Mahakarya Sang Pemenang

Tahun 2008 yang Akan Segera Berlalu



Tahun 2008 yang Akan Segera Berlalu

0Tidak ada pertandingan antara tanggal 21 hingga 25 Desember. Pada hari Natal, semua orang bisa meninggalkan, untuk sementara, semua kesulitan mereka di tahun itu, bersantai sejenak dan menikmati suasana.      
0

Suasana meriah untuk Natal terlihat jelas di setiap sudut kota sejak awal Desember. Hari Natal ini mirip seperti Tahun Baru Cina di Tiongkok dan dianggap sebagai sebuah peristiwa yang penting di Barat.      

Tak ada peduli meski kau punya satu truk penuh kekhawatiran. Kau harus mengesampingkannya untuk sementara waktu dan merayakan hari ini dengan semua orang lain. Hal yang sama juga berlaku bagi Twain.      

Suasana pesta Natal yang diselenggarakan klub terasa hambar mengingat serangkaian hasil buruk yang dicapai tim. Pohon Natal diletakkan di tempat yang seharusnya dan para pemain menerima hadiah kecil dari klub. Tapi, suasana ini masih lebih dingin daripada sebelumnya. Tidak ada yang merasa ingin merayakan pesta Natal jika mengingat hasil yang diperoleh tim. Tidak ada yang tahu apa yang akan mereka hadapi di masa depan dan karenanya, mereka tidak bisa membuat diri mereka merasakan kegembiraan pesta.      

Shania menghubungi Twain untuk mengeceknya dan kembali mengingatkan Twain agar meluangkan waktu untuk duduk tenang dan rileks sehingga Twain takkan merusak kesehatannya. Keduanya cukup selaras dimana tidak satupun dari mereka menyinggung apa yang terjadi sebelumnya. Kelihatannya Shania sudah memutuskan bahwa Twain harus menjadi orang pertama yang menyinggung perkara itu. Dia tidak akan memaksa Twain untuk memberikan jawaban.      

Sementara bagi Twain, ada terlalu banyak hal di dalam benaknya saat ini, dan Shania adalah salah satunya. Dia masih belum menemukan cara untuk mengatasi dilema tim dan jelas masih belum punya cara untuk menangani masalah terkait hubungan pribadinya. Dia berbicara santai dengan Shania seperti yang selalu dia lakukan sambil menghindari topik yang akan membuatnya merasa canggung. Baru setelah dia pulang di tengah malam ke rumah yang gelap dan dingin, dia menyadari betapa tidak nyamannya tidak punya seseorang untuk diajak berbagi.      

Twain menghabiskan Natal bersama Dunn di rumah George Wood. Sepertinya wajah Sophia terlihat semakin pucat setiap kali Twain melihatnya.      

Kelihatannya musim dingin juga bukan musim yang mudah bagi Sophia.      

Satu-satunya hal yang berbeda tentang Sophia kali ini adalah bagaimana dia menunjukkan sedikit kekhawatiran di matanya saat dia melihat Twain.      

Twain lupa bercukur dan dia belum memotong rambutnya selama beberapa waktu, jadi rambutnya sudah cukup panjang dan terlihat akan tumbuh lebih panjang lagi. Matanya tampak merah dan sedikit berkabut.      

"Tn. Twain, tolong jaga kesehatanmu..." Sophia mengingatkannya saat mereka semua sedang makan.      

Twain tertawa. "Aku baik-baik saja! Jangan khawatir; hanya saja aku sangat sibuk sampai aku lupa menjaga kebersihan pribadiku. Tidak apa-apa; aku akan mencukur dan memotong rambutku dalam perjalanan pulang nanti..."     

Sophia memberitahunya dengan lembut, "Aku tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi di dalam tim, tapi George tampak sedih belakangan ini dan selalu menunjukkan wajah muram..."     

Kata-katanya itu mengingatkan Twain tentang bagaimana George tampak tidak bersemangat belakangan ini. Penampilannya di lapangan sejauh ini tetap solid, tapi tidak bisa dianggap luar biasa.      

Apakah itu karena keterpurukan yang dialami seluruh tim, atau adakah alasan lain yang tidak bisa diungkapkannya?     

"Erm... Itu bukan hal besar. Musim dingin pasti akan berlalu, kan? Shelley dulu pernah berkata, 'Kalau musim dingin tiba, mungkinkah musim semi tak jauh dibelakang?'... Itu dari Shelley, kan?" Twain menolehkan kepalanya untuk bertanya pada Dunn.      

Dunn menganggukkan kepalanya.      

"Sekarang adalah hari Natal. Mari kita rayakan hari ini dan tidak mengungkit hal lain!"     

Dia tidak ingin mendengar lagi tentang hal-hal yang telah menyusahkannya selama setengah tahun, khususnya di perayaan yang menyenangkan seperti Natal.      

Biarkan dia melupakan semuanya! Dia ingin berhenti mengerutkan kening untuk malam ini...      

※※※     

Setelah meninggalkan rumah Sophia, Twain menemukan jip putihnya diantara barisan mobil di tepi jalan dan masuk ke kendaraan itu bersama Dunn. Setelah berada di dalam, dia menyalakan mesinnya tapi tidak bergegas pulang ke rumah. Dia hanya duduk di kursi pengemudi dan melamun.      

Dunn menolehkan kepalanya dan memandang Twain yang sedang melamun lalu bertanya, "Apa yang ada di benakmu?"     

"Banyak... Banyak hal."     

"Tim, atau Shania?"     

Twain perlahan tersenyum, "Keduanya."     

"Aku tahu kalau aku mungkin tidak seharusnya mengatakan ini... Tapi, berapa lama kau berniat untuk tetap seperti ini dengan Shania? Dia sudah menyatakan perasaannya padamu. Bukankah kau seharusnya memberinya semacam jawaban, sebagai seorang pria?"     

Twain meletakkan kedua tangannya ke wajahnya dan memijat-mijatnya.     

"Aku tahu itu... Tapi aku tidak tahu bagaimana aku harus menghadapinya..."     

"Apa kau mencintainya?" tanya Dunn tanpa berbelit-belit.     

"Aku tidak tahu..."     

"Kenapa kau tidak menggelengkan kepalamu dan mengatakan kau tidak mencintainya?"     

"Aku tidak tahu..."     

"Apa kau masih mencemaskan selisih usia diantara kalian berdua?"     

Twain tetap diam.      

"Kalau kau lebih muda 22 tahun dan sebaya dengannya, apa kau akan menyukai gadis itu?"     

Duar.      

Twain dan Dunn sama-sama mengangkat kepala mereka untuk memandang ke kejauhan di waktu yang bersamaan. Mereka melihat sekumpulan kembang api merah yang seolah mekar di langit malam melalui kaca depan mobil.      

"Kurasa... mungkin aku menyukainya."     

Dunn tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia memandang keluar jendela dan tampak terpesona saat mengagumi kembang api menakjubkan yang meledak satu persatu di langit malam. Twain menggerakkan setir mobil dan mengeluarkan mobil dari tempat parkir.      

"Apa kau mau melihat kembang api?" tanya Twain.      

Dunn menggelengkan kepalanya. "Terlalu banyak keramaian. Kita pulang saja."     

Twain mengangguk setuju. Dia juga tidak tertarik dengan pertunjukan kembang api untuk mengenang semua masa-masa indah yang telah berlalu.      

2008 akan segera berakhir. Haruskah aku mengenangnya atau tidak?     

※※※     

Pertandingan pertama Nottingham Forest setelah Natal adalah sebuah pertandingan kandang melawan tim papan atas dari utara, Newcastle. Bagi para fans non-sepakbola, liburan Natal baru saja dimulai dan mereka bisa memilih untuk pergi keliling dunia selama mereka punya uang untuk itu. Bagi para fans sepakbola, bisa mengagumi standar sepakbola Liga Utama Inggris yang tinggi adalah bentuk liburan terbaik bagi mereka.      

Para fans Nottingham Forest masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana tim mereka kalah dari Newcastle di St. James Park sebulan yang lalu. Sekarang setelah mereka berada di stadion kandang, mereka harus memastikan Newcastle merasakan hal yang sama!     

Bagi Twain, membalas dendam hanyalah pelengkap. Hal yang paling penting adalah memenangkan pertandingan. Mereka harus menang apapun yang terjadi. Timnya sudah kalah tiga kali berturut-turut di Liga Utama. Satu-satunya kemenangan mereka sejak awal Desember adalah melawan Dynamo Kyiv dalam babak penyisihan grup Liga Champions. Rentetan kekalahan beruntun ini tidak boleh terus berlanjut!     

Mereka harus mengalahkan Newcastle dan mengakhiri hari-hari yang sangat menyesakkan ini! Mereka harus menyambut tahun baru dan membuka jalan menuju kebangkitan Nottingham Forest dengan sebuah kemenangan!     

※※※     

"Kalau Liga Utama Inggris mengadakan polling tentang tim sepakbola terburuk atau yang paling mengecewakan di setiap bulannya, maka aku akan memberikan suaraku untuk Nottingham Forest di bulan Desember!" Para pengamat mulai melakukan beragam analisa untuk pertandingan ini di televisi.      

"Tiga kekalahan beruntun dan kekalahan mengejutkan saat melawan Blackburn di kandang. Sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa ini adalah tim yang dua kali menjadi juara Liga Champions! Sepertinya tim ini benar-benar kacau setelah mereka kehilangan van Nistelrooy... Jangan-jangan mereka memenangkan semua pertandingan di masa lalu karena van Nistelrooy?"     

"Kita jelas tidak bisa menilai tim berdasarkan satu kekalahan saja, tapi dalam kasus Nottingham Forest, ini tidak hanya satu kekalahan. Mereka sudah tampil buruk sejak lama. Ketika mereka menang, mereka melakukannya dengan tidak meyakinkan, dan ketika mereka kalah, mereka membuat orang-orang bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi. Apa ini Nottingham Forest yang kita kenal? Nottingham Forest yang kita kenal dibawah arahan Tony Twain adalah tim yang selalu menang dan dikenal sebagai tim dengan penampilan yang konsisten. Bahkan saat mereka kalah, mereka tidak membuat orang-orang bertanya-tanya kenapa."     

"Serangan Nottingham Forest terlihat kehilangan arah setelah van Nistelrooy tidak berada di dalam tim dan van der Vaart serta banyak pemain lainnya cedera. Serangan mereka kurang memiliki arah yang jelas.... Lihat saja para pemainnya, yang mereka lakukan hanyalah berlarian membabi buta tanpa tahu apa yang harus mereka lakukan. Saat bola mencapai kaki seorang pemain, dia berdiri sendiri dan hanya bisa bermain dengan mengandalkan tekniknya. Bahkan operan tim... para pemain mengoper bola hanya karena ada rekan setim di dekat mereka. Mereka kurang memiliki strategi yang jelas. Kenapa mereka mengoper bola, dan bagaimana mereka harus mengoper bolanya? Mereka sama sekali tidak punya pikiran seperti itu di benak mereka. Nottingham Forest mungkin bermain di kandang melawan Newcastle, tapi melihat cara mereka bermain, aku tidak yakin mereka bisa menang. Peluang yang ditetapkan oleh beragam perusahaan judi taruhan menyatakan bahwa mereka melihat Nottingham Forest sebagai tim yang tidak diunggulkan dalam pertandingan ini, dan kurasa pandangan mereka itu bukan tanpa alasan..."     

※※※     

Twain sedang tidak ingin mengatakan hal-hal seperti 'kita harus memenangkan pertandingan ini' di hadapan para pemainnya. Dia yakin para pemainnya pasti sudah muak mendengar kata-kata itu. Oleh karena itu, daripada memaksa tenggorokannya mengatakan sejumlah kata-kata kosong tanpa makna, dia memutuskan untuk mengatakan sesuatu yang praktis kepada mereka kali ini.      

"Bek belakang harus bergerak untuk menyerang bergantian. Cobalah untuk lebih sering mengoper bola atas dan mengirimkan bola ke atas kepala Zigic. Kita harus memanfaatkan tinggi badan dan fisik Zigic. Gunakan cara paling sederhana untuk mengalahkan mereka! Paksa mereka mengikuti tempo kita dalam permainan melalui serangan kita. Kita harus mencetak gol dalam 30 menit pertama! Satu gol saja tidak akan cukup; kita harus mencetak dua gol sebelum beralih untuk bertahan! Kita harus memastikan kita unggul dari mereka dan mendominasi permainan sebelum kita menggunakan gaya bermain yang familiar bagi kita, lalu kita bisa mengulur permainan ini dengan Newcastle..."     

Suaranya terdengar sangat serius. Dia tidak seperti dirinya sendiri, dimana biasanya dia akan bercanda dengan para pemain.      

Para pemain mendengarkannya dengan ekspresi serius di wajah mereka. Mereka sepenuhnya sadar tentang situasi tim saat ini. Mereka tidak boleh kalah... tidak lagi.      

Twain tahu bahwa ini adalah waktu dimana dia seharusnya bermain dengan lebih berhati-hati, tapi dia masih memutuskan untuk melakukan serangan habis-habisan terhadap Newcastle. Pengaturan ini lebih cocok baginya sebagai seorang penjudi – seorang penjudi yang sering kalah – karena taruhannya cukup tinggi.      

"Ingat ini! Minimalkan kesalahan yang kalian buat sebanyak yang kalian bisa. Kalau mereka mencetak gol lebih dulu di babak pertama, jangan tunggu sampai kalian kembali ke wilayah kita untuk bertahan. Rebut bolanya dimanapun dia berada! Kita adalah tim tuan rumah. Kita harus bertindak seperti tuan rumah. Kalau kita bisa membuat mereka takut pada kita, maka itu akan lebih baik!"     

※※※     

Nottingham Forest memulai pertandingan dengan energi meledak-ledak dan menunjukkan sikap yang diharapkan dari seorang juara bertahan. Dengan punggung menghadap dinding, seluruh tim menampilkan permainan yang bisa menteror Newcastle selama beberapa waktu. Newcastle dibuat kacau balau dan tidak tahu bagaimana harus bereaksi melawan mereka. Nottingham Forest mungkin tampil kurang baik belakangan ini, tapi tak perlu diragukan lagi kalau mereka masih sebuah tim yang kuat.      

Baru tujuh menit memasuki pertandingan, Ribery memanfaatkan kesalahan bek Newcastle untuk memasukkan bola ke sudut bawah gawang. Stadion City Ground meledak dengan sorakan menggemuruh. Tony Twain melompat tinggi di udara dan merayakan gol itu dengan melambaikan tangannya di udara.      

Cara yang bagus untuk memulai pertandingan! Bagus sekali, Franck!     

"Ribery mungkin sempat merasa terganggu dengan adanya spekulasi transfer tentang dirinya belakangan ini, tapi dia terus menunjukkan performa yang luar biasa untuk tim Forest. Golnya sangatlah krusial bagi tim! Lihat betapa senangnya Tony Twain di pinggir lapangan. Seolah-olah dialah yang mencetak gol barusan..."     

Sayangnya, masa-masa indah itu tidak berlangsung lama. Newcastle meluncurkan serangan ganas di akhir babak pertama, dan Owen berhasil menemukan celah ditengah kekacauan di depan area gawang Forest. Dia mencetak gol yang menyamakan kedudukan!     

Stadion City Ground hening sejenak. Twain tidak tahu ekspresi seperti apa yang harus ditampilkannya saat dia berdiri di pinggir lapangan. Komentator melontarkan lelucon setelah melihat perubahan emosi Twain yang drastis. "Kurasa kita harus memberikan monitor detak jantung pada Tony Twain. Detak jantungnya saat ini pastilah sangat cepat!"     

Selama jeda turun minum, Twain meledak marah dan menegur para bek karena berusaha membawa bola ke depan berulang kali dan karena terlalu takut-takut saat menangani bola.      

"Kenapa kalian semua berusaha membawa bola di dalam kotak penalti kita? Untuk apa? Apa kalian pikir kita akan bisa membawanya langsung ke kotak penalti lawan? Kalian harus segera membuangnya keluar! Buang keluar! Bukankah aku sudah sering memberitahu kalian? Apa hal pertama yang harus dilakukan bek? Bukan untuk memamerkan teknikmu yang luar biasa. Itu adalah untuk menghilangkan bahaya, dengan cepat! Kalau bola tetap berada di kakimu selama satu detik, kita akan berada dalam bahaya satu detik lebih lama! Caramu menangani bola hanya akan memberikan kepercayaan diri pada bajingan Newcastle itu! Ini seperti mengatakan pada mereka 'bolanya ada di kakiku, datang dan rebutlah! Selama kau bisa merebutnya, kau bisa mencetak gol dengan cepat!'.      

"Kalau kalian tidak bisa menemukan seseorang untuk menerima operan kalian, maka keluarkan bola! Jangan khawatirkan tentang hal lainnya!"     

"Selain itu, kalau kalian kehabisan stamina di babak kedua, maka bek belakang harus berhenti bergerak maju untuk menyerang... Aku akan mengulangi hal yang sama. Saat babak kedua dimulai, berjuanglah untuk mengambil kendali! Tim yang memiliki kendali akan memutuskan bagaimana jalannya pertandingan! Aku tidak ingin permainan ini diulur hingga menit ke 90. Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi!"     

※※※      

Nottingham Forest tampak hidup di awal babak kedua, dan mereka juga cukup aktif dalam menyerang. Di sisi lain, Newcastle memperkuat pertahanan mereka dan tidak memberikan peluang bagi Forest untuk mencetak gol. Saat pertandingan mencapai kebuntuan, pentingnya bola mati tampak semakin nyata.      

Di menit ke-17 memasuki babak kedua, Nottingham Forest mendapatkan sebuah tendangan sudut. Bale menyilangkan bola ke kotak penalti. Setiap pemain Newcastle terfokus untuk bertahan melawan Zigic dan mereka sama sekali tidak memperhitungkan Ayala yang pendek.      

Bek tengah pendek asal Argentina itu melompat tinggi ke udara dan dengan akurat menebak titik jatuhnya bola tanpa ada pemain lawan yang menjaganya. Dia melakukan sundulan yang indah ke arah gawang!     

"Mereka kembali memimpin! Sundulan Ayala yang mendebarkan! Zigic menjadi kedok yang sempurna untuknya! Nottingham Forest unggul atas Newcastle dengan dua gol!"     

Twain memeluk Dunn, yang berada disampingnya, dengan erat. Pelukannya begitu kuat sampai-sampai seseorang nyaris bisa mendengar tulang-tulang Dunn berderak memprotes. Tapi, Twain sama sekali tidak sadar seberapa keras dia memeluk Dunn dan terus memeluknya dengan kuat. Kerslake menyelamatkan Dunn yang malang dengan berbalik untuk memeluk Twain. Saat itu, Twain melepaskan Dunn, yang megap-megap kehabisan udara.      

※※※     

"F*ck! F*ck! F*ck semua bajingan utara itu! Nottingham Forest akan menang!" Para fans di tribun tampak histeris.      

Kekalahan beruntun Forest telah membuat banyak fans mereka merasa kesal. Semua orang ingin menang atas lawan yang telah mengalahkan mereka sebelum ini setelah sekarang mereka bermain di kandang.     

Wajah manajer Newcastle yang baru diangkat, Alan Shearer, legenda klub itu, masih tampak dingin seperti biasa. Sama seperti wajahnya yang memiliki struktur tulang yang kuat dan bersudut tajam, Newcastle United dibawah arahannya juga menjadi sebuah tim yang kuat. Mereka tidak akan mudah menyerah. Shearer tidak akan menyerah, dan timnya juga sama.      

Shearer telah memimpin timnya untuk menang 2-1 dengan membuat Twain lengah di kandang Newcastle. Sekarang ini, dia berniat kembali mengalahkan mereka, tim yang diarahkan oleh mantan koleganya di BBC, pria yang mengomentari Piala Dunia bersama dirinya di televisi.     

Masalah stamina Forest mulai terlihat menjelang akhir babak kedua. Ayala mengalami kram otot dan digantikan oleh Woodgate. Ribery juga sudah kelelahan dan tidak bisa terus bermain sehingga harus digantikan oleh Leighton Baines.      

Bale bergerak agak ke tengah setelah Ribery diganti, dan tugas utamanya adalah bertahan.      

Unggul dengan selisih satu gol adalah skenario yang paling beresiko bagi tim, tapi Twain tidak berada dalam posisi untuk memikirkan tentang hal-hal seperti itu. Dia harus berterima kasih pada Tuhan karena bisa unggul dengan satu gol.      

Dia melambaikan tangannya dan meminta pemainnya bergerak mundur untuk bertahan. Hanya Zigic yang ditinggalkan di depan. Dia hanya perlu bertarung untuk mendapatkan bola atas dan mengalihkan fokus bek Newcastle untuk menjaga mereka tetap terkendali.      

Setelah itu, satu-satunya hal yang tersisa bagi Twain adalah melihat arlojinya dan menghitung waktu yang tersisa.      

Newcastle mulai menyerang setelah melihat Nottingham Forest kehabisan energi untuk menyerang mereka. Mereka ingin menyamakan kedudukan sebelum pertandingan berakhir.      

Jantung Twain berdegup liar setiap kali dia melihat Newcastle berhasil mendekati tiang gawang van der Sar. Dia takut skenario terburuk akan terjadi di detik berikutnya.      

Twain berdiri di pinggir lapangan dengan punggung tegak. Pinggangnya mulai terasa sakit karena mempertahankan postur tubuh itu dalam waktu lama, tapi dia nyaris tak menyadarinya.      

Semua perhatiannya terarah pada pertandingan dan tiang gawang.      

Tak peduli apapun yang terjadi, kita tidak boleh membiarkan Newcastle menyamakan kedudukan!     

Itulah satu-satunya pikiran yang ada di benak Twain.      

※※※     

Di menit ke-88, Martins membobol kotak penalti Nottingham Forest.      

Tidak satupun pemain Forest berani mentekel bola dari kakinya karena takut memberikan tendangan penalti bagi lawan, khususnya menjelang akhir pertandingan.      

Lagipula, tidak ada jaminan bahwa Martins akan berhasil mencetak gol meski dia mencobanya, ...      

Martin memilih untuk tidak menembak ke gawang mengingat sudut tembak yang sempit. Dia berpura-pura menembak tapi sebenarnya mengoperkan bolanya!      

Alan Smith menerima bola dengan kakinya saat dia dijatuhkan Kompany. Twain merasa tegang dan gelisah. Dia mencondongkan tubuh ke depan, matanya terbelalak lebar, dan tangannya mengepal erat. Dia melihat bola itu melewati lengan van der Sar dan masuk ke dalam gawang...      

"Alan Smith! Alan Smith! Tak bisa dipercaya! Benar-benar tak bisa dipercaya! Newcastle berhasil menyamakan kedudukan di menit-menit terakhir pertandingan! Serangan gencar mereka akhirnya membuahkan hasil! Ah! Lihatlah bangku cadangan Newcastle. Semua orang jadi liar! Ini benar-benar nyaris bagi mereka!"     

Komentator berteriak dengan histeris. Para pemain dan fans Newcastle juga sama histerisnya; mereka bersorak dengan girang. Tapi, tidak satupun dari semua itu tampak penting di mata Twain.      

Gelombang kelelahan menerpanya. Dia merasa lelah, mengantuk dan kedinginan.      

"... Gol itu menjadi pukulan telak bagi Nottingham Forest! Para pemain mereka berdiri di lapangan dengan tertegun. Empat kekalahan beruntun tanpa kemenangan! Empat pertandingan berturut-turut tanpa kemenangan. Bulan Desember ini pasti terasa sedingin Kutub Utara bagi Nottingham Forest! Mereka baru saja kehilangan 3 poin lagi... mari kita lihat ekspresi Tony Twain. Aku ragu dia bisa mengatakan apa pun itu tentang apa yang baru saja terjadi!"     

Tidak ada yang bisa melihat ekspresi di wajah Tony Twain karena dia sudah jatuh tertidur.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.