Mahakarya Sang Pemenang

Sebelum Badai



Sebelum Badai

0"Selamat datang kembali ke Old Trafford untuk babak kedua pertandingan. Ini adalah putaran terakhir musim Liga Utama Inggris 07-08 dan pemenangnya akan menjadi juara liga. Untuk saat ini, tim tuan rumah, Manchester United mendominasi dan memimpin dengan dua gol. Tim Tony Twain tidak mendapatkan banyak kesempatan di babak pertama. Mengingat Manchester United bermain seperti biasa, keunggulan dua gol ini takkan tergoyahkan..."     
0

Manchester United memang bisa dianggap "bermain seperti biasa". Mereka terus tampil seperti di babak pertama dan menggunakan serangan habis-habisan untuk mempertahankan tekanan konstan di depan gawang tim Forest.      

Nottingham Forest tadinya berusaha melawan balik. Mereka berencana menggunakan serangan untuk meredam serangan lawan dan kembali mengendalikan permainan, seperti yang diperintahkan Twain saat jeda turun minum.      

Tapi, Manchester United hampir saja kembali membobol gawang Forest melalui dua serangan mereka, dan tim Forest kembali tidak efektif. Karena memikirkan tertinggal dua gol, tim Forest merasa cemas kalau selisih gol itu akan bertambah. Mereka masih bisa menghadapi selisih dua gol, tapi bagaimana dengan tiga atau empat gol? Itu akan benar-benar menghancurkan semangat juang mereka.      

Itulah yang mereka pikirkan, dan mereka memang tidak salah, tapi karena rasa takut akan kebobolan lagi, aksi mereka hanya setengah-setengah dan mereka tidak berani bergerak maju, yang tidak jauh berbeda dari kehilangan semangat juang.      

Saat Twain melihat para pemainnya dipaksa mundur ke wilayah mereka sendiri untuk bertahan seperti yang terjadi di babak pertama, dia melompat bangkit, yang mengejutkan Kerslake.      

"Para bajingan itu!" Selain terkejut melihat Twain yang mendadak bangkit, Kerslake mendengar Twain memaki dengan suara keras.      

Setiap area teknis memiliki kotak bergaris putih di bagian depannya, yang menjadi area komando dimana manajer bisa mengarahkan pertandingan. Manajer tidak boleh keluar dari garis batas ini, atau dia akan diperingatkan oleh wasit. Pengulangan pelanggaran yang sama akan mendapatkan hukuman diusir ke tribun penonton.      

Twain melangkah ke atas garis putih dan memandang ke arah lapangan. Karena kedua tim bertukar tempat di babak kedua, tim Forest berada tepat di depan area teknisnya. Dia bisa mengarahkan pertandingan dengan mudah.      

Gareth Bale mendapatkan bola dan mengopernya ke Ribery. Ribery ingin menggiring bolanya ke depan tapi dia diganggu lawan dan bolanya bergulir keluar batas lapangan. Yang membuat Twain merasa kesal adalah, bola itu tidak keluar batas setelah menyentuh pemain Manchester melainkan justru keluar karena pemainnya sendiri.      

Twain mengerutkan kening. Dia belum merasa marah dan masih akan terus mengamati.      

※※※     

Ronaldo menerima lemparan ke dalam dari rekan setimnya dan melakukan kombinasi passing satu-dua dengan Scholes. Lalu dia menggiring bola maju ke depan. Bale berusaha menghentikannya, tapi dia melewatinya dengan kelincahan kaki yang luar biasa, dan Ronaldo sekali lagi masuk ke dalam kotak penalti. Kali ini, George Wood datang menghampirinya untuk menyekop bola Ronaldo dan sekaligus menjatuhkan Ronaldo.      

Suara cemoohan keras terdengar dari tribun, diarahkan ke George Wood yang bebas melakukan "pelanggaran kasar".      

Wasit tidak memenuhi keinginan para fans yang ingin agar tim Forest dihukum dengan tendangan penalti lagi. Dia hanya memberikan isyarat untuk tendangan sudut.      

Baik wasit dan asisten wasit sama-sama menilai dengan bijak. Meski terlihat kasar, George hanya menyekop bolanya. Dia tidak bisa menahan laju tubuhnya dan mengenai Ronaldo, yang juga tidak bisa berhenti tepat waktu – atau mungkin tidak ingin berhenti tepat waktu.      

Meski lawan diberi hadiah tendangan sudut, Twain merasa tidak senang. Karena serangan Manchester United itu menunjukkan adanya masalah di lini pertahanan belakang Forest. Kalau Manchester United terus menyerang mereka, bahkan pertahanan mereka yang tak tertembus pun akan runtuh.      

Tendangan sudut dilakukan dan sundulan Vidic berhasil menyentuh bola tapi tidak berhasil diarahkan ke gawang berkat gangguan dari Pepe.      

Saat van der Sar menundukkan kepala untuk menempatkan bola, Twain mulai berteriak dari pinggir lapangan.      

Dia melepaskan dasinya dan mengambil nafas dalam-dalam sebelum kemudian berteriak ke dalam lapangan. "Gareth Bale! Kalau kau tidak bisa tampil bagus, aku akan menggantimu sekarang juga!"     

Karena tim Forest bersiap untuk mengirimkan bola dari gawang mereka sendiri, stadion Old Trafford sedikit tenang. Suara raungan Twain bisa didengar oleh para pemain di lapangan. Semua pemain Forest, termasuk Bale, menolehkan kepala mereka dan melihat Twain yang mengacungkan lengannya dan meraung marah dari pinggir lapangan.      

"Apa kau sudah lupa apa yang kukatakan saat jeda turun minum? Kenapa kau mengkerut di belakang seperti kura-kura?! Apa kau tidak mau jadi juara? Kau mau menyesal belakangan? Tekan terus! Aku tak peduli metode apa yang kaugunakan. Aku tidak mau melihat kita didorong mundur dan bermain di depan gawang kita lagi! Apa kalian tidak malu?!"     

Satu-satunya hal yang tidak bisa dilakukan Twain adalah bergegas masuk ke lapangan untuk menarik leher kaus mereka dan mengguncangnya. Dia ingin meraung marah di telinga mereka dengan mulut terbuka lebar untuk melontarkan semua kata-kata kotor dan air ludahnya.      

"Kedua sayap sebaiknya memikirkan cara untuk maju ke depan; jangan mengkerut di belakang! George! Lebih ganas di lini tengah, lebih keras lagi, jangan biarkan Manchester United mengontrol lini tengah dengan mudah. Apa tugasmu? Milik siapa wilayah lini tengah itu?! Apa yang kau lakukan? Kau George Wood! Bukan Wood yang lembek! Kau sebaiknya bermain lebih keras lagi, lebih kasar lagi ke**rat! Kau itu inti lini tengah! Inti itu yang paling penting!"     

Di tengah suara raungan dan hinaan itu, Twain mengayunkan lengannya di pinggir lapangan, mendorong para pemainnya agar bergerak maju dan tidak mempedulikan serangan Manchester United. Kalau mereka takut serangan lawan akan menjadi gol, maka mereka akan terus mengerut di lini belakang hingga pertandingan usai. Manchester United pasti merasa senang melihat situasi ini. MU unggul dua gol, tapi Nottingham Forest tidak bisa menerimanya dan harus menemukan cara untuk mengubah situasi. Tim Forest harus mengambil resiko. Mereka tidak boleh selalu merasa cemas akan kebobolan gol dan takut untuk beraksi. Mustahil mereka bisa mendapatkan hasil apa-apa kalau mereka tidak bersedia mengeluarkan upaya untuk itu.      

※※※     

Raungan Twain di pinggir lapangan menangkap perhatian semua orang. "Citra dirinya yang bersinar" tersebar ke seluruh Inggris dan seluruh dunia melalui siaran langsung di televisi.      

Perhatian Ferguson juga teralihkan oleh kemarahan mendadak Twain. Dia menoleh dan melihat Twain masih meraung marah tanpa jeda. Kelihatannya dia sudah terpojok.      

Kalau Twain kehilangan ketenangannya, itu akan menjadi peluang bagi Manchester United. Saat Manchester United bisa memanfaatkan celah dan mencetak gol lagi, pertandingan sudah bisa dinyatakan usai. Tak peduli bagaimana Twain mengamuk, hasilnya takkan berubah.      

※※※      

Ledakan kemarahan Tony Twain tadi membuahkan hasil. Nottingham Forest kembali menyerang dan tidak lagi takut terhadap serangan gencar Manchester United. Kelihatannya mereka sudah membuang rasa takut akan kebobolan lagi.      

Serangan balik itu dimulai di lini tengah. George Wood merebut bola dari bawah kaki Scholes. Carrick ingin bergerak maju dan melakukan tekel tapi dia menabrak dinding yang kokoh. George Wood bersandar ke belakang untuk menghalangi lawan menyentuh bola dan segera mengopernya ke van der Vaart.      

Saat van der Vaart menggiring bola, O'Shea ingin merebutnya. Tujuan Manchester United adalah tidak membiarkan tim Forest melewati lini tengah dengan mudah. Kalau tim Forest bisa dipaksa melakukan serangan menggunakan umpan panjang, tekanan di lini pertahanan Manchester United akan jauh lebih ringan.      

Van der Vaart tidak ingin bertarung melawan O'Shea. Dia berbalik dan mengoper bolanya ke Beckham. Setelah Beckham mendapatkan bola, dia segera mengirimkan umpan silang panjang ke Ribery yang berada di sayap kiri lapangan.      

Baik itu van der Vaart, George Wood, Rafinha, ataupun Gareth Bale, mereka semua sudah bertekad untuk memasuki wilayah Manchester United.      

Dibandingkan dengan tim Nottingham Forest yang takut kebobolan gol, mereka tampak seperti tim yang berbeda.      

Menghadapi banyak titik serang sekaligus, Manchester United tiba-tiba saja tidak tahu bagaimana harus mengatasinya. Mereka telah menghancurkan Nottingham Forest di sepanjang pertandingan, sampai-sampai mereka lupa betapa ganasnya Nottingham Forest sebenarnya.      

Ribery menggiring bola di sayap dan tiba-tiba saja memotong ke dalam. Dia mengoper bola ke van der Vaart, yang mengikutinya, setelah bek Manchester United bergegas maju untuk menghadangnya.      

Van Nistelrooy dan Arshavin menunggu di kotak penalti lawan, bersiap untuk menerima umpan langsung van der Vaart.      

Tapi, van der Vaart memilih untuk melakukan tembakan panjang. Dia memasuki sebuah celah dan tiba-tiba saja mengayunkan kakinya untuk melakukan tembakan panjang. Bola bergulir cepat di atas rumput lapangan ke arah gawang Manchester United. Ben Foster berusaha menghadangnya tapi tidak berhasil menyentuh bola. Sayangnya, bola itu tidak bergulir masuk ke dalam gawang melainkan menyerempet tiang gawang lalu keluar dari garis lapangan.      

Serangan barusan membuat jantung para fans Manchester United melompat ke tenggorokan mereka.      

Beruntung bagi mereka, Nottingham Forest tidak berhasil mencetak gol, yang memberikan peluang bagi mereka untuk kembali menekan tim Forest, tapi kalau mereka berpikir seperti itu, maka mereka salah besar.      

Giliran Manchester United untuk menyerang dan serangan mereka terpotong di lini tengah. Lini tengah tim Forest tiba-tiba saja sulit untuk dilewati, membuat Manchester United terkejut.      

Bukan berarti tim Forest tidak tangguh, hanya saja saat mereka didorong mundur oleh Manchester United hingga ke depan kotak penalti, karenanya sulit bagi mereka untuk mengirimkan bola keluar dari wilayah mereka. Mereka harus menghadapi gelombang serangan Manchester United yang bertubi-tubi.      

Sekarang semuanya berbeda. Lini tengah tim Forest meluncurkan sebuah serangan ganas di dekat lingkaran tengah. Mendorong maju serangan itu sejauh dua puluh meter memberikan hasil yang tak boleh diremehkan. Perubahan kecil ini tiba-tiba saja membuat tim Forest mengalami perubahan situasi yang drastis. Lokasi dimana bola mereka direbut lawan lebih dekat dengan zona tiga puluh meter Manchester United dan tingkat kesuksesan serangan mereka mulai meningkat. Manchester United segera merasakan tekanan yang diakibatkan oleh perubahan itu.      

Setelah tembakan panjang van der Vaart, Ribery mengikuti contohnya dan melakukan tembakan panjang. Kali ini bolanya membentur tiang gawang dan menghasilkan tendangan sudut.      

Saat Twain melihat serangan timnya mulai meningkat, dia tidak membalikkan badan dan duduk tenang di area teknis. Dia masih terus memberikan isyarat dari pinggir lapangan untuk mengarahkan permainan. Periode ini adalah periode yang paling kritis. Tim Forest memanfaatkan ledakan energi mereka untuk menyerang. Kalau Manchester United memutuskan untuk tetap bertahan dan diam-diam bergerak mundur dari situasi yang tidak menguntungkan ini, maka selisih dua gol itu akan menjadi halangan yang sulit untuk diatasi.      

Oleh karena itu, mereka harus mencetak gol apapun yang terjadi. Dia tidak peduli apa yang harus dilakukan oleh para pemainnya di lapangan, baik itu melakukan diving untuk mendapatkan tendangan penalti atau mencetak gol tanpa trik, hasil yang dia inginkan adalah gol!     

Dia meraung di pinggir lapangan seperti orang gila, "Cetak gol! Aku ingin gol!" dia sama sekali tidak mempedulikan statusnya. Dia tampak lebih gelisah daripada fans Nottingham Forest yang paling setia di tribun penonton.      

Dia sudah melemparkan dasinya ke lapangan. Kerah bajunya terbuka lebar dan keringat di dadanya berkilat terkena sinar matahari sore. Rambut hitamnya tampak berantakan akibat sering digaruk. Dengan bahasa tubuh yang sangat berlebihan, bagaimana mungkin dia bisa tampak seperti seorang manajer? Dia lebih terlihat seperti seorang penjudi, yang tak sabar untuk menang.      

※※※     

Ronaldo berusaha mendapatkan bola dengan menggunakan kekuatannya sendiri sehingga Manchester United bisa kembali menguasai permainan. Dia mengangkat tangannya untuk meminta bola. Saat Hargreaves mengoper bola ke arahnya, bola itu direbut oleh George Wood, yang berlari dari belakangnya. Dia sama sekali tidak mengira kalau George Wood sangat cepat!     

Semakin sering Wood menggunakan aksinya ini untuk mendapatkan bola, semakin sederhana semuanya berjalan. Tidak ada rahasia dibaliknya. Dia hanya mengandalkan kualitas fisiknya yang sangat kuat dan memaksimalkan gerak khasnya – kemampuan lari yang cepat!     

Wood tidak terburu-buru mengoper bola setelah dia berhasil merebutnya. Meski van der Vaart adalah playmaker tim saat ini, dia memiliki kewajiban untuk berbagi tugas dengan van der Vaart.      

Dia memutuskan untuk melakukannya sendiri.      

Ronaldo langsung berusaha mengganggunya dari belakang dan berusaha untuk merebut kembali bolanya. Sebagai pemain bertahan, kemampuan Wood dalam melindungi bolanya sudah kelas atas. Kalau Ronaldo ingin mentekel bola dari belakang tanpa melakukan pelanggaran, dia jelas takkan bisa melakukannya, khususnya saat Wood sudah bertekad untuk melindungi bola.      

Wood segera mengamati situasi dengan cepat sambil melindungi bola dan tiba-tiba saja melesat maju ke depan.      

Aksinya ini dilakukan dengan mendadak. Dia melihat adanya celah di antara dua pemain Manchester United yang masih belum berkoordinasi dan bergerak menerobos kesana. Dia baru bisa dihentikan oleh O'Shea dengan pelanggaran pada jarak 28 m dari gawang. George Wood mendapatkan tendangan bebas untuk tim Forest.      

Gareth Bale berlari maju ke depan untuk mengeksekusi tendangan itu karena dia adalah pengeksekusi tendangan bebas nomer satu di tim.      

Bale memandang ke arah tribun merah Old Trafford yang ada di sekeliling mereka. Bagaimana mungkin David bisa menghadapi ini? Sejauh ini, Beckham tetap diam, tanpa ada senyum di wajahnya.      

Dia berpikir sebaiknya tidak mengganggu Beckham dengan hal canggung semacam ini.      

Dia membungkuk untuk mengambil bola dan berjalan ke tempat dimana O'Shea melakukan pelanggaran. Dia baru akan meletakkan bolanya saat ada tangan yang menyentuh bola itu.      

"Biarkan aku yang melakukannya," kata Beckham sambil sedikit tersenyum pada Bale. "Aku tahu kau penendang pertama, tapi... kurasa untuk hari ini, bisakah kau membiarkanku mengeksekusi semua tendangan bebas di lini depan? Boleh kan?"     

Dia berbicara dengan sangat tulus dan tanpa ada kesombongan sama sekali. Bagaimana mungkin Bale bisa menolaknya?     

Dia memberikan bola itu kepada Beckham dan bergerak mundur.      

Saat komentator televisi melihat adegan ini dari atas, dia tampak bersemangat. "Ini adalah adegan yang sangat menarik! Kita telah menunggu di sepanjang pertandingan dan akhirnya tendangan bebas pertama untuk Nottingham Forest akan dilakukan. Kelihatannya pemain yang akan mengeksekusi tendangan ini adalah... David Beckham!"     

Untuk pertama kalinya di Old Trafford, tribun penonton terpecah menjadi dua kubu. Yang satu selalu menyerang Judas itu, sementara kubu yang lain merasa ragu apakah mereka akan tetap diam atau memberikan tepuk tangan bagi Beckham, yang kembali ke Old Trafford.      

"Aku tidak menyuruhnya melakukan itu." Twain akhirnya menghentikan aksinya yang gila untuk menjelaskan kepada orang-orang di sekelilingnya.      

Ferguson duduk di kursinya, memandang pria yang ada di lapangan – yang dulu adalah murid kebanggaannya – dengan muram.      

Beckham meletakkan bola. Dinding manusia Manchester United sudah dibentuk dan sama sekali tidak berani mengendurkan kewaspadaan mereka. Ada lima orang yang berbaris di hadapannya, siap untuk menghalangi tendangannya.      

Wasit meniup peluit. Tanpa gerakan ekstra, Beckham berlari dan mengangkat kakinya untuk menembak.      

Bola itu mengenai dinding manusia, dan suara sorakan dan desahan panjang sama-sama terdengar dari tribun stadion.      

Wasit meniup peluitnya.      

"Dinding manusia bergerak terlalu awal dan tendangan bebas harus dilakukan lagi!"     

Beckham kembali meletakkan bolanya dan berlari untuk menendang.      

Kali ini, bola itu berhasil melewati dinding manusia. Tapi, saat bolanya melesat melewati dinding manusia, Ronaldo melompat dan menyundul bola, membuatnya berakhir diatas gawang dan tidak berhasil menembus gawang yang dijaga oleh Ben Foster.      

Suara cemoohan di tribun terdengar semakin keras. Mereka mungkin mengejek dua tendangan bebas Beckham yang gagal menjadi gol.      

"Kelihatannya David tidak bisa tampil lepas di depan gawang bekas klubnya."     

Van Nistelrooy berlari maju dan meletakkan tangannya ke kepala Beckham. "David, apa kau baik-baik saja?"     

"Apa ada yang salah denganku?" balas Beckham bertanya.      

"Kalau begitu dua tendanganmu..."     

Beckham tersenyum. "Siapa yang bisa menjamin tendanganku akan selalu masuk ke gawang setiap kali kita mendapatkan tendangan bebas?"     

Van Nistelrooy berpikir kalau ucapan Beckham memang benar, dan itulah yang sebenarnya terjadi. "Err... kupikir karena kau menghadapi... Manchester United, kau merasa..." Dia tidak bisa melanjutkan.      

"Ini benar-benar perasaan yang luar biasa..." lanjut Beckham. "Aku tidak pernah punya kesempatan untuk bermain melawan Manchester United saat aku masih berada di Real Madrid. Aku sama sekali tidak menduga bahwa saat aku pindah kemari, aku akan menghadapi Manchester United dan Real Madrid. Apa kau khawatir aku tidak bisa melepaskan diri dari semua itu?"     

Van Nistelrooy tidak mengangguk maupun menggelengkan kepalanya, tapi dia mengiyakan dalam hati.      

"Aku suka Manchester United. Aku sangat menyukainya. Mungkin beberapa orang tidak akan mempercayainya saat aku mengatakan ini, tapi aku benar-benar menyukai Manchester United. Merekalah yang mengajariku dan membuatku menjadi seorang pemain bintang," kata Beckham sungguh-sungguh. "Tapi itu tidak ada hubungannya dengan pertandingan hari ini. Kalau nanti ada tendangan bebas lagi, kurasa... aku akan berusaha yang terbaik untuk memanfaatkan kesempatan itu."     

Dia menepuk kepala van Nistelrooy dan berbalik untuk berlari mundur.      

Van Nistelrooy memandangi punggungnya sambil merenung.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.