Mahakarya Sang Pemenang

Tim Tamu: AC Milan



Tim Tamu: AC Milan

0Ungkapan "musuh dan kekasih ditakdirkan untuk bertemu" akan sangat cocok dalam mendeskripsikan karir kepelatihan Twain beberapa tahun belakangan ini.      
0

Nottingham Forest versus Barcelona dan Nottingham Forest versus Chelsea telah tampil di Liga Champions. Tim manapun yang menjadi rival tim Forest takkan bisa menghindari sebuah pertandingan krusial dengan tim Forest.      

Sekarang, "kehormatan" itu jatuh ke tangan AC Milan.      

Media Italia, khususnya media lokal Milan, sangat senang melihat ini terjadi. Mereka akhirnya punya kesempatan untuk membalas dendam. Orang-orang Italia itu tidak bisa melupakan sikap Twain terhadap mereka setelah tim Forest berhasil menang tahun lalu, yang membuat mereka harus menggertakkan gigi.      

Karena tim Forest adalah juara dan Twain pemenangnya, mereka hanya bisa menerima hinaan itu tak peduli seberapa marahnya mereka. Twain memang benar. Dia adalah seorang pria Inggris dan dia tidak meminta media Italia untuk mewawancarainya. Para reporter Italia-lah yang membutuhkan dirinya untuk mendapatkan berita.      

Sekarang semuanya berbeda; ini seperti roda keberuntungan yang berputar. Selama AC Milan bisa mengeliminasi Nottingham Forest, Twain akan merasakan pembalasan dari media Italia. Orang-orang Italia itu akan merasa sangat senang saat melihat Twain diserang di konferensi pers. Tidak, tidak, kami tidak akan mengajukan pertanyaan pada Tn. Twain sama sekali. Bersiaplah untuk menerima perlakuan dingin dari para reporter Italia!     

※※※     

Manajer AC Milan, Ancelotti, mengerutkan kening saat dia mengawasi para pemainnya berlatih. Mereka akan menuju Inggris besok dan moodnya sedang buruk. Nesta masih belum pulih dari cederanya dan lini pertahanan belakang AC Milan yang sudah terlalu tua membuatnya cemas.      

Sejak kepergian Shevchenko dari tim, lini depan AC Milan sulit mencetak gol. Mencetak gol membutuhkan lebih banyak dukungan dari para gelandang.      

Inzaghi sudah semakin tua dan sering mengalami cedera, Gilardino tidak menunjukkan penampilan di level yang diharapkan, Ronaldo sedang cedera serius dan harus mengucapkan selamat tinggal pada musim ini, dan pemain Brasil itu juga sepertinya akan harus mengucapkan selamat tinggal pada karirnya. Pato, yang baru saja bergabung dengan tim, adalah pemain yang memberikan mereka harapan.      

Karena dia masih dibawah 18 tahun, Pato hanya bisa berlatih bersama tim dan tidak bisa mewakili AC Milan secara resmi, menurut Football Association Brasil. Ulang tahunnya adalah pada tanggal 2 September, tapi karena terhalang oleh tanggal registrasi Liga Champions dan Serie A, dia hanya bisa bermain di sejumlah kompetisi tim pemuda. Baru di bulan Januari, saat dia dipromosikan ke tim pertama AC Milan, dia akan masuk ke dalam daftar kualifikasi untuk Liga Champions.      

Setelah secara resmi menjadi anggota AC Milan, Pato menunjukkan bakatnya yang luar biasa dan dia menjadi striker yang paling bisa diandalkan karena rekan setimnya lebih lemah dan mudah lelah. Dia juga dipercaya untuk memikul tanggungjawab yang berat dalam perjalanan kali ini ke Nottingham.      

Penampilan Kaka masih sebagus sebelumnya. Tapi saat dia memikirkan tentang George Wood... jantung Ancelotti kembali merosot.      

Tony Twain memang mempelajari AC Milan secara menyeluruh dan meneliti pemain inti mereka dengan lebih mendalam...      

Media diluar sana, yang mengganggu seperti lalat, menyarankan perang balas dendam. Mereka sama sekali tidak tahu apa-apa! Memangnya gampang membalas dendam di pertandingan seperti ini? Saat media mengipasi percikan api yang ada diantara kedua tim, dia tidak bisa tetap tenang meski dia ingin melakukannya.      

Sejak mereka kalah di final Liga Champions melawan Nottingham Forest, Ancelotti menyadari sesuatu – semua komentar Twain hanya memiliki satu fungsi: untuk memprovokasinya agar kehilangan ketenangan dan penilaiannya.      

Oleh karena itu, hal yang terpenting adalah tetap tenang saat bermain melawan tim Forest. Dia harus memperlakukan apapun yang dikatakan oleh manajer bermulut besar itu sebagai omong kosong.      

Ancelotti perlahan menggelengkan kepalanya. Sekarang setelah media membesar-besarkan situasi diantara kedua tim, berapa banyak orang yang akan bisa tetap tenang?     

※※※     

"Kurasa AC Milan akan memilih taktik yang sedikit konservatif dalam pertandingan tandang mereka. Mendapatkan poin di pertandingan tandang adalah hal paling praktis yang bisa dilakukan."     

Dunn menjelaskan taktik untuk pertandingan esok hari dalam sesi meeting taktis sebelum pertandingan sementara Twain duduk disampingnya dan mendengarkan dengan tenang.      

"Tim-tim Italia itu bagus dalam bertahan dan kalau mereka benar-benar ingin bertahan, kita akan berada dalam kesulitan. Kita akan memfokuskan serangan kita di sayap untuk merobek pertahanan mereka dan kemudian kita akan mengoper..."     

Tim Forest memutuskan untuk menggunakan serangan dari sayap dalam merobek-robek pertahanan AC Milan. Ribery dan Beckham akan diturunkan dalam starting lineup; terobosan dan umpan mereka akan bisa membantu dalam menciptakan tembakan mematikan di area penalti bagi penyerang-tengah mereka yang jangkung, van Nistelrooy. Eastwood akan berkeliaran di belakang van Nistelrooy untuk mencari kesempatan.      

George Wood bertanggungjawab dalam mengawasi Kaka. Dia hanya harus berurusan dengan Kaka. Dia tidak perlu mengkhawatirkan tentang area pertahanan lain. Pepe, Pique dan bek lainnya akan ada disana. Pertahanan tim Forest selalu dilakukan oleh seluruh tim. George Wood hanya terlihat mengesankan karena dia adalah kapten tim dan selalu bertarung satu-lawan-satu dengan pemain-pemain kelas dunia. Dia sadar bahwa ada sekelompok rekan setim sesama pemain bertahan yang melindunginya dari belakang.      

Dunn membutuhkan beberapa waktu untuk menyampaikan taktik tim. Setelah semua orang paham apa yang harus mereka lakukan, dia mengembalikan sesi ini pada Twain.      

Twain berdiri dan berdehem. "Aku sedang memikirkan tentang sebuah masalah. Sebelum musim ini, aku mengatakan bahwa tujuan kita musim ini adalah gelar liga. Jadi, aku ingin bertanya pada kalian, guys, apa menurut kalian kita harus melepaskan gelar juara Liga Champions, atau... apakah hasil yang kalian capai di Liga Champions ini bisa dianggap penting?     

"Tentu saja. Semakin banyak gelar juara, semakin baik, chief!" jawab seseorang.      

Twain mencarinya dan menemukan kalau Eastwood-lah yang barusan mengatakan itu.      

"Bagaimana dengan kalian semua?"     

"Kami setuju dengannya, boss!" seru semua orang serempak.      

Twain mengangguk pelan. "Ah, kalau begitu aku lega. Kupikir kalian sudah kehilangan semangat juang di Liga Champions..."     

Terdengar suara cemoohan mengejek di dalam ruangan.      

"Apa kita harus berhenti berlatih sebagai aksi protes karena sudah diremehkan?" Eastwood berdiri dan melambaikan tangan dengan berlebihan.      

"Apa kau melakukan itu demi keuntunganmu sendiri, Freddy?" tanya Twain sambil mencibir. "Aku bisa memberimu janjiku kalau kau tidak perlu berlatih lagi di masa depan."     

Eastwood buru-buru duduk dan menundukkan kepalanya.      

Suara cemoohan itu berubah menjadi tawa.      

Setelah gelak tawa itu mereda, Twain berkata, "Maafkan aku atas asumsi yang tak berdasar itu, aku minta maaf pada kalian."     

Itu bukanlah asumsi yang tak berdasar. Dia sempat teralihkan saat Dunn sedang menjelaskan taktik. Dia teralihkan karena dia sudah tahu apa yang sedang disampaikan oleh Dunn. Karena dia adalah salah satu dari pencipta taktik itu, Twain memanfaatkan momen itu untuk memikirkan tentang hal-hal lain. Belakangan ini dia mulai mencemaskan tentang daya saing tim.      

Sebelum musim ini, dia mengumumkan bahwa tujuan mereka musim ini adalah mendapatkan gelar liga karena mereka belum pernah memenangkannya. Bagi banyak klub sepakbola profesional, gelar Liga Champions termasuk penting, tapi turnamen liga adalah hal yang fundamental. Dia berharap dia bisa memperoleh piala liga.      

Tapi, itu bukan berarti dia akan melepaskan kompetisi di Liga Champions – media menganggapnya seperti itu. Jadi, dia merasa cemas kalau timnya juga akan berpikir seperti itu. Tidak ada yang tahu apa yang ada di dalam hati manusia. Tak peduli seberapa dekatnya seseorang itu, dia masih bisa mengubah pikirannya.      

Jadi dia cemas para pemainnya memiliki masalah psikologis saat mereka harus berkompetisi dalam dua turnamen disaat bersamaan dan disaat tubuh mereka tak bisa mengimbangi tantangan yang ada. Dia harus memberantas semua ini sejak awal.      

Dia merasa lega mendengar tanggapan dari para pemainnya. Insting untuk bertahan hidup dari Nottingham Forest asuhan Tony Twain masih ada disana. Tak ada yang perlu dicemaskan karena sumber kekuatan untuk terus menang masih ada.      

Sebagai akibatnya, permintaan maafnya kepada para pemainnya itu memang tulus dan penuh kelegaan.      

"Kalau begitu, kita tunjukkan apa yang kita punya pada AC Milan di pertandingan besok."     

Kerumunan pemain itu tertawa lagi.      

※※※     

AC Milan telah tiba di Nottingham. "Perang Balas Dendam" yang dibesar-besarkan oleh media Italia telah mencapai puncaknya. Kalau ada lebih banyak bahan bakar yang dituangkan ke dalam api, orang-orang Italia itu mungkin sudah berjatuhan ke tanah.      

Tapi Twain tidak memberikan respon terhadap serangan itu. Tak peduli betapa "signifikansi khusus" dari pertandingan ini dibesar-besarkan, Twain takkan melawan balik.      

Dia ingin membuat para reporter Italia kesal dan tak punya berita untuk ditulis.      

Sebenarnya, Twain tidak ingin timnya terjebak dalam perang psikologis lawan. Hal ini mungkin tidak dimulai oleh AC Milan sendiri, tapi hasil dari perang semacam ini akan dinikmati oleh AC Milan – kalau dia dan timnya sama-sama kehilangan ketenangan mereka.      

Dia suka memulai perang psikologis dengan lawannya, jadi bagaimana mungkin dia membiarkan dirinya jatuh ke dalam jebakan yang sama?     

Dia tidak memberikan respon terhadap tawaran perang itu karena dia tidak ingin para pemainnya merasa bahwa pertandingan ini adalah game yang besar. Ini hanyalah pertandingan biasa di babak 16 besar yang dibesar-besarkan karena lawan mereka adalah AC Milan, yang menjadi lawan mereka di final Liga Champions musim lalu.      

Apakah aneh bertemu dengan lawan sekaliber itu di Liga Champions?     

Dalam pertandingan musim lalu melawan Barcelona, dia sangat menghargai signifikansi perang balas dendam karena aksi "balas dendam" itu bisa membantunya menginspirasi para pemain untuk mengalahkan lawan yang kuat. Sebagai pemenang di musim ini, dia tidak punya alasan untuk menggunakan aksi yang sama. Cara terbaik dalam mengatasinya adalah dengan bersikap tenang dan tidak membiarkan dirinya dituntun oleh media.      

Pada konferensi pers sebelum pertandingan, beberapa media Italia akhirnya tak tahan lagi untuk bertanya, "Terdapat pembicaraan tentang adanya perang balas dendam AC Milan. Manajer Twain, bagaimana pendapat Anda tentang hal ini?"     

"Tidak ada komentar." Twain menjawabnya dengan diplomatis dan wajah datar untuk menghindari pertanyaan itu.      

Para reporter Italia itu enggan membiarkan Twain lepas begitu saja. Ini adalah kesempatan terakhir mereka. Pada saat pertandingan usai, tidak ada yang tahu bagaimana hasilnya nanti. Kalau Nottingham Forest mendapatkan kemenangan di kandang, maka tidak ada alasan bagi mereka untuk membesar-besarkan perang balas dendam.      

"Manajer Ancelotti mengatakan bahwa mereka ingin memenangkan pertandingan ini, jadi..."     

"Jangan bilang padaku kalau kau ingin mendengar manajer Ancelotti mengatakan bahwa mereka ingin kalah dalam pertandingan ini? Yah, itu akan menjadi berita yang bagus, cukup mengejutkan..." kata Twain dengan serius sambil menggosok dagunya.      

Terdengar suara tawa dan sebagian besar orang yang tertawa adalah media Inggris.      

Sayangnya, kedua manajer tidak muncul di konferensi pers bersama-sama. Ekspresi Ancelotti pasti akan terlihat cukup menarik.      

Ekspresi para reporter Italia yang duduk bersama-sama mulai terlihat canggung.      

Twain melirik reporter yang tampak enggan dan menguap. "Kalau tidak ada yang lain lagi, aku harus pergi. Terima kasih atas kehadiran kalian di konferensi pers ini, kita akan bertemu lagi lain kali." Dia menirukan nada suara seorang presenter televisi, melambaikan tangan, bangkit berdiri dan menepuk-nepuk pantatnya sebelum kemudian meninggalkan tempat dengan santai.      

Dia sudah menjawab pertanyaan dari media Inggris, jadi para reporter Inggris tidak mencegahnya melakukan itu, tapi para reporter Italia merasa sangat kesal.      

Berapa banyak manajer yang berani mempermalukan "raja-raja tak bermahkota" di Italia, dimana karakter para pelatih tidak sedominan di Inggris?     

Pada bulan Mei tahun lalu, Twain mengejek media Italia hanya karena dia adalah juara Eropa yang baru. Alasan lain apa yang dimilikinya kali ini?     

Orang-orang Italia itu merasa sangat marah.      

Seseorang menggumamkan makian bahwa Twain sebaiknya pergi ke neraka. Dia menggunakan bahasa Italia. Kalau saja dia memaki dalam bahasa Inggris, rekan reporternya dari Inggris akan mengingatkannya bahwa:     

Neraka adalah kandang Tony Twain.      

※※※     

Angin malam dari Hutan Sherwood terasa sedikit dingin. Sekarang masih Februari, tapi di stadion City Ground yang berada di tepi Sungai Trent, panasnya suhu disana bisa melelehkan salju dan es.      

Hiruk pikuk di dekat stadion City Ground bisa terdengar jelas hingga satu mil jauhnya. Saat itu bukan akhir pekan, tapi stadion penuh sesak, karena malam ini adalah pertandingan Liga Champions.      

AC Milan adalah tim tamu di kandang Nottingham Forest, stadion City Ground. Tidak semua orang bisa tetap tenang setelah mendengar berita "Perang Balas Dendam", jadi banyak fans Forest yang ingin memberikan sambutan paling hangat kepada tamu mereka.      

Satuan polisi yang bertugas di sekitar stadion ditingkatkan dua setengah kali lipat. Secara historik, fans Italia dan Inggris sama-sama menyusahkan, dan kepala kepolisian Nottingham tidak ingin terjadi keributan dan kematian selama dia masih menjabat.     

Bus AC Milan dilindungi dengan ketat dan para pemain AC Milan yang duduk di dalam bus tidak tampak tertarik dengan dunia luar. Mereka sudah sering melihat suasana panas saat pertandingan tandang. Inggris bukanlah satu-satunya tempat yang memiliki kandang neraka.      

Hanya Kaka yang memandang keluar jendela dan termenung. Dia tidak takut dengan para fans yang tampak ganas. Dia sedang mengingat pertandingan di bulan Mei tahun lalu.      

Musim lalu, AC Milan mengalami tahun yang buruk. Karena skandal "Calciopoli", mereka hampir saja diturunkan ke Serie B untuk mulai dari awal. Penampilan tim di liga juga mengalami pasang surut. Kondisi mereka sangat tidak stabil. Kepergian Andriy ke London tampaknya telah menghilangkan kemampuan para striker untuk mencetak gol. Para striker hampir saja lupa bagaimana rasanya mencetak gol. Dia akhirnya maju ke depan dan menyelamatkan tim, khususnya di Liga Champions. Berapa kali dia telah menyelamatkan timnya? Dia tidak bisa mengingatnya, tapi para fans selalu membahas Kaka yang kuat dengan sangat antusias.      

Dia juga memikirkan hal yang sama, dan merasa bangga dengan penampilannya. Dia yakin dia hanya perlu mempertahankan kondisinya saat ini dan gelar Liga Champions musim ini akan menjadi milik AC Milan. Sejak dia bergabung dengan AC Milan di tahun 2004, dia hanya sempat bersinggungan dengan kehormatan.      

Pada akhirnya...      

Semua orang tahu apa yang terjadi – dia kembali melewatkan gelar Liga Champions. Pada satu momen di pertandingan final itu, dia punya kesempatan untuk menyelamatkan tim dan menjadi pahlawan yang kuat. Tapi pemain nomer 13 itu...      

Bus berhenti berjalan dan Kaka kembali ke kenyataan. Dia melihat pintu masuk stadion untuk para pemain yang terletak tidak jauh dari sini.      

Pintu bus terbuka secara otomatis dan suara yang bising segera menyerbu masuk. Kaka bangkit dari kursinya dan berjalan menuju pintu bus bersama rekan-rekan setimnya. Dia sama sekali tidak terpengaruh oleh suasana yang panas disana.      

Kali ini, dia tidak boleh melewatkan kesempatan itu lagi!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.