Mahakarya Sang Pemenang

Hasil yang Ditakdirkan



Hasil yang Ditakdirkan

0Pada tanggal 21 November, hari pertandingan, para fans Inggris sudah duduk tenang di rumah atau di pub untuk menonton pertandingan.      
0

Menurut berita yang dirilis sebelum pertandingan, McClaren memasukkan David Beckham dalam starting lineup. Kelihatannya dia akhirnya mau mempercayai pengalaman pemain veteran itu untuk pertandingan penting ini.      

Twain sudah duduk di depan televisi untuk menonton pertandingan, tapi dia tidak bersorak untuk Inggris ataupun McClaren. Dia hanya ingin melihat penampilan dan kondisi Beckham.      

Di tim Kroasia, striker mereka, Eduardo da Silva, yang saat ini bermain untuk Arsenal, adalah pemain yang paling dinantikan. Media Inggris yang terpesona selalu memuji kemampuannya dan mengulas setengah musim penampilannya bersama Arsenal sebelum pertandingan ini, dan menyebutnya 'tak bercacat'. Sebenarnya, itu bukan tak bercacat, melainkan sukses. Dia berhasil mencetak lima gol dalam kurun waktu kurang dari setengah musim, dan mengingat ini adalah musim pertamanya, itu cukup bagus. Dia akan menjadi pemain yang paling mengancam bagi Inggris di pertandingan ini.      

Ada perubahan lain di daftar tim. Robinson, yang sebelumnya mengisi posisi sebagai kiper utama Inggris, tidak diturunkan di pertandingan ini, sementara Carson, yang tampil bagus dalam pertandingan persahabatan melawan Austria, diturunkan sebagai kiper sejak awal. Kelihatannya McClaren tidak mempercayai Robinson, karena sebenarnya sangatlah beresiko mengganti kiper utama di pertandingan sepenting ini.      

Saat Owen dan Rooney sedang cedera, striker yang diturunkan sejak awal adalah Crouch, tepat sama seperti analisa Wenger – Wenger menduga McClaren akan memainkan formasi 4-5-1 karena Inggris kekurangan striker.      

Lima pemain di lini tengah adalah Lampard, Gerrard, Beckham, Joe Cole dan Barry. Di lini pertahanan belakang, karena skorsing Rio Ferdinand dan cedera yang dialami Terry, kombinasi yang digunakan adalah Richards dari Manchester City sebagai bek kanan, Campbell dan Lescott sebagai bek tengah, dan Wayne Bridge sebagai bek kiri.      

Sebelum pertandingan, media Inggris memuji-muji Kroasia dengan harapan Kroasia takkan bertanding dengan sengit melawan Inggris karena Kroasia sudah dipastikan lolos dan tidak perlu lagi berusaha keras untuk menang.      

Manajer Kroasia tidak memberikan komentar apapun saat reporter mengajukan pertanyaan terkait hal ini. Tidak ada yang tahu apakah dia akan membuat timnya berjuang mati-matian atau apakah dia hanya berpura-pura dan akan melepaskan pertandingan ini sementara Inggris sudah bersiap menghadapi yang terburuk.      

Sepakbola Eropa tidak lebih bersih daripada sepakbola Cina. Pengaturan game, taruhan sepakbola, manipulasi pertandingan, melepaskan pertandingan, dan wasit yang korup merupakan beberapa sisi gelap sepakbola di Eropa. Hanya saja orang-orang Eropa bisa melakukannya dengan tak kentara jika dibandingkan dengan orang Cina. Orang biasa takkan bisa melihatnya kecuali kalau mereka mengamati dengan cermat. Meski mereka bisa melihatnya, tidak ada bukti yang bisa digunakan.      

Sebagai contoh, orang-orang Inggris ingin agar Kroasia melepaskan pertandingan ini. Meski itu akan merugikan kepentingan Rusia dan bertentangan dengan fair play, pilihan mana yang akan diambil oleh orang-orang Inggris, merugikan kepentingan Rusia atau kepentingan Inggris? Tidak akan ada orang bodoh yang memilih untuk merugikan kepentingan bangsa sendiri. Karena tidak semua orang adalah orang suci yang bisa menempatkan diri diatas masyarakat umum dan tidak memiliki perasaan ataupun emosi. Pada saat kepentingan bangsa dipertaruhkan, fanatisme akan menang.      

Tapi, orang-orang Inggris itu cerdas. Mereka tidak menyatakan ini secara langsung dan hanya memberikan alasan yang bermartabat bagi Kroasia untuk melakukannya –"Karena mereka sudah pasti lolos, mereka tidak perlu berjuang keras di pertandingan yang tidak penting bagi mereka, untuk berjaga-jaga agar pemain utama mereka tidak cedera atau terkena kartu merah dan diskors. Pertandingan ini tidak layak untuk itu."     

Alasan itu memang cukup jelas, masuk akal, dan bisa dibenarkan. Kalau Kroasia menurunkan tim cadangan dan tidak menurunkan tim utama sehingga membiarkan tim Inggris menang, orang-orang Rusia mungkin akan mempermasalahkannya. Tapi tanpa bukti yang jelas, masalah itu takkan bisa diselesaikan dengan memuaskan.      

Tapi, masalahnya adalah... maukah orang-orang Kroasi itu mengikuti naskah yang ditulis oleh orang-orang Inggris?     

※※※     

Dalam delapan menit setelah pertandingan dimulai, sebuah batu besar mendarat di pundak orang-orang Inggris.      

Srna, bek belakang yang membuat Twain merasa ragu saat hendak mengontraknya di musim panas tahun ini, mengoper bola dari sayap setelah dia berhasil menerobos lawan. Kranjcar melanjutkannya dengan sebuah tembakan kuat dari sayap kiri sejauh dua puluh lima yards. Kiper utama, Carson, melakukan blunder saat dia berhadapan dengan tembakan itu – dia meninju bola dan luput!     

Bola itu perlahan bergulir dari bawah tubuhnya menuju ke arah gawang sementara Carson masih terbaring di tanah, dengan sedikit linglung.      

"Oh, ya Tuhan..." komentator, John Motson, mengerang panjang. "Entah dia terlalu gugup, atau itu adalah... kesalahan yang bodoh!"     

Orang-orang Kroasia itu merayakan gol, tapi Stadion Wembley sangat hening. Tidak ada yang menduga kalau mereka akan kebobolan setelah pertandingan baru berjalan delapan menit.      

Tadinya, sebelum pertandingan dimulai, semua orang merasa optimis bahwa Inggris akan bisa menggunakan keunggulan mereka bermain di kandang untuk mengalahkan Kroasia, jadi mayoritas fans cukup yakin dengan ini.      

Twain duduk tegak di sofa. Karena penampilan Kroasia yang penuh semangat, dia menantikan pertandingan itu. Kelihatannya orang-orang Kroasia itu tidak berniat mengikuti naskah yang dituliskan untuk mereka.      

Mimpi buruk ini belum berakhir. Enam menit dari gol pertama, di menit ke-14, Eduardo da Silva menerobos masuk melalui tepi area penalti. Dia memancing dua bek tengah Inggris, Campbell dan Lescott, untuk mengikutinya. Dia langsung mengoper bola ke Olic.      

Campbell mengangkat tangannya untuk memberikan isyarat bahwa posisi pemain lawan itu offside dan tidak meneruskan pengejarannya, tapi asisten wasit tidak setuju dengannya dan Campbell baru sadar kalau Bridge masih berada di belakang.      

Olic berhasil masuk ke dalam area penalti. Dengan mudah dia melewati Carson, yang berusaha menyerangnya, dan kemudian menembak ke arah gawang yang kosong.      

Dalam enam menit yang singkat, Kroasia telah berhasil memasukkan dua gol berturut-turut.      

2:0!!     

Kroasia tidak berniat untuk melepaskan pertandingan ini. Penampilan mereka terasa seperti seember air dingin yang memadamkan api harapan fans Inggris.      

Stadion Wembley sangat sunyi dan sang komentator, Motson, juga terdiam. Kamera diarahkan kepada McClaren, yang berdiri di pinggir lapangan untuk mengarahkan pertandingan. Pria malang itu menatap ke arah lapangan dengan sedikit tak terfokus, kelihatannya sedang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Dia memegang sebotol air di tangannya. Dari sejak Kroasia mencetak gol pertama, dia minum air tanpa henti. Setiap kali kamera menyorot ke arahnya, dia sedang minum air. Keringat muncul di kulitnya yang kemerahan, bukan karena dia sedang sangat bersemangat, melainkan karena dia disiksa oleh saraf-sarafnya yang tegang.      

Setelah beberapa saat, suara Motson kembali terdengar. "Belum dua puluh menit sejak pertandingan dimulai dan kita sudah kebobolan dua gol.... Apa Campbell sudah tua? Apa Lescott terlalu muda? Itu bukan alasan. Dimana pertahanan lini tengah kita? Siapa yang menjadi penghalang penting di depan lini pertahanan belakang? Gareth Barry bekerja sangat keras sebagai seorang gelandang serba bisa – Gerrard dan Lampard juga gelandang serba bisa – tapi apa yang kita butuhkan adalah seorang gelandang bertahan yang berdedikasi tinggi! Barry tidak bisa menghentikan serangan gencar Kroasia sendirian. Mereka memiliki terlalu banyak titik serang!"     

Motson samar-samar mengingatkan para pemirsa televisi bahwa ada seorang pemain yang bisa sangat membantu dalam situasi ini dan saat ini dia sedang duduk di depan televisi di rumahnya.      

Twain tidak melihatnya seperti itu. Sambil menonton pertandingan, dia menjelaskan semuanya pada Shania, berpura-pura bertindak sebagai komentator tamu dan memamerkan kemampuan yang dipelajarinya sebagai komentator tamu untuk BBC selama Piala Dunia yang lalu.      

"Motson salah, dan apa yang dia katakan hanya bisa digunakan sebelum kita kebobolan gol. Sekarang Inggris sudah tertinggal dua gol, tidaklah masuk akal untuk membicarakan tentang tembok di lini tengah. McClaren berada dalam kesulitan sekarang. Apa dia harus menekan lawan dan membombardir mereka, atau apakah dia harus memperkuat pertahanan untuk menghentikan kebobolan gol lebih banyak? Itu pilihan yang sulit dibuat, Shania. Dan pasti akan ada sesuatu yang salah dalam situasi semacam ini kalau dia tidak memilih dengan baik. Jadi dia harus mengambil keputusan sesegera mungkin."     

Twain nyengir. Dia sangat menyadari bagaimana perasaan McClaren karena dia juga pernah mengalaminya. Apa yang harus dilakukannya saat dia benar-benar harus mencetak satu gol, dan justru lawan yang mencetak gol itu? Haruskah dia menstabilkan pertahanan untuk menghentikan kebobolan gol, atau melangkah maju dan bertarung habis-habisan dengan tim lawan?     

McClaren kelihatannya masih belum memilih jawabannya. Inggris sedang benar-benar kacau. Para pemain kelihatannya ingin mencetak gol sendiri-sendiri. Tidak ada kerja sama. Meski mereka bekerjasama, itu dilakukan dengan terburu-buru dan mereka selalu berakhir dengan kehilangan bola.      

Para fans Inggris yang setia di tribun masih bernyanyi tapi sama sekali tidak bisa menutupi suara cemoohan pada McClaren.      

Motson menggelengkan kepalanya. "Bisakah kita mengharapkan keajaiban dengan standar serangan semacam ini?"     

Posisi dan fungsi Gerrard dan Lampar di lapangan saling tumpang tindih dan mereka bermain untuk diri mereka sendiri. Gerak Beckham terbatasi di sayap kanan dan kurang mendapatkan dukungan. Selain bola-bola atas yang dikirimkan olehnya, dia tidak bisa memainkan peranan lain setelah dijaga oleh lawan. Bagaimana dengan Joe Cole di sayap kiri? Kemampuannya memang cemerlang, tapi kurangnya kecepatan membuat terobosan yang dilakukannya terlihat keren tapi tidak sukses. Dia kehilangan bola segera setelah dia dikelilingi oleh orang-orang Kroasia. Dimana Barry? Dia ditempatkan di belakang duo Lampard-Gerrard untuk menyeimbangkan pertahanan dan serangan.      

Salah satu penampilan terbaiknya di tim nasional adalah dalam pertandingan melawan Israel. Lampard dan Hargreaves sudah absen karena cedera, Carrick dicampakkan oleh McClaren, dan Gerrard menggertakkan giginya dan dibiarkan bermain sebagai penghalang. Dalam situasi itu, Barry bermain seperti yang dia lakukan di Aston Villa. Tata letak gelandang tim saat itu memang cocok baginya.      

Dengan salah satu dari duo Lampard-Gerrard itu hilang karena cedera yang dialami Lampard, Barry bisa menjadi inti setelah dia bergerak ke tengah, sementara operan-operannya menciptakan lima serangan bagi Inggris dan menghasilkan gol. Dalam pertandingan itu, dia digunakan sebagai inti formasi lini tengah, yang bermain sesuai karakteristiknya sebagai pemain serba bisa.      

Tapi saat ini, Gerrard dan Lampard tidak cedera dan McClaren membiarkan mereka menjadi pemain inti. Barry hanya bisa berfungsi sebagai pelapis. Posisi ini sangat canggung bagi Barry. Dia bingung dengan apa yang harus dia lakukan dan tidak bisa menentukan posisinya. Dia tidak tahu bagaimana dia bisa tampil baik di posisinya ini.      

Seluruh lineup timnas ini tampak aneh, dipenuhi pemain bintang yang kuat, tapi tidak bisa memainkan bagian mereka saat digabungkan jadi satu. Satu ditambah satu ditambah satu ditambah satu ditambah satu tidak sama dengan lima, melainkan kurang dari lima.      

Babak pertama diisi dengan serangan balik Kroasia dan kesalahan sendiri yang dilakukan Inggris.      

"Kalau aku adalah McClaren, aku akan menginstruksikan para pemain untuk menyerang dan tidak memikirkan tentang pertahanan, serta berusaha untuk mencetak gol di sepuluh menit pertama, jadi masih ada harapan untuk menang di babak kedua," Twain memberitahu Shania. "Kalau tidak begitu... mereka hanya akan menunggu untuk tereliminasi."     

Shania cemberut. "Kenapa kau tidak melatih timnas Inggris?"     

Twain tersenyum. "Aku tidak mau. Aku memang menulis kolom surat kabar untuk mengomeli manajer tim nasional dan mengkritik taktiknya. Tapi itu bukan berarti aku ingin berada di posisinya dan dikecam oleh orang lain. Posisi itu tidak dimaksudkan untuk diisi oleh manusia."     

※※※     

Setelah babak kedua dimulai, seperti yang dikatakan oleh Twain, Inggris mulai meningkatkan serangan mereka. Itu adalah gelombang serangan mendadak dan dengan ganas mereka memberikan tekanan kepada tim Kroasia. Mereka terlihat seolah tidak mempedulikan pertahanan sama sekali. McClaren telah mengganti Barry dengan striker Defoe, untuk memperkuat lini depan dan meningkatkan dukungan untuk Crouch.      

Kroasia sudah menduga kalau Inggris akan menyerang balik di babak kedua. Mereka segera menerapkan pertahanan untuk menghadapi situasi tersebut.      

Pertahanan mereka terhadap Inggris cukup sederhana. Mereka mundur ke lini tengah untuk membiarkan Inggris melewati sisi samping. Setelah mereka mundur, mereka hanya bisa maju lagi setelah tak terkepung. Tidak mudah bersaing untuk mendapatkan bola atas di area penalti yang ramai. Bahkan seorang pemain seperti Crouch, yang tingginya lebih dari dua meter, hanya memiliki sedikit kesempatan saat dia dijepit oleh dua orang pemain bertahan Kroasia.      

Perubahan arah permainan seringkali terjadi bukan dari penyesuaian yang dilakukan oleh si pemain atau pengaturan taktis yang cerdas, melainkan terjadi karena kebetulan.      

Joe Cole melewati area penalti dan Defoe terjatuh di area penalti, yang menurut wasit merupakan pelanggaran yang dilakukan pemain Kroasia, Simunic, dan karenanya dia memberikan tendangan penalti untuk Inggris. Meski diprotes para pemain Kroasia, wasit sama sekali tidak berniat mengubah keputusannya itu. Peristiwa ini menghidupkan suasana di stadion, dan para fans di Wembley bernyanyi dengan suara keras untuk menyemangati para pemain mereka.      

Saat tayangan televisi kembali menyorot McClaren yang malang, botol air di tangannya akhirnya sudah hilang. Twain dengan usil memikirkan tentang kemungkinan apakah McClaren akan menghabiskan lebih banyak waktu di kamar kecil atau di ruang ganti untuk menjelaskan taktik kepada para pemain selama jeda turun minum.      

Lampard bergerak maju untuk mengeksekusi tendangan penalti ini. Tembakannya yang rendah berhasil menipu kiper dan bola melesat masuk ke sudut bawah gawang. Inggris berhasil mencetak satu gol! Saat itu adalah menit ke lima puluh enam, hanya satu menit setelah batas sepuluh menit yang dikatakan oleh Twain.      

Gol ini benar-benar mendorong semangat tim Inggris dan tim Kroasia tampak mulai gelisah. Segalanya berjalan ke arah yang diharapkan oleh orang-orang Inggris – orang-orang Kroasia mencetak dua gol untuk menutup mulut orang-orang Rusia dan orang-orang Inggris akan terus menyerang balik dan mengambil keuntungan dari situasi untuk membalikkan keadaan, membuat Inggris dan Kroasia bermain imbang dengan skor 2:2. Semua orang akan berjabat tangan dan sama-sama lolos ke babak berikutnya.      

Tapi, Bridge, yang membuat kesalahan offside di babak pertama, membentur mistar saat berusaha membuang bola dan hampir saja menyebabkan gol bunuh diri, membuat jantung semua orang Inggris melompat naik ke tenggorokan mereka. Lalu Srna mengirimkan umpan langsung dan Bridge membuat kesalahan lain saat berusaha membuang bola dan membantu lawan menghentikan bola. Untungnya, Olic sudah siap mental untuk menerima pantulan bola. Tembakannya yang dilakukan dengan tergesa-gesa di tepi area penalti berhasil dihentikan oleh Carson.      

"Leighton Baines lebih kuat daripada Bridge tapi sayang sekali kau tidak menghargainya, McClaren. Kau sama sekali tidak bisa melihatnya." Twain bergumam dan menggelengkan kepalanya.      

Di menit ke 65, David Beckham, yang sangat diharapkan oleh semua orang untuk membuat keajaiban di pertandingan, akhirnya bersinar. Dia membuat operan akurat dari sayap dan mengirimkan bola ke arah Crouch. Pria jangkung itu menghentikan bola dengan dadanya dan memberikan tembakan voli untuk menyamakan kedudukan bagi Inggris!     

Stadion Wembley kembali bersemangat, dan suara sorakan para fans cukup memekakkan telinga bagi Twain, yang duduk di depan televisi.      

"Crouch! Beckham! David Beckham, dia kembali menyelamatkan Inggris! Operan itu sangat akurat dan Crouch hanya perlu sedikit melompat untuk menghentikan bola. Dia bahkan tidak perlu melepaskan diri dari para bek karena operan David membuat lawan sama sekali tidak bisa merebutnya!" Motson berteriak dengan penuh semangat. "Hasil imbang! Situasi ini menguntungkan bagi kita!"     

Kabar berita yang didengar adalah Rusia dan Andorra masih belum ada yang mencetak gol, jadi Motson bisa mengatakan ini. Kalau Rusia bermain imbang melawan Andorra, Inggris akan unggul – mereka akan tetap lolos meski mereka kalah di pertandingan ini.      

Beckham, yang memberikan assist bagi rekan setimnya untuk mencetak gol, kelihatannya justru lebih gembira daripada si pencetak gol itu sendiri, Crouch. Dia berdiri di lapangan setelah merangkul rekan setimnya untuk merayakan. Dia mengepalkan tangannya dan memukul logo Three Lions di dadanya, lambang Football Association Inggris.      

Sekarang setelah dia berada di tim nasional Inggris lagi, nomer punggung yang dipakainya bukan lagi nomer 7 yang legendaris. Nomer punggung 7 itu sekarang menjadi milik Barry. Dia hanya bisa memakai nomer 17. Bahkan di Nottingham Forest, dia tidak bisa menggunakan nomer 7 dan 23. Ada kalanya semua orang mengira kalau dia sudah tenggelam dan takkan bisa kembali lagi ke masa lalu. Tapi setiap kali mereka berpikir seperti itu, Beckham membuktikan bahwa mereka salah.      

Di Piala Dunia 1998, dia dikeluarkan dari lapangan karena pembalasannya kepada Simeone dan menjadi "musuh publik" yang dicela oleh seluruh Inggris. Semua orang menganggap karirnya sudah tamat, tapi Beckham membuat comeback dengan satu gol di pertandingan pertama musim laga 98-99. Musim itu, dia membantu Manchester United mendapatkan Treble. Di Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA 2000, Inggris tereliminasi di babak penyisihan grup, dan dia sama depresinya seperti seluruh Inggris. Tapi, di babak kualifikasi Piala Dunia 2001, dia kembali mencetak gol saat melawan Yunani melalui tendangan bebas, dengan segera membuatnya dipuji dari seorang manusia menjadi seorang dewa. Di Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA 2004, dia gagal mengeksekusi tendangan penalti, membuat timnya tereliminasi oleh Portugal. Selama beberapa waktu, orang-orang mengejeknya. Jenis ejekan ini masih terus berlanjut hingga Piala Dunia di Jerman. Di mata semua orang, inti dari tim Inggris adalah Lampard, Gerrard dan Rooney. Tapi di Jerman, siapa yang hampir membawa Inggris lolos ke babak 16 besar sendirian, dan mengandalkan tendangan bebasnya untuk membantu tim menembus babak delapan besar? Dia adalah David Beckham. Siapa yang memakai ban kapten dan berlari tak kenal lelah di bawah sinar matahari yang terik pada usia tiga puluh tahun hingga dia muntah? David Beckham. Setelah Piala Dunia, dia tidak dipanggil ke tim nasional dan mengalami masa sulit di Real Madrid, dimana dia bahkan tidak bisa masuk ke daftar pemain cadangan. Semua orang mengira kalau kali ini dia sudah tamat. Dia hanya bisa pergi ke Amerika Serikat untuk memperkaya diri dan menyia-nyiakan waktunya. Tapi tidak. Beckham menggunakan penampilan profesionalnya yang menakjubkan dan kondisinya yang stabil, serta semangat juangnya, untuk membuat Capello terkesan dan membuatnya kembali ke lineup utama Real Madrid. Dia membantu tim Real Madrid mendapatkan gelar juara liga pertamanya setelah empat tahun. Dia juga mengumumkan bahwa dia akan kembali ke Liga Utama Inggris untuk bergabung dengan juara Eropa baru, Nottingham Forest.     

Twain melihat wajah yang familiar dan jelek itu sedang menghadap ke kamera televisi. Dia tadinya ingin menertawakan Inggris yang akan tereliminasi, tapi sekarang dia tidak bisa merasa senang.      

Dia sedang dilema karena dia tidak ingin McClaren tetap berada di posisinya sebagai manajer timnas, tapi dia juga tidak ingin melihat karir Beckham di timnas berakhir dengan tragis. Tanpa kualifikasi Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA, mungkinkan Beckham bisa mempertahankan kondisinya untuk berlaga dalam Piala Dunia tiga tahun lagi?     

Tanpa keberadaannya di babak pertama, tim McClaren takkan punya kesempatan untuk menghadapi Kroasia dan bersaing dengan Rusia untuk mendapatkan tiket terakhir di Wembley.      

Tapi bukankah ini lebih brutal? Mana yang akan membuat orang-orang merasa lebih baik: tereliminasi sebelum garis finish atau tereliminasi sebelum pertandingan?     

Selama sisa pertandingan ini, Twain tetap diam dan tidak menjelaskan jalannya pertandingan kepada Shania, yang merasa sedikit aneh karenanya, tapi gadis itu hanya melirik ke arah Twain yang tampak serius dan tidak bertanya apa-apa.      

Beckham bermain lebih bersemangat, atau sebenarnya para pemain Inggris berusaha mengerahkan yang terbaik karena tim Kroasia mulai menyerang balik. Kelihatannya orang-orang Kroasia itu tidak bisa menerima harapan orang Inggris. Mereka tidak ingin berjabat tangan dan lolos bersama lawan mereka.      

Beckham mulai sering bergerak mundur dan terkadang juga ke tengah untuk membantu pertahanan. Ancaman dari serangannya melemah. Bagaimanapun juga, dia sudah lebih tua dan tidak bisa berlari seperti saat dia masih muda. Terkadang, dia akan bergerak maju dan tidak kembali ke belakang. Di waktu yang lain, dia akan kembali mundur dan tidak bergerak maju. Di menit ke-74, McClaren membuat sebuah pergantian yang sangat kontroversial dan banyak dibicarakan setelah pertandingan usai. Dia menurunkan Wright-Phillips untuk menggantikan Beckham.      

Saat Beckham berjalan keluar lapangan, seluruh penonton di tribun berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah untuknya, berterima kasih atas semua yang dilakukannya untuk tim.      

Tampak jelas bahwa McClaren tidak ingin terus bertahan hingga akhir pertandingan dan menurunkan Wright-Phillips, yang memiliki stamina dan skill menggiring bola yang luar biasa, untuk melakukan terobosan. Dia ingin terus menekan Kroasia dan sedikit melemahkan serangan balik mereka.      

Idenya memang bagus, tapi dia mengabaikan satu hal. Menekan pertahanan lawan melalui serangan ibarat pedang bermata dua.      

Wright-Phillips mungkin lebih aktif dalam serangan jika dibandingkan dengan Beckham, tapi dia hanya bisa sedikit berkontribusi dalam pertahanan jika dibandingkan dengan David Beckham.      

Stadion Wembley menjadi hening selama semenit setelah melihat gol dari tembakan sejauh dua puluh lima yard dari sayap kiri yang dilakukan oleh pemain cadangan Kroasia, Petric, di menit ke-81, yang membuat Kroasia unggul.      

Kali ini, Twain tidak mengepalkan kedua tinjunya untuk merayakan gol Kroasia. Dia hanya duduk di sofa dan menghela nafas panjang.      

Hasilnya sudah ditentukan. Ini terlalu kejam bagi David.      

Di waktu yang bersamaan, tim Rusia mencetak gol. Skor pertandingan antara Rusia dan Andorra ditampilkan di bagian bawah layar – 0:1, dimana Andorra tertinggal di kandang mereka sendiri.      

Kabar berita itu semakin memperburuk situasi, membuat orang-orang Inggris tetap terdiam.      

Tepat setelah Kroasia mencetak gol, McClaren menggunakan Darrent Bent untuk menggantikan Joe Cole dan terus meningkatkan serangan. Dia sudah menghabiskan kuota pergantian pemain dan harus mempertaruhkan semuanya.      

Tim Inggris kembali maju dengan kekuatan penuh, ingin menyamakan kedudukan menjelang akhir pertandingan untuk menciptakan keajaiban. Tapi Kroasia tidak bergerak mundur, meski mereka sudah unggul, dan membiarkan Inggris mengepung gawang mereka. Justru sebaliknya, mereka terus melawan balik dan menyerang. Selama masih ada peluang untuk bergerak maju, mereka akan menimbulkan masalah bagi lini belakang Inggris dan memaksa Inggris untuk bertahan.      

Ini sangat mirip dengan pendekatan yang dilakukan Twain. Tak peduli berapa banyak gol yang dimilikinya, dia takkan melepaskan peluang untuk menyerang balik dan mencegah lawan menciptakan keajaiban.      

Saat wasit meniup peluitnya di akhir pertandingan, skornya adalah 2:3.      

Beckham, yang masih belum mengganti jersey-nya, berdiri di lapangan. Tayangan televisi terfokus pada punggungnya, dengan suara tribun yang bising di latar belakang, serta layar besar yang mencolok di atas kepalanya.      

Beckham memakai jersey bernomor punggung 17 dan dia menatap skor yang terpampang di layar:     

Inggris 2:3 Kroasia     

Tidak ada yang bisa melihat ekspresi di wajahnya, dan dia berdiri disana sendirian selama beberapa waktu sambil tertegun. Di belakangnya adalah rekan-rekan setimnya yang merasa kecewa dan orang-orang Kroasia yang bersorak dan merayakan kemenangan mereka. Sebuah lapangan yang kosong dan sebuah gawang yang kosong berada di hadapan mereka semua.      

Motson menghela nafas panjang. "Inggris tereliminasi. Untuk musim panas 2008, sudah bisa diumumkan... inilah akhir perjalanan kita."     

Twain mematikan televisi. Dia tidak ingin melihat punggung Beckham atau mendengarkan ucapan McClaren di konferensi pers paska pertandingan.      

Shania memandangnya dengan tatapan aneh.      

"Aku mau tidur." Dia berbalik dan menaiki tangga. "Selamat malam, Shania."     

"Selamat malam, Paman Tony." Shania melihat punggung Twain menghilang di tangga dan kemudian mengalihkan kepalanya untuk melihat jam dinding.      

Sekarang bahkan masih belum pukul sepuluh malam.      

Shania kembali menyalakan televisi, yang menayangkan wawancara paska pertandingan. Beckham berdiri di depan kamera. Jersey-nya basah karena keringat dan melekat di dadanya.      

Dengan letih, dia berkata, "Tereliminasi dari kualifikasi Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA bukanlah akhir dunia. Inggris masih punya banyak pemain muda yang berbakat. Aku yakin kita akan memiliki masa depan yang lebih baik di Piala Dunia Afrika Selatan..."     

"Sekarang setelah kau tidak lagi bermain di kualifikasi Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA, apakah kau akan lebih tenang bermain untuk Nottingham Forest?" seorang reporter bertanya dengan samar.      

Beckham menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan mengumumkan pengunduran diriku dari tim Inggris. Aku sudah bilang sebelumnya bahwa aku selalu siap untuk bermain demi Inggris sampai Inggris tidak lagi membutuhkanku."     

Setelah mengatakan itu, Beckham menolak untuk menjawab pertanyaan lain dan menundukkan kepala sambil berjalan keluar dari zona wawancara.      

Shania melihat McClaren di layar televisi. Dia mematikan televisi dan pergi ke atas untuk tidur.      

Malam ini mengecewakan...      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.