      

※※※     

Pada tanggal 27 Agustus, putaran ketiga turnamen liga, Nottingham Forest masih melakukan pertandingan tandang, kali ini melawan Norwich yang baru dipromosikan. Ini adalah tim yang lemah. Dalam dua putaran liga sebelumnya, mereka menderita kekalahan dua kali berturut-turut dan lawan mereka hanyalah tim kelas menengah di Liga Premier.      

Menantang lawan seperti ini tidak membutuhkan kekuatan penuh Nottingham Forest, jadi rotasi besar-besaran ala Twain tidaklah mengejutkan. Setelah debut George Wood di putaran kedua, dia masih tetap tampil disini dan sisa pemain lainnya dirotasi. Tapi tak peduli seberapa banyak pemain yang dirotasi Twain, sehari sebelum pertandingan dimana tim Forest mengumumkan starting lineup mereka, nama Ibisevic masih ada di dalam daftar.      

Karena itu, Carl Spicer harus mengatakan sesuatu, "Twain sudah berniat untuk menentang kita semua. Bahkan orang bodoh bisa melihat kondisi Ibisevic saat ini, jadi kenapa dia harus diturunkan sejak awal? Van Nistelrooy, Eastwood, Agbonlahor, Zigic, bukankah mereka semua lebih baik daripada pengungsi Bosnia itu? Apa Bosnia itu Persia? Haha!"     

Kata-kata terakhirnya ini memberinya sedikit masalah.      

Nottingham Forest mengajukan protes resmi atas hinaan Carl Spicer terhadap pemain mereka dalam acara di Sky TV. Carl Spicer juga masuk ke dalam program berita di saluran televisi lain.      

Seorang reporter yang lain bergegas bertanya pada Ibisevic tentang pendapatnya mengenai julukan baru untuknya "pengungsi Bosnia", tapi Ibisevic menolak menjawab pertanyaan itu; dia tidak terlalu senang dengan itu.      

Twain cemberut. "Beberapa orang berbicara tanpa menggunakan otak mereka, melainkan menggunakan lubang di pantat mereka, aku sudah terbiasa dengan itu. Tapi kalau dia menghina pemainku seperti ini, aku akan membuatnya menelan kata-katanya itu."     

Justru rekan setim Ibisevic-lah yang mengungkapkan kemarahan mereka. Eastwood melompat bangkit untuk membela rekan sesama penyerang di tim, "Ibi punya kekuatan, tapi sebagai pemain baru, dia membutuhkan waktu untuk beradaptasi, yang memang normal. Kurasa identitasnya tidak ada hubungannya dengan penampilannya di lapangan sepakbola. Aku seorang gipsi Romani dan aku yakin Tn. Carl Spicer pasti merendahkan kami yang sering tinggal berpindah-pindah, tapi aku ingin bertanya, siapa pemain yang menduduki urutan ketiga di daftar top scorer musim lalu?"     

Orang-orang Bosnia di Inggris diduga mengirimkan surat protes ke Sky TV dan menuntut Carl Spicer untuk meminta maaf secara resmi kepada orang-orang Bosnia melalui TV dan surat kabar.      

Ini bukanlah hal yang besar ataupun kecil. Bosnia adalah sebuah negara kecil dan mereka tidak punya kedudukan, khususnya tidak di Inggris dimana populasi orang-orang Bosnia sangatlah kecil. Pada dasarnya mereka tidak memiliki status sosial tak peduli seberapa kuat mereka berteriak, suara mereka tidak lebih keras daripada suara jangkrik yang mengerik di malam hari.      

Tapi kalau hal ini berubah menjadi kasus rasisme, Carl Spicer bisa kehilangan pekerjaannya.      

Spicer tidak bisa dikatakan takut pada Twain karena tegurannya pada Twain itu sama seperti teguran pada keluarganya, yang berarti sebuah konflik internal. Kalau pihak lawan tidak peduli dengan ini, dia bisa bersikap sejahat mungkin, tapi tidak boleh mencapai titik yang bisa membuatnya kehilangan pekerjaannya. Dia mungkin perlu berpikir dua kali sebelum menghina orang lain.      

Sebelum pertandingan, media sudah sibuk membicarakan tentang ini. Dengan begini, sifat media tampak jelas. Saat Carl Spicer mengejek Tony Twain, mereka mengikutinya. Ketika orang-orang Bosnia itu marah karena menganggap Carl Spicer rasis, mereka mengobarkan isu itu agar menjadi besar. Mereka tidak memihak dan hanya mencari keuntungan.      

Twain merasa senang dengan pria sombong itu, Carl Spicer, yang membantunya sebelum pertandingan: dia berusaha membuat Ibisevic semakin kesal dengan masalah ini dan rasa frustasi serta ketidakpuasan yang ditimbunnya di dalam hatinya akan meledak. Itu akan meledak seperti letusan gunung berapi, sebuah ledakan besar! Dan seluruh dunia akan menjadi bersih setelahnya.      

Di ruang ganti pada hari pertandingan, Twain dengan sengaja menghasut emosi para pemain, terutama emosi Ibisevic.      

"Dengar saja apa yang dikatakan idiot itu. Kali ini, dia menyebut Ibisevic sebagai pengungsi Bosnia dan besok dia mungkin akan memberikan nama julukan baru bagi siapapun dari kalian yang membuat kesalahan. Kalau sekarang ini bukan peradaban modern, aku takkan ragu untuk menembaknya dua kali di kepala! Tapi sekarang kita punya cara lain untuk membalaskan dendam: menangkan pertandingan melawan Norwich dan menangkan dengan indah!"     

Lalu dia menarik Ibisevic ke samping. "Hey, Ibi. Aku tidak ingin memberimu tekanan tapi kau tahu, inilah hidup." Dia merentangkan tangannya. "Tekanan datang untuk mencarimu. Kurasa kau harus membuktikan dirimu di pertandingan ini. Ingat apa yang kukatakan? Aku tidak suka menampar diriku sendiri. Sekarang ada kesempatan untuk menampar seseorang yang berada tepat di hadapanmu, cobalah untuk memanfaatkan peluang ini."     

Ibisevic mengangguk dengan ekspresi muram di wajahnya, "Aku mengerti, boss."     

"Kalau ada penalti, kau bisa menjadi penendang penaltinya."     

Ibisevic menyela ucapan Twain, "Aku bukan penendang penalti, boss. Aku ingin mencetak gol selama pertandingan berlangsung."     

Twain meraihnya, "Apa kau sudah memikirkan gerakan perayaanmu?"     

Ibisevic menjawab, "Kurasa begitu."     

"Aku akan menunggu untuk melihatnya."     

※※※     

Norwich City memang benar-benar tidak mampu bersaing dengan Nottingham Forest, bahkan di kandang mereka sendiri. Setelah pertandingan dimulai, Nottingham Forest secara resmi mengambil alih 'kedaulatan' stadion Carrow Road dari tangan mereka.      

Saat bermain sebagai tim non-unggulan atau underdog, Nottingham Forest biasanya menggunakan kendali di lini tengah dan taktik selapis-demi-selapis, mengandalkan sebuah kekuatan yang besar untuk sedikit menghancurkan lawan mereka. Di waktu yang bersamaan, mereka takkan membiarkan lini belakang menambah tekanan, dan memberikan peluang serangan balik bagi lawan.      

Tapi dalam pertandingan ini, Twain mengubah taktiknya. Dia tidak membiarkan timnya menguasai bola, melainkan memainkan gaya yang biasa mereka gunakan untuk melawan tim-tim kuat. Dalam pertandingan tandang melawan Norwich City, mereka akan menggunakan serangan-balik yang cepat, yang merupakan rahasia andalan pasti-menang yang dimilikinya.      

Sedikit aneh saat mereka melihat starting lineup untuk pertandingan ini. Penyerang yang diturunkan sejak awal adalah Eastwood dan Ibisevic, tidak satupun dari keduanya memiliki kecepatan. Bagaimana mereka bisa menyusun serangan balik?     

Nottingham Forest akan segera mengungkapkan jawabannya.      

Umpan panjang George Wood dari lini tengah mengirimkan bola ke kaki Ibisevic. Ibi, yang memunggungi gawang, mengopernya ke Eastwood, yang berada di sampingnya. Eastwood menembakkan bola dalam garis lurus, tapi bola itu sedikit melenceng dari mulut gawang dan membuat fans tuan rumah Norwich tertegun melihatnya.      

Tidak satupun dari Bostock maupun Sahin yang membuat debut mereka di pertandingan ini, melainkan George Wood dan Tiago, konfigurasi dua bek yang membuat lini tengah Forest menjadi lebih tebal dan membuat serangan mereka lebih akurat. Inilah taktik tim lemah untuk digunakan melawan tim kuat, dan sama sekali tak terduga kalau Twain akan menggunakan ini saat menghadapi tim lemah seperti Norwich.      

Setelah beberapa serangan, Nottingham Forest melakukan hal yang sama, meluncurkan serangan langsung dari lini belakang. Kedua kubu sama-sama menyerang dan area lini depan tidak dibatasi di area penalti saja, melainkan hampir mencakup separuh lapangan.      

Serangan-serangan ini membuktikan bahwa tendangan awal Wood bukanlah kebetulan semata, melainkan sebuah taktik yang disusun dengan seksama oleh manajer.     

"Aku tidak paham," gumam pembawa acara di TV.      

Tentu saja dia tidak paham, tapi ini adalah perubahan yang dibuat Twain dengan mempertimbangkan Ibisevic, dia membuat sejumlah penyesuaian berdasarkan taktik serangan-balik defensif orisinal Nottingham Forest untuk membuat Ibisevic merasa seolah dia berada di Hoffenheim.      

Taktik sederhana dan cepat itu dilakukan dengan berlarian di sebuah area yang luas untuk merebut dan mengambil bola, sehingga Ibisevic bisa menerima lebih banyak bola. Tapi gol pertama tidak dicetak oleh Ibisevic.      

Di menit ke-29 babak pertama, Cohen berhasil menerobos sayap kanan dan mengoper bola, tapi bola itu direbut oleh bek belakang Norwich. Tiago berhasil mendapatkan kembali bola itu diluar kotak penalti dan segera menembak tapi mengenai pantat Eastwood dan bolanya melayang masuk ke dalam gawang, dimana kiper Norwich sama sekali tidak bisa menghentikan gol itu – dia sempat melompat maju ke arah lintasan awal bola, tapi sama sekali tidak mengira kalau ada pantat pria Romani itu di tengah-tengah lintasan bola.      

Tulisan di TV menunjukkan gol itu dicetak oleh Tiago tapi setelah menayangkan ulang proses terjadinya gol itu, nama si pencetak gol berubah menjadi "Freddy Eastwood". Ini adalah gol ketiganya di musim ini. Nottingham Forest telah mencetak tiga gol di musim baru ini, semuanya dilakukan oleh pria Romani itu.      

Pembawa acara di TV tidak melupakan tentang Ibisevic saat dia bersorak untuk Eastwood, "Kelihatannya gol Nottingham Forest semuanya diberikan pada Eastwood musim ini, mungkin Tony Twain seharusnya bertaruh dengan Carl Spicer tentang Eastwood. Tapi kalau itu yang terjadi, Carl Spicer pasti takut menerima tantangan itu."     

Ibisevic tersenyum saat dia merayakan gol Eastwood. Tidak ada yang tahu apa yang sedang dia pikirkan dan bagaimana perasaannya saat itu.     

※※※     

Ibisevic berusaha menenangkan hatinya yang gelisah. Dia tidak asing dengan situasi saat ini, dia hanya perlu menenangkan diri dan berpikir, lalu dia akan menemukan bahwa di sepanjang karirnya, dia telah merasakan sejumlah keraguan dari orang lain.      

Di Paris Saint-Germain, dia dikenal sebagai pria yang berhasil masuk ke dalam klub Prancis itu melalui hubungan "orang senegara" dengan kepala pelatih Halilhodzic yang sedang menjabat. Di dalam tim, diantara para fans, terdapat rumor bahwa dia memiliki hubungan khusus dengan Halilhodzic.      

Tak peduli bagaimana dia berlatih, orang-orang akan selalu memandangnya dengan tatapan seperti itu. Jadi tiba-tiba saja dia sadar bahwa meski Halilhodzic mengakui kemampuannya dan secara pribadi telah membawanya dari Amerika Serikat ke Prancis, dia tidak bisa terus tinggal dibawah Halilhodzic kalau dia masih ingin punya masa depan.      

Meski dia menyelesaikan latihan rutin dengan baik, orang-orang akan mengira Halilhodzic memiliki anak emas. Kalau dia tidak bisa tampil baik, dirinya dan Halilhodzic akan sama-sama berada dalam masalah.      

Dia hanya bermain dua pertandingan dibawah arahan Halilhodzic sebelum dia memutuskan untuk pergi. Di mata orang-orang luar itu, hari-harinya yang indah sudah berakhir. Dia hanya berhasil tampil empat kali untuk Paris Saint-Germain di sepanjang musim dan tidak berhasil mencetak gol.      

Dari mulai kepala pelatih hingga staf pemeliharaan biasa, terdapat anggapan bahwa pria Bosnia-Herzegovina Halilhodzic memutuskan untuk memperkenalkan pemuda Bosnia-Herzegovina itu agar dia mendapatkan keuntungan dari sumber lain. Pemuda semacam ini pada dasarnya tidak punya masa depan jadi akan lebih baik baginya untuk melepaskannya lebih awal.      

Ibisevic bukan orang bodoh. Dia tahu apa anggapan orang-orang di klub terhadapnya, jadi dia menawarkan diri untuk dipinjamkan ke klub lain.      

Dengan begini, di musim 05-06, dia dipinjamkan ke klub French-B dimana dia merasakan kebebasan untuk yang pertama kalinya. Tidak ada yang menganggapnya mendapatkan pekerjaan itu karena memiliki hubungan pribadi dengan si manajer, dan dia bisa menunjukkan kemampuannya yang sesungguhnya. Disana dia tampil sebanyak 33 kali dan mencetak sepuluh gol. Sebagai seorang pemain berusia dua puluh satu tahun, dia sudah berhasil menarik banyak perhatian.      

Tapi sebuah tim besar seperti Paris Saint-Germain jelas tidak tertarik pada pemain berusia 21 tahun yang hanya bisa tampil seperti itu.      

Jadi dia pergi ke tim Aachen di Bundesliga.      

Itu bukanlah sebuah musim yang bagus baginya, karena dia hanya tampil selama 24 kali dan mencetak 6 gol padahal dia memakai jersey nomer 9, yang melambangkan striker utama.      

Keraguan yang berdering di telinganya masih belum menghilang. Orang-orang selalu mengatakan bahwa dia terlalu gugup saat bermain sebagai striker di dalam pertandingan, yang membuatnya kehilangan banyak peluang dalam menembakkan bola. Di depan gawang lawan, dia terlihat bingung dan tidak tahu ke arah mana dia harus menendang bolanya. Dia bahkan tidak punya kepercayaan diri untuk menembak ke gawang, bagaimana mungkin striker semacam ini bisa sukses?     

Sebenarnya, ada ribuan pemain sepertinya yang bermain sepakbola. Mereka semua tidak dikenal dan berkeliaran di liga level bawah tanpa memiliki tujuan akhir. Mereka tidak bisa mencetak banyak gol dalam satu musim dan hanya bisa pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencoba peruntungan mereka, dan berakhir dengan pindah ke sebuah liga dan sebuah tim yang lebih buruk daripada sebelumnya. Di penghujung karir, pada usia tiga puluh lima atau tiga puluh enam, mereka akan menemukan tim di liga level bawah untuk pensiun. Lalu mereka akan terjun ke tengah masyarakat untuk melatih tim sepakbola pemuda dan anak-anak atau menemukan pekerjaan lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan sepakbola untuk menopang hidup mereka dan keluarga mereka. Mereka mungkin memiliki bakat dan kemampuan, tapi hal yang sama dari mereka semua adalah kurangnya peluang dan keberuntungan.      

Bagi Ibisevic, dirinya beruntung usai akhir musim 06-07 karena tim FN Hoffenheim Jerman menemukannya saat itu. Kisah yang terungkap setelahnya tampak jelas, semua orang tahu apa yang terjadi setelah itu.      

Sekarang dia memakai jersey merah gelap Nottingham Forest dan berdiri di tengah lapangan dalam pertandingan Liga Premier. Ini adalah tim paling terkenal yang pernah diwakilinya, tapi tidak banyak yang berubah. Dia masih diragukan.      

Meski dia sudah mencetak 37 gol dalam satu musim di Hoffenheim, dia masih akan diragukan. "Pemuda ini seorang penyendiri, aku berani bertaruh bahwa penampilannya akan segera menurun drastis, seperti Mintal. Lebih baik jangan biarkan dia berharap terlalu tinggi!"     

Yah, satu-satunya yang berubah adalah di Inggris, seseorang akhirnya membuat taruhan publik tentang ini. "Aku berani bertaruh dia tidak bisa mencetak dua puluh gol dalam satu musim!"     

Carl Spicer, setelah menonton penampilan Ibisevic di beberapa pertandingan terakhir, berkata dengan bangga, "Sebenarnya, seharusnya aku mengatakan bahwa dia tidak akan bisa mencetak sepuluh gol dalam satu musim."     

Aku ingin menikmati sorakan yang asli, tanpa ada gangguan. Biarkan mereka berteriak "Super Ibi" tanpa berbisik, "kuharap dia bisa melakukan ini musim depan atau mungkin di pertandingan mendatang."     

Tenanglah dan ingat-ingat bagaimana caraku bermain di musim 08-09. Pikirkan tentang bagaimana menghadapi gawang lawan, menghadapi kiper dan semua bek itu, dan bagaimana aku menembakkan bola melalui celah dan masuk ke gawang mereka!     

Ini bukan masalah besar, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku masih aku, Vedad Ibisevic, seorang anak laki-laki dari Bosnia. Jangan berharap terlalu banyak dariku, tapi juga jangan meremehkanku!     

Mencetak gol seumur hidup dalam satu musim? Jangan membuat lelucon seperti itu!     

Aku masih berusia dua puluh enam tahun, jalanku masih panjang, aku masih punya banyak gol yang belum kucetak!     

※※※     

"George Wood mengendalikan tempo di lini tengah dan kini terlihat lebih seperti gelandang penyusun serangan, dimana lima serangan Nottingham Forest berasal dari kakinya. Umpan panjangnya telah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan musim lalu. Dia mengangkat kepalanya untuk mengamati situasi."     

Dalam sekejap, George Wood mengoper bola ke Bentley. Bentley tidak menggiring bola ke depan melainkan mengopernya dengan sudut 45 derajat! Di lini belakang Norwich, Ibisevic tiba-tiba saja muncul, melompat tinggi untuk melakukan sundulan yang kuat ke arah gawang.      

"Arah sundulannya terlalu lurus! Apa dia tidak mengamati posisi kiper sebelum dia mulai melompat?" Komentator itu selalu bisa menemukan kesalahan Ibisevic.      

Bola itu dihalau keluar oleh kiper dengan kedua tangannya. Kali ini bola itu jatuh ke kaki Eastwood dan semua orang di tim Norwich City menjadi gugup. Mereka bisa melihat bahwa pria Romani itu tampil bagus di pertandingan ini, dan sekarang dia berada di ujung lengkung area penalti, yang bisa dikatakan "area Eastwood" dan setelah dia mengangkat kakinya, bola itu sudah melesat dalam lengkung tinggi menuju ke arah gawang.      

Semua orang memfokuskan perhatian defensif mereka pada pria Romani itu dan mengabaikan Ibisevic yang ada di dekat mereka. Eastwood berada dalam posisi untuk menembak tapi sebenarnya dia mengoper bolanya ke depan.      

Ibisevic, yang baru saja berlari menjauh dari gawang, tiba-tiba membalikkan badan setelah menerima bola dan tidak menolehkan kepalanya untuk melihat hakim garis di pinggir lapangan. Dia hanya peduli dengan bola di bawah kakinya dan di waktu yang bersamaan melirik sekilas posisi kiper lawan.      

Offside? Masukkan dulu bola ini!     

Peluit? Aku tidak mendengarnya!     

Ibisevic berbalik dan tanpa menggiring bolanya, dia langsung menembakkan bola bawah.      

Bola itu melesat di atas rumput, menghindari tangan kiper Norwich, Ward, dan langsung menuju ke sudut belakang gawang!     

Bola itu sedikit memantul ke depan dan membentur tiang gawang.      

Bukannya segera bangkit, Ibisevic, yang menembakkan gol itu, masih setengah berlutut, mempertahankan pose menembaknya dan, sama seperti kiper Ward, menatap ke arah bola.      

Dua orang itu melihat bola membentur tiang gawang dan kemudian melambung untuk yang ketiga kalinya, jatuh dan bergulir keluar garis gawang....      

Kali ini, pupil mata Ibisevic melebar karena senang sementara bek Norwich mengangkat tangan mereka secara bersamaan.      

Apa itu tadi offside...?     

Komentator di TV berteriak, "Offside!"     

Tapi setelah dia melihat ke pinggir lapangan, hakim garis berlari ke arah lingkaran tengah sambil membawa bendera, sementara wasit utama mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah lingkaran tengah. Ini adalah isyarat untuk menandakan gol yang sah! Gol itu sah!     

Sekelompok fans Nottingham Forest mulai bersorak. Sebuah suara mulai berdering diantara mereka semua, "Super Ibi!"     

"Para pemain Norwich berlarian ke pinggir lapangan dan mereka merasa gol barusan itu sedikit kontroversial. Tapi bagaimanapun juga, para pemain Nottingham Forest sudah bersorak! 2:0! Mereka memimpin dengan dua gol dalam pertandingan tandang yang jauh dari rumah dan ini masih babak pertama! Vedad Ibisevic akhirnya mencetak gol meski itu masih cukup kontroversial," suara komentator itu sedikit ganjil, seolah dia masih enggan mengakui kesalahannya jadi dia hanya menggunakan istilah "gol kontroversial" untuk menyelamatkan mukanya.      

Si pencetak gol Ibisevic melompat dari tempatnya berada tanpa menahan diri, mengabaikan rekan setimnya yang ingin memeluknya dan dia langsung berlari ke bendera sudut, menghadap ke arah kamera, mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi lalu mengayunkanya dengan tajam dan membentuk sebuah lingkaran. Dia benar-benar fokus melakukannya sampai-sampai hampir mengenai Eastwood yang berlari ke arahnya untuk memeluknya dari belakang.      

Setelahnya, dia tidak berhenti disana dan berlari menuju kursi manajer. Sambil memeluk Tony Twain, rekan-rekan setim yang sudah mengejarnya sejauh separuh lapangan juga ikut menghampiri dan memeluknya, sekelompok besar pemain berkumpul bersama di pinggir lapangan.      

"Ibi, apa artinya aksimu barusan?" Di tengah kekacauan, Twain bertanya dengan suara keras.      

Ibisevic yang dikelilingi rekan-rekan setimnya tergelak senang. "Ini sama seperti yang kau katakan, boss. Menampar orang lain memang sangat memuaskan! Ha! Aku merasa sangat puas!"     

※※※     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.