Mahakarya Sang Pemenang

Perang Merah



Perang Merah

0Setelah perpanjangan waktu yang gila-gilaan, dalam konferensi paska-pertandingan, kedua kubu masih membicarakan tentang dua gol yang terjadi selama perpanjangan waktu. Twain merasa senang karena bisa menyamakan kedudukan di menit terakhir, jadi dia tidak menyebutkan bahwa dia berharap bisa menang sebelum pertandingan ini dimulai.     
0

"Apa yang tidak memuaskan dari penampilan tim? Hasil ini adalah demonstrasi yang bagus tentang gaya bermain Nottingham Forest dan aku merasa sangat senang."     

Hasil imbang dan gol di menit terakhir ini sangatlah penting bagi Forest karena ini bisa meningkatkan semangat dan kepercayaan diri tim, memberikan landasan untuk pertandingan melawan Liverpool dan kalender iblis selama liburan Natal.      

Ferguson merasa sedikit kesal, tapi dia masih bisa menerima hasil ini, "Tidak ada yang bisa kulakukan kecuali menerima hasilnya. Inilah sepakbola. Aku sama sekali tidak menyangka mereka akan bisa menyamakan kedudukan di menit terakhir..."     

Untuk mengatakan wajah Ferguson, saat Ibisevic memasukkan bola ke mulut gawang yang dijaga Foster, memucat adalah hal yang berlebihan, tapi mengatakan bahwa dia tampak jelek memang tepat. Ferguson menunjukkan ekspresi yang sama sampai dia berjabat tangan dengan Twain. Dia tidak ingin berbicara omong kosong dengan Twain; jadi dia hanya berjabat tangan lalu pergi.      

Mencetak gol balasan di menit terakhir dan menyamakan kedudukan di menit terakhir. Semua pasang-surut dalam pertandingan ini benar-benar menantang jantung seseorang. Satu-satunya kabar baik adalah bahwa pertandingan ini hanyalah pertandingan liga biasa, dan bukan pertandingan sistem gugur di Liga Champions atau FA Cup.      

※※※     

Ibisevic, si pencetak gol yang menyamakan kedudukan di menit terakhir untuk Nottingham Forest, meski hanya bermain dalam waktu singkat, terpilih sebagai pemain terbaik untuk pertandingan ini dan menerima sebotol sampanye. Dia merasa senang karena bisa mencetak gol terakhir, tapi dia tidak menerima semua pujian itu untuk dirinya sendiri melainkan mengatakan bahwa itu semua adalah berkat kerjasama tim. Tanpa umpan panjang dari kapten Wood, dia takkan punya kesempatan untuk mencetak gol.      

Dia juga menyebutkan pahlawan lain yang membantunya menyamakan kedudukan, "Saat aku masih menyesuaikan diri dengan Liga Premier, boss berbicara secara pribadi padaku. Dia memberitahuku bahwa Nottingham Forest tidak pernah mengaku kalah dan tidak akan menyerah dalam situasi apapun. Aku senang aku bisa mempertahankan reputasi itu."     

Para pemain Manchester United yang diwawancara merasa sedikit kesal. "Aku benar-benar tidak mengira kalau mereka akan bisa memaksakan serangan ke lini depan pada saat itu. Kami sedikit kesal..." Anton Ferdinand menjelaskan hilangnya bola oleh bek tengahnya.      

Vidic, yang kehilangan bola, bergegas masuk ke ruang ganti pemain dengan kepala tertunduk dan tidak menerima wawancara bagi reporter manapun. Sudah bisa dipastikan bahwa Ferguson takkan melepaskannya begitu saja setelah mereka kembali ke ruang ganti, dimana setidaknya Vidic akan menerima omelan yang buruk dari manajer.      

※※※     

Twain terus tersenyum di sepanjang konferensi pers, dan dia tidak menyembunyikan kegembiraannya dibalik hasil ini. Ferguson, disisi lain, tampak begitu muram sehingga semua orang tahu bahwa dia merasa kesal dan tidak senang.      

Di akhir konferensi pers, Twain kembali ke ruang ganti dan menemukan para pemainnya masih membicarakan tentang dua gol yang dicetak saat perpanjangan waktu. Tentu saja mereka juga merasa senang dengan itu. Twain menepukkan tangannya dan mengisyaratkan kepada para pemainnya untuk tenang, karena ada beberapa hal yang perlu dikatakan olehnya.      

"Imbang di menit terakhir sangat menyenangkan, bukan?"     

Sekelompok orang tetawa. Ini memang benar-benar menyenangkan.      

"Aku bangga melihat penampilan kalian di tiga menit terakhir dan itulah yang ingin kulihat dari Nottingham Forest. Tapi..." Nada suaranya berubah dan wajahnya tetap tenang, "Aku masih ingin kalian tahu, seandainya kita bisa mencetak gol lebih awal dan mendapatkan kendali atas situasi lebih awal, maka tidak satupun dari kita perlu mengalami kesenangan ini."     

Twain menyentuh dada kirinya. "Aku punya masalah disini dan aku tidak ingin mengalami pertandingan dengan pasang-surut seperti tadi. Pertandingan ini bisa menjadi pelajaran bagi kalian semua untuk tidak pernah mempercayakan nasib kalian pada sesuatu yang tidak bisa kalian lihat. Kita bisa menyamakan kedudukan karena Vidic melakukan kesalahan kecil di menit terakhir. Kalian tidak boleh selalu mengharapkan lawan kalian membuat kesalahan semacam ini. Takdir kalian harus kalian pegang di dalam genggaman tangan kalian sendiri, untuk bisa merasa yakin dengan itu." Dia mengepalkan tangannya, seolah dia memegang takdirnya di tangannya.      

Setelah mengatakan itu, senyum kembali terlihat di wajahnya, "Tapi bola terakhir itu bagus sekali! Semua orang tampil bagus sekali! Sekarang kalian bisa merayakannya!"     

Memainkan peran polisi baik dan polisi jahat akan mencegah para pemain menjadi terlalu puas diri dan juga tidak membiarkan mereka berpikir bahwa pelatih mereka bersikap terlalu keras. Dengan semangat tinggi seperti ini, Twain tidak perlu mencemaskan tentang pertandingan kandang mereka melawan Liverpool.      

※※※     

Saat Ferguson mengundang Twain untuk minum usai pertandingan, suasana hatinya tampaknya sudah kembali normal. Dari luar, dia tidak tampak marah. Dia hanya terlihat sedikit tak berdaya.      

Media dengan suara bulat memuji Ibisevic yang telah memberikan gol penting bagi Forest. Tapi Ferguson tidak setuju dengan itu.      

"Mereka mengatakan bahwa tendangan Wood menunjukkan kemampuannya sebagai penyerang, tapi aku tidak melihatnya seperti itu. Kurasa dia pasti berpikir kalau dia melakukannya sebagai umpan jarak jauh."     

Twain tertawa penuh arti, tidak menyangkal maupun mengkonfirmasi. Wood selalu memiliki sentuhan jenius untuk melakukan aksi yang secara teknis tidak mungkin bisa dilakukan dengan kemampuannya.      

"Kau benar-benar tidak bisa mempertimbangkan untuk pindah ke Manchester United dan melatih mereka?" Setelah pertandingan ini, Ferguson menganggap Twain adalah manajer terbaik untuk Manchester United.      

"Tidak, Sir," Twain menggelengkan kepala sambil memutar pelan minuman anggur itu di dalam gelasnya.      

Sejak dia mengalami serangan jantung, Twain pada dasarnya sudah berhenti minum alkohol. Tapi, kadang dia masih minum bersama lawannya usai pertandingan, demi sopan santun. Dia akan baik-baik saja kalau hanya minum satu gelas, jadi Shania dan dokternya tidak melarangnya melakukan ini karena Twain sendiri tahu bahwa kondisinya hanya memungkinkannya untuk minum satu gelas saja. Upayanya untuk berhenti minum alkohol di hari-hari pertama terasa seperti neraka, tapi sekarang dia tidak lagi bereaksi apa-apa terhadap minuman beralkohol.      

"Sayang sekali..." gumam Ferguson.      

Sekali lagi Twain telah menolak undangan Ferguson. Ferguson sudah bisa menebak bahwa mengingat kepribadian Twain, dia takkan menerima undangan itu. Jadi akankah juara Liga Premier terus bersinar setelah dia pensiun? Meski dia tahu bahwa pasti akan ada lembah setelah puncak, yang sudah menjadi hukum alam, tapi kalau hal ini terjadi pada timnya dia tidak tahu apakah dirinya akan bisa menerimanya. Dia ingin seseorang terus melanjutkan kejayaannya di Manchester United, tapi pria yang paling berbakat untuk itu telah menolaknya dua kali.      

Twain bisa membaca benak pikiran pria tua itu. Dia menyarankan, "Kelihatannya kau sehat-sehat saja, kenapa tidak terus melatih?"     

"Kelihatannya kau tidak ingin melihatku pensiun, dan kurasa itu hal yang aneh. Bukankah kita ini rival, Tony?" Ferguson memandang Twain.      

Twain tersenyum, "Walaupun kau pensiun, bukan berarti aku akan mendapatkan lebih banyak gelar juara, karena aku akan masih memenangkan banyak gelar juara meski kau masih disini. Ha ha! Tapi tanpa kehadiranmu, aku selalu merasa ada sesuatu yang hilang."      

Ferguson sudah menghabiskan minuman di dalam gelasnya, "Kau tenang saja, masih ada Wenger. Kau takkan kesepian."     

"Professor, aku tidak akan berperang kata-kata melawannya." Twain mengangkat bahu, "Jauh lebih menarik untuk bertengkar denganmu."     

Ferguson tiba-tiba saja sadar apa yang dimaksud Twain dengan 'sesuatu yang hilang'. Ketidakhadiran Mourinho mengurangi target yang bisa diajaknya bertengkar, dan kalau sekarang dia pensiun, tidak ada lagi manajer yang berkulit-badak seperti dirinya. Tak heran kalau dia merasa kesepian.      

"Kalau tidak diomeli membuatmu kesal, aku masih bisa sering-sering mengomelimu setelah aku pensiun nanti, Tony."     

Twain tertawa mendengar ini. Ferguson benar-benar pria tua yang menarik!     

Dia juga bersandar ke kursinya dan menghabiskan anggur di dalam gelasnya, "Kalau penerusmu punya potensial, apa kau keberatan kalau aku memberinya pelajaran?"     

"Selama kau bisa melakukannya."     

※※※     

Nottingham Forest menyambut Liverpool tak lama setelah mereka kembali ke Nottingham. Nottingham Forest kembali menduduki peringkat keempat di klasemen liga setelah sempat diambil alih oleh Liverpool berkat hasil imbang melawan Manchester United. Liverpool kembali ke posisi ketiga setelah menang 3-2 melawan Everton di kandang, tapi mereka harus membayar mahal untuk kemenangan Derby itu.      

Bek tengah Liverpool, Agger, karena menyikut striker Everton James Vaughan, mendapatkan kartu merah dan langsung diskors selama tiga pertandingan. Pria Belanda, Ryan Babel, meninggalkan pertandingan dengan cedera dan akan melewatkan tiga minggu pertandingan. Pennant juga cedera, meski tidak terlalu serius, tapi dia jelas tidak bisa bermain melawan Nottingham Forest. Selain itu, Xabi Alonso dan Dirk Kuyt sudah cedera sebelum pertandingan ini, sehingga tidak banyak pemain yang bisa diturunkan Benitez.      

Mengingat semua ini, Benitez tetap bersikap low-profile di stadion lawan, menunjukkan permainan defensif dan berusaha untuk mendapatkan satu poin. Timnya telah kehilangan banyak pemain yang terlibat dalam serangan tim, tapi secara defensif mereka masih memiliki kekuatan orisinalnya. Agger mendapatkan kartu merah tapi dia baru akan diskors di pertandingan berikutnya, jadi dia masih bisa diturunkan melawan Nottingham Forest.      

Jadi, Benitez menggunakan formasi defensif yang sangat padat di lini tengah. Lucas, konfigurasi bek-ganda Mascherano dengan Gerrard berada di tengah, membentuk sebuah segitiga. Gerrard bertugas untuk serangan tim sementara Mascherano dan Lucas akan memimpin dalam pertahanan. Tampak jelas bahwa Benitez mewaspadai serangan Nottingham Forest.      

Twain ingin menangis melihatnya – setelah bertahun-tahun berlalu, akhirnya ada lawan yang menyesuaikan pengaturan pertahanan mereka karena takut dengan serangan Nottingham Forest.      

Meski Benitez melakukan penyesuaian, timnya tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan di stadion milik Forest. Pertahanan tebal Benitez hanya bisa bertahan selama dua puluh tujuh menit sebelum akhirnya runtuh. Kesalahan simultan Lucas dan Mascherano dimanfaatkan Zigic untuk merebut bola dan kemudian menggunakan tubuhnya untuk melindungi bola dari kepungan dua bek, sampai Cohen berlari maju untuk mendukungnya. Zigic berada dalam posisi untuk mengoper bola pada Cohen, tapi dia memanfaatkan momen kepungan yang mengendur untuk mengoperkan bolanya ke Sahin yang berlari ke arah yang berlawanan.      

Sahin menerima bola dan mengopernya ke Lennon, yang bergerak maju dari sayap kiri, tapi bukannya mengoperkan bola secara langsung ke kaki Lennon, Sahin dengan imajinatif mengoper bolanya sedikit di depan Lennon, yang bisa memanfaatkan kecepatan Lennon.      

Lennon berlari kencang dan mengambil bola tepat di depan bek kanan Liverpool, Alvaro Arbeloa, dan langsung menembus lini pertahanan Liverpool. Setelahnya, dia tidak menggiring bola di sayap melainkan langsung menuju kotak penalti dan menembakkan bola melewati pertahanan Agger dan melewati tangan Reyna.      

Nottingham Forest unggul, 1:0.      

Pertandingan ini tidak menurunkan Eastwood dan van Nistelrooy, yang tidak terlalu konfrontasional, melainkan justru memainkan dua penyerang jangkung yang kuat, Ibisevic dan Zigic. Ini dilakukan karena mereka harus menembus gelandang Liverpool yang tangguh.      

Taktik Twain berhasil.      

Kebobolan gol barusan membuat Liverpool berada dalam posisi yang sulit. Mereka jelas tidak bisa terus bertahan; mereka harus bergerak keluar dan menyerang. Itulah yang diinginkan Twain.      

Baik komentator maupun Benitez mengira Tony Twain akan membiarkan timnya bermain bertahan. Tapi mereka semua lupa bahwa Tony Twain juga seorang manajer yang menyukai konfrontasi.      

Kali ini, Nottingham Forest bermain melawan Liverpool dan mengerahkan semuanya di kandang mereka. Pertandingan itu cukup menarik dan intens. Kedua kubu mendapatkan banyak peluang dan kiper kedua tim adalah pemain yang paling sibuk dan paling cemerlang selama beberapa waktu.      

Ibisevic mengambil peluang dari penyelamatan Reyna yang gagal menjelang akhir babak pertama dan menembakkan bola yang memantul itu ke dalam gawang, membuatnya mencetak gol ke-11 di liga untuk musim ini dan gol ke-14 nya secara keseluruhan. Nottingham Forest memasuki jeda turun minum dengan keunggulan 2:0.      

Optimisme tim yang luar biasa di jeda turun minum memaksa Twain kembali menjadi polisi jahat, memperingatkan para pemainnya agar tidak memandang remeh lawan mereka.      

"Kalian pikir lawan kalian siapa? Itu bukan kucing atau anjing, itu Liverpool! Mereka punya kapten seperti kita yang tidak suka kalah – Gerrard! Meski kita unggul tiga gol, kita mungkin akan kalah di babak kedua kalau kita terlalu puas diri."     

Twain tidak salah. Sepuluh menit memasuki babak kedua, Liverpool mengandalkan tendangan bebas untuk mencetak gol dari sebuah tendangan jarak jauh yang dilakukan oleh kapten mereka, Steven Gerrard. Gol itu meningkatkan semangat para pemain Liverpool karena tendangan itu memang benar-benar indah. Kekuatannya dahsyat, dan sudutnya juga tepat. Akinfeev terpana dan terpaku di tempatnya. Kalau Liverpool dibiarkan bermain seperti ini, hanya masalah waktu sebelum skor mereka disamakan. Twain harus membuat penyesuaian dan menggantikan Sahin dengan Tiago untuk memperkuat lini tengah.      

Tiago memasuki lapangan dan menggunakan aksi agresifnya untuk menciptakan keseimbangan yang adil antara gelandang kedua tim. Hal ini juga mengikis dan menghancurkan semangat juang para pemain Liverpool. Momentum serang mereka akhirnya memudar setelah sepuluh menit Liverpool masih tidak bisa mencetak gol. Apakah Nottingham Forest akan menyia-nyiakan peluang semacam ini?     

Mereka meluncurkan serangan balik.      

Cohen dan Baines melakukan operan satu-dua di kiri dan Zigic sekali lagi menunjukkan kemahirannya dalam menangani bola atas dan menekan Agger dan Martin Skrtel, menyundul bola ke dalam gawang. Skor melebar menjadi 3:1.      

Dua menit kemudian, Ibisevic kembali bangkit, dan melakukan tembakan jarak jauh dari luar kotak penalti yang menembus gawang Reyna. 4:1!     

Pertandingan itu sudah kehilangan misterinya, tapi Gerrard masih mencari peluang untuk mencetak gol. Di menit ke-86, dia akhirnya mencetak gol kedua untuk timnya. Tapi skornya masih 2:4 dengan empat menit tersisa dan tidak lagi bisa diubah.      

Nottingham Forest bukan Manchester United dan mereka takkan membiarkan Liverpool bermain seperti biasa di akhir pertandingan liga. Di momen terakhir, tim Nottingham Forest bergerak mundur untuk bertahan dan memblokir serangan gencar Liverpool. Mereka berhasil mempertahankan skor 4:2 hingga akhir dan sukses mendapatkan tiga poin!     

Sekarang, Twain dan para pemainnya bisa menikmati Natal dengan tenang.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.