Mahakarya Sang Pemenang

Tidak Kemana-Mana



Tidak Kemana-Mana

0Setelah mengakhiri latihan rutin, manajer tim Forest, Tony Twain dikelilingi oleh para reporter di pinggir lapangan latihan. Dia memberitahu mereka bahwa besok lusa adalah konferensi pers rutin tim Forest dan mereka bisa mengajukan pertanyaan saat itu, tapi para reporter tidak berniat melepaskannya begitu saja. "Apa Anda belum mendengar berita, manajer Twain? Real Madrid sangat tertarik pada Ribery..."     
0

"Aku belum mendengarnya. Aku belum mendengar itu..." Twain mengangkat kedua tangannya seolah-olah dia menyerah pada segerombolan lalat yang mengganggu.      

"Bagaimana tanggapan Anda tentang kabar itu? Kalau ini ada ada kaitannya dengan Real Madrid, apa itu artinya kabar ini benar?"     

"Aku tidak tahu. Aku tidak tahu apa-apa. Jangan tanya aku, aku sama sekali tidak tahu, aku tidak tahu." Twain berusaha menembus kerumunan itu. "Besok lusa adalah konferensi pers rutin dan selain itu aku tidak tahu apa-apa. Aku belum bicara dengan Ribery tentang ini. Kalian takkan mendapatkan informasi apa-apa dariku." Twain tidak sabar untuk keluar dari kerumunan massa ini. "Kalian harus membiarkan aku mencari tahu apa yang terjadi dan kenapa, sebelum aku bisa menjawab semua pertanyaan kalian dan memuaskan rasa penasaran kalian, dasar bocah-bocah penasaran... Baiklah! Sekarang biarkan aku keluar dari sini! Sialan!"     

Dia menyingkirkan dua orang reporter di depannya dan bergegas keluar dari kepungan media. "Aku harus melewati medan perang dulu sebelum bisa pulang kerja... sial!" gumam Twain sambil berjalan cepat meninggalkan kerumunan media.      

Dia masih belum berbicara dengan Ribery, tapi itu bukan berarti dia tidak tahu apa-apa. Sebagai seorang manajer, dia punya caranya sendiri dalam mendapatkan informasi. Setelah dia mempelajari rumor yang beredar dari media, pikiran pertamanya bukanlah mencela Real Madrid karena berusaha merekrut pemainnya, melainkan mengecek kebenaran kabar itu.      

Berkat timing yang buruk dari munculnya rumor ini – tepat sebelum pertandingan antara tim Forest dan Real Madrid – kabar berita Real Madrid yang tertarik pada Franck dari tim Forest segera meluas di kalangan media.      

Dari sudut pandang ahli teori konspirasi seperti Twain, bagaimana mungkin dia tidak menduga kalau ada skenario lain dibaliknya?     

Apakah ini berita bohong yang sengaja dibuat oleh Real Madrid untuk mengalihkan perhatian Nottingham Forest? Bukan berarti belum pernah ada yang menggunakan metode seperti ini sebelumnya. Trik kecil semacam ini sudah biasa terjadi di dunia sepakbola profesional.      

Selain pembakaran dan pembunuhan, cara apapun boleh digunakan untuk meraih kemenangan. Bahkan memberikan air yang telah diberi obat kepada lawan juga pernah terjadi, jadi kabar berita semacam ini bukanlah hal yang aneh.     

Karena itulah Twain memutuskan untuk mengecek kebenarannya lebih dulu.      

Dia menghubungi agen terkenal di dunia sepakbola Eropa, Mendes, berharap dia bisa mendapatkan informasi tentang ini.      

Mendes adalah pemain besar di dunia agensi pemain olahraga dan memiliki banyak informasi. Dia akan tahu kalau kabar itu benar atau palsu. Twain mendapatkan apa yang dia inginkan darinya. Tapi sekarang dia tidak ingin mengatakannya pada para reporter karena dia masih belum berbicara langsung dengan Ribery. Dia merasa kalau dia perlu mendengar apa yang akan dikatakan Ribery tentang ini. Setelah melepaskan diri dari para reporter yang mengganggu, Twain kembali ke kantornya. Selama latihan tadi, dia sudah memberitahu Ribery dan memintanya untuk pergi ke kantornya setelah latihan usai.      

Karena Twain tertahan oleh para reporter, Ribery sudah menunggu di dalam kantornya saat dia kembali. Ribery tahu kenapa Twain ingin berbicara sendiri dengannya. Dia bangkit dari kursi saat dia melihat Twain memasuki ruangan. Dia menyapanya dengan senyum lebar di wajahnya. "Boss!" Twain mengangguk dan berjalan menuju ke balik mejanya untuk duduk. Mereka tidak perlu berbelit-belit lagi dan langsung membahas pokok permasalahan. "Aku mendengar kabar berita belakangan ini..." Dia berhenti sejenak dan berharap Ribery akan mengambil inisiatif untuk melanjutkannya, tapi Ribery hanya memandangnya sambil tersenyum. Dia mengerucutkan bibirnya. "Apa agenmu berkomunikasi dengan Real Madrid?"     

Ribery mengangguk. "Mijatovic yang mencari agenku."     

Twain mendengus. Itulah yang dikatakan oleh Mendes padanya. Ribery tidak berbohong di hadapannya. Dia merasa sedikit lega.      

Dia sangat tidak suka kalau pemainnya berbohong padanya, seperti Ashley Young. Tak peduli seberapa bagus hubungan mereka sebelum ini, akan selalu ada rasa sakit di hati. Sebuah cermin yang retak tak mungkin lagi diperbaiki. Setelah sebuah hubungan mengalami keretakan, hal itu akan selalu ada disana, mengingatkan hal-hal yang tidak nyaman. Kalau Ribery berbohong padanya, apa yang akan dia lakukan? Twain tidak ingin memikirkannya. Dia sangat menyukai Ribery dan tidak ingin membiarkan hal kecil merusak hubungan mereka.      

"Apa kau ingin pergi ke Real Madrid?" tanya Twain.      

"Belum, bos." Ribery menggelengkan kepalanya.      

"Apa itu artinya kau mungkin akan pergi kesana di masa depan?"     

"Siapa yang bisa tahu apa yang akan terjadi di masa depan?" jawab Ribery sambil tersenyum.      

Twain harus mengakui kalau Ribery memang benar. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Dia sendiri ingin terus bekerja di tim Forest, tapi bagaimana kalau tim Forest jadi bangkrut karena stadion yang baru dibangun, lalu terjadi perubahan pemilik klub dan pemiliknya yang baru tidak suka dengan temperamen Twain yang buruk. Apa yang akan dia lakukan kalau dia dipecat? Itu hanya kemungkinan kecil, tapi siapa yang bisa menjamin hal itu takkan terjadi? Komentar Ribery sangat jujur. Kalau Ribery menepuk dadanya dan berkata dia takkan pergi kemana-mana, Twain justru akan curiga.      

Twain tenggelam dalam pikirannya dan Ribery menyadarinya. "Apa kau khawatir aku akan terganggu dengan rumor ini, boss?" tanyanya.      

"Ah, eh... Begitulah." Dia tidak mencemaskan itu. Dia khawatir kalau dia akan benar-benar kehilangan Ribery. Saat Scarface masih belum dikenal, tim Nottingham Forest adalah segalanya baginya. Tapi setelah dia semakin tenar, kehormatan seperti Ballon d'Or atau penghargaan Pemain Terbaik Tahun ini dan Silver Ball dalam kategori Pemain Terbaik Dunia FIFA telah diterima olehnya. Suatu hari nanti, akankah Ribery merasa bahwa kolam seperti Nottingham Forest sudah terlalu kecil baginya?      

Pernah ada pemain-pemain lain yang sama seperti Ribery.      

Saat Twain mengejar kemenangan dan gelar juara, dia juga meningkatkan nilai dan ekspektasi para pemainnya terhadap tim. Kalau suatu hari nanti mereka merasa bahwa tim Forest tidak lagi bisa memenuhi harapan mereka, akankah mereka pergi? Tak bisa disangkal lagi bahwa ada pemain yang setia dan lebih memilih tinggal bersama tim saat timnya didegradasi, tapi sebagian besar orang akan mengejar prospek yang lebih baik.      

"Seorang pria akan melakukan apa saja untuk menjadi kaya" mungkin terdengar sedikit serius, tapi "air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah, dan orang-orang selalu memanjat lebih tinggi" adalah hal yang sangat normal. Twain tidak keberatan dengan tingkat turnover di dalam tim. Darah baru selalu dibutuhkan untuk merevitalisasi tim. Tapi dia tidak ingin sejumlah kecil pemain yang sangat berharga meninggalkan tim. Bagaimanapun juga, sebagai orang biasa, dia masih menginginkan 'loyalis' dan berharap timnya akan bisa menghasilkan sejumlah loyalis untuk menemaninya melalui suka duka di dunia sepakbola. Mereka akan bangkit bersama dan berpisah jalan disana pula... Betapa indah dan romantisnya itu!     

Hal paling romantis yang bisa kupikirkan adalah menemanimu menjadi tua bersama-sama.      

"Jangan khawatir, boss." Ribery tertawa lagi. Dia masih belum menjalani operasi plastik, dan luka parut di wajahnya tertarik kencang saat dia tertawa, yang membuatnya terlihat sedikit aneh, tapi dia suka tertawa dan sama sekali tidak peduli dengan bagaimana penampilannya.      

"Level pelecehan semacam ini tidak akan menggangguku. Aku akan bermain seperti biasa. Selain itu, hal-hal semacam ini akan ditangani oleh agenku. Dia tidak akan mencariku kecuali kalau sudah benar-benar saatnya untuk pergi."     

"Agenmu menyedihkan, Franck." Twain mencoba bercanda dan mengakhiri diskusi mereka.      

Apa yang dikatakan oleh Ribery memang sesuai dengan apa yang diperoleh Twain. Ribery tidak berusaha membohonginya, yang menjadi tujuannya menemui Ribery untuk berbicara secara pribadi. Sekarang dia bisa pergi dan menghadapi media dengan tenang, karena dia tidak ingin berkata di depan mereka bahwa "pemainku setia dan Real Madrid akan membentur dinding kalau mereka berusaha merekrutnya" lalu kemudian ditikam dari belakang oleh si pemain.      

※※※     

Di Madrid yang cerah, kompleks pelatihan Valdebebas milik klub sepakbola Real Madrid adalah kompleks pelatihan sepakbola terbesar di dunia, sampai-sampai disebut sebagai 'sebuah kota olahraga'. Sebagai seorang anggota staf senior di dewan klub Real Madrid, Mijatovic memiliki sebuah kantor di Valdebebas, tapi dia jarang berada disana. Dia terbang ke seluruh dunia, mencari pemain bintang yang luar biasa untuk Real Madrid.      

Tapi hari ini dia datang kemari. Presiden Calderon sedang berada di kantornya dan dia ada disana untuk melaporkan kepada presiden tentang hasil kunjungannya ke Inggris.      

Fokus utamanya adalah hasil pertemuannya dengan agen Franck Ribery. Setelah dia melangkah keluar dari dalam mobil, dia dihentikan oleh manajer tim, Schuster, yang bertugas mengawasi latihan rutin tim.      

"Tn. Mijatovic, aku mendengar rumor tentang tim kita belakangan ini..."     

Sedikit aneh bagi Mijatovic untuk dihentikan oleh Schuster, jadi dia tertawa.      

"Apa kau merujuk pada Franck Ribery, Tn. Schuster?"     

"Tentu saja. Aku hanya punya satu pertanyaan: kenapa aku harus mendengar dari media tentang pemain baru yang akan bergabung dengan timku?" Schuster terlihat kesal. Dia juga dikenal sebagai pelatih yang fanatik di Spanyol. Setelah dia bergabung dengan Real Madrid, dia sedikit lebih disiplin. Tapi itu hanya kepura-puraan; dia masih belum mengubah karakternya.      

"Ah, tentang itu. Tn. Schuster, kau adalah manajer tim ini dan hanya bertanggungjawab atas pelatihan dan pertandingan tim. Aku bertanggungjawab atas pekerjaan yang melibatkan transfer para pemain. Ini seperti berbagi tanggungjawab. Kita ditugaskan untuk menyelesaikan pekerjaan yang berbeda..."     

Schuster menyela ucapannya itu. "Tentu saja aku tahu tentang berbagi tanggungjawab yang berbeda. Aku juga tahu bahwa ini bukan Inggris dan seorang pelatih disini bukanlah manajer yang sebenarnya. Aku tidak meminta banyak. Aku hanya berharap Anda bisa memberitahuku saat Anda sudah memutuskan siapa yang akan Anda beli. Sedikit diskusi?" Dia masih terlihat kesal sambil melanjutkan, "Aku tidak ingin mendengar dari media terkait siapa yang akan dikontrak oleh tim ini."     

Ini adalah harga diri seorang manajer dan Schuster memang punya alasan untuk merasa kesal. Setelah berada di sebuah klub papan atas, dia sadar bahwa tidak mudah untuk menjadi manajer di klub itu. Jabatannya memang seorang 'manajer', tapi dia lebih seperti boneka. Meski Tn. Presiden punya andil dalam memutuskan lay out tim, dia sebagai manajer sama sekali tidak punya hak untuk didengar terkait urusan bursa transfer pemain. Melihat Mijatovic yang tampak gelisah, Schuster tersenyum. "Apa Tn. Presiden sedang menunggu Anda?"     

Benar kan, bahkan pertemuan seperti itu juga tidak melibatkan diriku. Aku tidak bisa membeli pemain yang kuinginkan tapi mereka terus memaksa untuk membeli pemain yang tidak kuinginkan.      

Mijatovic tidak menjawabnya dengan jelas.      

"Yah, semoga beruntung, Tn. Mijatovic. Ah, aku juga ingin mengingatkanmu bahwa sudah tak ada tempat lagi di sayap kiri untuk memasukkan seekor semut sekalipun."     

Mijatovic mendengar komentar itu dan berjalan pergi dengan wajah muram. Dia bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal.      

Sambil memandang punggung Mijatovic, Schuster menunjukkan ekspresi jijik. Dia memandang langit yang cerah dan pikirannya melayang dari Ribery ke Nottingham Forest, lawan mereka di perempat final Liga Champions.      

Mereka adalah lawan yang sulit, tipe tim yang paling tidak disukai Real Madrid. Tim Real Madrid membenci Nottingham Forest dari mulai manajer hingga para pemainnya.      

※※※     

"Klub Real Madrid telah menyangkalnya, dan kurasa kita tidak perlu lagi membesar-besarkan masalah ini." Twain dan George Wood menghadiri konferensi pers rutin bersama-sama. Dia tidak membawa Ribery karena dia tidak ingin memberikan kesempatan bagi sekelompok reporter ini untuk terus membesar-besarkan kabar ini. Sekarang setelah turnamen liga dan pertandingan Liga Champions sama-sama diselenggarakan di kurun waktu yang sama, tekanan terhadap tim Forest sebagai pelari terdepan di turnamen liga sangatlah tinggi. Dia tidak ingin media terus memberikan tekanan kepada timnya hanya karena masalah ini. Dia memberitahu media, "Rumor ini sama sekali tidak berdasar, itu saja."     

"Tapi manajer Twain, di musim panas 2003, Real Madrid juga bilang kalau mereka sama sekali tidak menghubungi Beckham..."     

"Kalau begitu kau harus bertanya pada presiden Real Madrid, dan jangan datang kemari untuk bertanya padaku." Twain merasa tidak senang. "Kau bisa bertanya pada mereka 'Bukankah Anda pernah berbohong pada publik? Kami punya hak untuk tahu." Dia menirukan nada suara tajam para reporter.      

Seseorang tertawa.      

"Franck Ribery saat ini adalah seorang pemain di Nottingham Forest dan akan tetap begitu di masa depan. Ini sangat sederhana, dan kalian justru membuatnya jadi rumit. Kurasa kita tidak perlu lagi membahas topik ini. Mulai sekarang, kalau kalian bertanya tentang turnamen liga dan Liga Champions, aku akan menjawabnya dengan senang hati. Tapi kalau kalian masih membahas tentang Franck Ribery, aku tidak mau menjawab.'     

"Kami punya hak untuk mengajukan pertanyaan..."     

"Aku juga punya hak untuk menolak menjawabnya," balas Twain.      

Reporter itu memandang dua orang yang duduk di meja – Tony Twain dan George Wood, kombinasi yang paling sulit untuk dihadapi – jadi dia menyerah.      

"Yah, kalau begitu bisakah Anda memberikan informasi tentang situasi terkini saat latihan?" Konferensi pers itu kembali ke jalur yang diinginkan oleh Twain. George Wood duduk di satu sisi dan tidak mengatakan apa-apa. Dia lebih terlihat seperti ornamen hias daripada seorang manusia hidup. Para reporter tahu bahwa tidak ada hal penting yang bisa ditanyakan pada Wood, jadi tidak ada yang mau repot-repot bertanya padanya.      

Saat mereka sedang berjalan keluar usai konferensi pers itu, Wood, yang selama ini tetap diam, bertanya pada Twain, "Apakah Ribery benar-benar akan meninggalkan tim?"     

Twain membeku sejenak dan kemudian tersenyum. "Seharusnya kau bertanya pada Ribery."     

"Aku sudah bertanya padanya dan dia bilang kalau dia jelas takkan pergi kesana."     

"Itulah jawabannya. Kenapa kau masih tanya padaku?" Twain merentangkan tangannya.      

"Tapi bukankah Real Madrid juga bilang kalau mereka tidak menghubungi agen Ribery?"     

"Hey, nak... baiklah... aku tidak ingin dia pergi dan aku yakin dia tidak akan pergi. Kurasa dia tidak ingin pergi ke tempat lain selain ke Nottingham Forest. Apa kau puas dengan jawaban ini, George?"     

George tidak menjawab tapi dia juga tidak lagi bertanya.      

Karena dia juga berpikir bahwa tidak ada tim lain yang lebih baik di dunia ini daripada Nottingham Forest.      

※※※     

Rumor tentang upaya Real Madrid untuk mengontrak Franck Ribery berakhir keesokan harinya.      

Pierce Brosnan mempublikasikan sebuah artikel wawancara dengan Ribery di Nottingham Evening Post, dimana Ribery mengekspresikan kecintaan dan loyalitasnya kepada tim Forest.      

"Aku sangat menyukai tim ini dan sangat senang tinggal di Nottingham. Kurasa tidak ada tim lain yang lebih cocok dengan gaya bermainku selain tim ini. Aku ingin berterima kasih pada Real Madrid atas ketertarikan mereka padaku, meski itu hanya rumor... Bagaimanapun juga, sebuah klub sebesar Real Madrid yang tertarik padaku berarti kemampuanku sudah diakui, tapi aku ingin mengulang kembali bahwa aku tidak akan meninggalkan tempat ini. Aku suka tim ini. Aku suka semua rekan setimku dan para pelatih disini. Kami seperti sebuah keluarga besar. Tentu saja, para penggemar disini adalah yang terbaik yang pernah kulihat. Aku menikmati semuanya dan aku merasa tidak punya alasan untuk pergi dari sini."     

Dengan masih memegang koran di tangannya, Twain tertawa terbahak-bahak. Dia benar-benar senang, dari lubuk hatinya yang terdalam. Dia dan Ribery merasakan hal yang sama. Bagus sekali kalau Ribery suka berada disini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.