Mahakarya Sang Pemenang

Masa Depan yang Baru



Masa Depan yang Baru

0"Dalam sebuah wawancara dengan media pagi ini, juru bicara berita UEFA William Gaillard menyatakan bahwa tindakan Tony Twain sebagai manajer Nottingham Forest setelah menerima medali sangatlah tidak pantas dan tidak sesuai dengan suasana saat itu. Sebelumnya, Tony Twain telah mengekspresikan pemahaman atas tindakan yang dilakukannya usai pertandingan itu. Dia percaya bahwa medali itu adalah miliknya karena telah diberikan kepadanya. Dan karenanya, apa pun yang dia lakukan dengan medali itu adalah sebuah aksi pribadi yang tidak ada hubungannya dengan UEFA. Tn. Gaillard menyayangkan ini karena dia percaya bahwa medali itu adalah lambang kejayaan dan tidaklah pantas untuk diberikan secara spontan kepada orang lain. Dia berharap manajer Twain bisa menjadi tokoh panutan positif bagi para pemainnya..."     
0

"Per**tan dengan panutan!" Tang En memaki dengan marah sambil mematikan televisi. "Aku lebih berharap mereka bisa menjadi panutan positif bagi kancah sepakbola Eropa!"     

Edward Doughty, yang sedang duduk dibalik meja ketua klub, melambaikan selembar kertas di tangannya. "Ini adalah faks dari UEFA. Ini denda untuk "evaluasi tak pantas terhadap wasit yang bertugas dalam pertandingan. 80 ribu pounds. Tony, kau mungkin manajer yang paling sering didenda..."     

Tang En berjalan mondar mandir di dalam ruangan, tampak gelisah. "Kau tidak bisa menyalahkanku... Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Dan kebenaran biasanya menggema dengan keras."     

"Bagaimana dengan bukti? Kau tidak punya bukti. Mourinho bisa saja mengatakan bahwa para pemainnya melihat ofisial Barcelona memasuki ruang istirahat wasit... tapi apa yang kaulihat?" Edward mengatakan ini dengan tenang.     

Tony terdiam. Memang benar dia tidak punya bukti apa-apa. Kata-katanya lebih terdengar seperti keluhan dari pihak yang kalah dan keseganannya untuk menerima hasil pertandingan.     

"Tony. Aku bisa memahami tindakanmu. Kalau aku adalah kau, aku mungkin melakukan hal yang sama... mungkin. Kau tidak boleh selalu menganggap pelampiasan itu adalah demi dirimu sendiri. Tindakanmu membuat Allan berada dalam posisi yang sangat sulit." Edward memandang sekilas pada Allan Adams, yang sedang duduk di sofa dan menghadap ke arahnya.     

Tang En berhenti mondar mandir dan menatap manajer marketing klub yang duduk diam di sofa.     

Setelah apa yang terjadi, Tang En tahu kalau Allan pasti punya pendapat tentang dirinya. Bagaimanapun juga, pekerjaan Allan ada hubungannya dengan melindungi dan membentuk imej baru Forest. Tindakan Tang En selama upacara penyerahan medali di final Liga Champions telah menghancurkan imej yang dibangun Allan dengan susah payah... Kalau hal yang sama terjadi pada Tang En, dia pasti akan merasa sangat tidak senang.     

Tapi ini bukan saatnya untuk bertengkar antara satu sama lain. Selain itu, mereka berada di sisi yang sama. Dia tidak perlu bersikap emosional dengan orang-orangnya sendiri; dia merasa marah pada UEFA, bukan pada orang-orang di Nottingham Forest.     

"Erm... Aku benar-benar menyesal, Allan. Aku sama sekali tidak berpikir saat itu." Dia menggaruk kepalanya. "Kau tahu, aku sedikit impulsif... Aku sudah berusaha keras untuk menahan diri, tapi kadang-kadang aku masih tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Maafkan aku."     

Allan berdiri dan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Jangan terlalu cemas, Tony. Kau memang membuatku berada dalam kesulitan, tapi... Pekerjaanku adalah mengatasi semua kesulitan itu. Tanpa itu, aku mungkin tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tidak keberatan." Dia menghampiri Tang En dan menepuk bahunya. "Lain kali kau mencapai babak final.."     

Tang En melanjutkan kalimatnya. "Aku tidak akan memberikan medali emas itu sembarangan."     

Allan tertegun sesaat, lalu tertawa terbahak-bahak, setelah menyadari apa yang baru saja dikatakan Tang En.     

"Kau bisa memberikannya padaku." Dia mengedipkan sebelah mata pada Tang En.     

"Jangan harap."     

"Tony, tagihan ini... aturannya masih sama; klub akan membayarnya untukmu. Ingat, lain kali berpikirlah sebelum kau bicara dengan gegabah." Edward Doughty mengangkat kertas yang dipegangnya dan menunjuk ke pelipisnya sendiri.     

Tony mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Aku tahu... Aku sudah mengintrospeksi diriku sendiri."     

"Di kamar hotel?" tanya Edward sambil memandang Tang En.     

"Aku berani jamin, Edward." Tatapan Tang En terarah melewati Edward Doughty yang duduk di dekat jendela, memandang langit yang berwarna biru cerah. "Kita akan memiliki awal yang baru."     

※※※     

Satu hari setelah UEFA mengumumkan hukuman mereka untuk Tony, Nottingham Forest secara resmi mengadakan konferensi pers dan mengumumkan perpanjangan kontrak dengan manajer yang telah berjasa bagi tim, Tony Twain.     

Sebagai tokoh yang tidak asing di kalangan media, konferensi pers perpanjangan kontrak Tang En dihadiri banyak sekali reporter dari berbagai tempat.     

Konferensi pers itu juga sedikit berbeda dari biasanya; kedua belah pihak akan hadir dan menandatangani kontrak secara langsung dengan disaksikan oleh banyak reporter. Ini berbeda dari konferensi pers yang biasanya hanya memberikan pengumuman saja sementara kontrak yang asli telah ditandatangani sebelumnya.     

Beberapa grup media menganggap bahwa pengumuman perpanjangan kontrak ini adalah semacam protes terhadap hukuman yang diberikan UEFA kepada Tony. Namun, hal ini dibantah Nottingham Forest. Bagaimanapun juga, kontrak awal Tang En dengan klub berdurasi tiga tahun. Kontrak itu akan berakhir tahun ini, jadi sangatlah normal jika klub mengumumkan perpanjangan kontrak itu sekarang. Hukuman UEFA dan dukungan klub Nottingham Forest yang terjadi bersamaan? Semua itu hanya kebetulan.     

Para reporter terdiam saat dua tokoh utama, Edward Doughty dan Tony Twain, muncul di konferensi.     

"Ini adalah sebuah kontrak yang telah kami persiapkan sejak lama, dengan semua aspek sangat memuaskan bagi manajer Twain." Edward Doughty langsung bicara ke pokok permasalahan yang menjadi topik utama konferensi. "Sebelum babak final Liga Champions, kami sudah memutuskan untuk memberikan kontrak baru bagi manajer Tony, terlepas dari hasil pertandingan." Ucapannya ini menjawab keraguan media terkait timing pengumuman perpanjangan kontrak ini; ini tidak ada hubungannya dengan hukuman yang diberikan UEFA dan merupakan sesuatu yang telah diputuskan sejak lama.     

"Klub merasa sangat senang karena manajer Tony bersedia menerima kontrak ini. Bagaimanapun juga, dari mulai pekerja biasa di lapangan hingga saya sendiri, semua orang merasa bahwa manajer Tony Twain adalah kandidat yang paling sesuai untuk memimpin tim ini. Dia telah memberikan hidup baru bagi tim kuno ini, membuat mereka bisa kembali merasakan kejayaan. Dia adalah kebanggaan kota ini."     

Tang En duduk disampingnya, mendengarkan dalam diam saat Edward menghujaninya dengan pujian. Dia bahkan tidak tersipu malu.     

"Seperti yang telah saya katakan, tidak ada orang lain yang lebih cocok untuk memimpin Nottingham Forest. Jadi, klub telah memberinya kontrak dengan durasi delapan tahun."     

Pernyataannya ini memicu gelombang keributan di tempat konferensi. Tidak ada yang menduga kalau Nottingham Forest akan memberikan kontrak berjangka panjang. Delapan tahun; kontrak itu baru akan habis masa berlakunya pada tahun 2014! Meski posisi manajer dikenal sebagai profesi dengan durasi panjang – mengelola tim yang sama selama lebih dari 20 tahun bukanlah hal yang aneh di kancah persepakbolaan Inggris – tapi sepertinya keputusan ini dibuat dengan tergesa-gesa. Disaat semua orang lebih memprioritaskan benefit yang diperoleh, loyalitas sudah lama ditinggalkan. Sebuah kontrak selama delapan tahun. Apa klub Nottingham Forest memang benar-benar sangat mempercayai Twain?     

Di tengah keributan itu, Tang En bangkit berdiri. Semua orang segera terdiam dan menunggunya mengatakan sesuatu.     

"Pertama-tama aku ingin mengucapkan terima kasih atas kepercayaan ketua klub padaku. Aku mencintai tim ini dan klub ini. Aku sama sekali tidak bisa memikirkan tempat lain yang bisa kutuju kalau aku meninggalkan tempat ini. Seandainya memang memungkinkan, aku berharap aku bisa menandatangani kontrak dengan Tn. Ketua selama delapan tahun lagi usai kontrak ini habis, dan delapan tahun lagi setelah kontrak itu habis. Terus seperti itu hingga aku sudah terlalu tua untuk bekerja. Itulah yang kuharapkan."     

Dalam konferensi pers ini, yang diadakan untuk mengumumkan perpanjangan kontrak, Tang En tidak menggunakan nada suara yang proaktif dan ekspresi acuh tak acuh yang biasa dia tunjukkan. Dia terlihat sangat kaku dan tegas, memakai jas hitam dengan dasi merah yang melambangkan Forest. Sangatlah jarang melihat Tang En berpakaian sangat formal seperti hari ini.     

"Aku akan merasa sangat terhormat jika bisa mendedikasikan seluruh karir manajemenku untuk tim sepakbola yang hebat ini."     

Para reporter yang hadir biasanya tidak mendengar Tang En mengatakan hal-hal semacam ini; saat berhadapan dengan para reporter, Tang En biasanya takkan merasa puas kalau dia tidak mengejek mereka meski hanya sedikit. Melihatnya berpakaian sangat formal dan mengatakan hal-hal yang menyentuh hati semacam ini, para reporter merasa sedikit aneh.     

Setelah mengatakan itu, Tang En kembali duduk di samping Edward Doughty dibawah sorotan lampu kamera. Mereka membuka kontrak dan menundukkan kepala saat menandatanganinya.     

Nantinya, reporter terkenal dan penulis biografi, Pierce Brosnan, menuliskan ini di dalam otobiografinya: ".... Saat itu, aku telah menulis di surat kabar bahwa peristiwa ini, di masa depan nanti, akan menjadi sebuah momen untuk kembali diingat di sepanjang sejarah Forest. Saat orang-orang membicarakan tentang hari bersejarah ini, mereka akan mengatakan bahwa hari dimana Nottingham Forest dan Tony Twain memperpanjang kontrak delapan tahun itu mirip seperti penandatanganan kontrak Liverpool dengan Bill Shankly; itu adalah perpanjangan kontrak yang bagus. Selama periode itu, aku diejek oleh beberapa orang yang mengatakan bahwa aku pasti sudah gila karena membandingkan seorang pria hebat dengan seorang badut... Waktu akhirnya membuktikan bahwa aku benar."     

Setelah membubuhkan tanda tangan mereka, kedua pria itu berdiri dan saling berjabat tangan di hadapan media.     

"Sebuah berita yang telah membuat kesal banyak manajer tim EPL adalah Tony Twain telah memperpanjang kontraknya dengan Nottingham Forest selama delapan tahun. Dia akan berjuang bersama timnya untuk delapan tahun ke depan." Inilah bagaimana perpanjangan kontrak itu dilaporkan dalam berita olahraga malam di stasiun BBC5.     

※※※     

"Manajer tim nasional Inggris, Sven Goran Eriksson, menyerahkan daftar timnya ke FIFA pagi ini. Ada yang istimewa di daftar ini, seorang kandidat yang mengejutkan tapi sekaligus juga tidak mengejutkan telah dipilih untuk tim nasional. Kapten Nottingham Forest, George Wood, telah dimasukkan ke dalam daftar tim dan akan ikut dibawa serta ke Jerman. Sebelum ini, George Wood belum pernah terpilih untuk bermain dalam tim nasional. Meski penampilannya di dalam klub terbilang bagus, dia belum pernah bermain satu menit pun mewakili tim nasional."      

"Dua pemain Nottingham Forest telah terpilih untuk bermain di tim nasional Inggris. Mereka adalah pemain sayap kanan, Ashley Young, dan gelandang bertahan, George Wood. Tadinya, Freddy Eastwood juga muncul di daftar ini, tapi dia telah menolak panggilan dari Football Association Inggris. Dia memilih untuk bermain mewakili Wales karena kakeknya lahir di sana."     

Tidak ada lagi berita tentang Tang En di televisi. Fokus semua orang kini beralih ke Piala Dunia. The Three Lions sekali lagi akan memulai perjalanannya, membawa harapan para penduduk Inggris. Media telah menyatakan bahwa tim Eriksson adalah tim nasional Inggris terkuat dalam 30 tahun terakhir. Tentu saja, mereka juga mengatakan hal yang sama empat tahun yang lalu sebelum Piala Dunia FIFA 2002 di Korea/Jepang.     

Wood sedang menonton berita ini di rumah saat dia menerima panggilan telepon dari Tony Twain yang memberinya ucapan selamat.     

"Nak, selamat. Sekarang kau sudah resmi menjadi anggota tim nasional Inggris!"     

"Terima kasih." Jawaban Wood sedikit mengejutkan Tang En. Nada suaranya terdengar sangat tenang, tanpa rasa senang atau gembira.     

"Kelihatannya kau tidak senang. Kenapa? Ini adalah sesuatu yang bahkan tidak pernah kau bayangkan saat kau memutuskan untuk menjadi pemain sepakbola."     

"Apa aku seharusnya merasa senang?" Wood balik bertanya.     

"Erm.. biasanya...ya. Mereka yang terpilih untuk pertama kalinya sebagai anggota tim nasional akan memperlakukan hari ini sebagai hari terpenting dalam hidup mereka. Setidaknya, mereka mengatakan itu dalam otobiografi mereka."     

"Apa aku akan menjadi pemain inti?"     

"Kau harus bertanya pada Eriksson soal itu." kata Tang En mengangkat bahunya. "Apa yang kukatakan tidaklah penting. Dialah yang menjadi manajer tim nasional. Tapi... apa kau mau mendengar saranku, George?"     

"Ya."     

"Terlepas dari apakah kau pemain inti atau bukan, itu bukanlah hal yang perlu kau khawatirkan. Kau hanya perlu berlatih keras, itu saja. Kalau kau punya kesempatan untuk diturunkan, jangan memikirkan hal lain selain tampil dengan baik. Ingat, jangan terlalu memikirkan apakah kau akan menjadi pemain inti atau bukan. Apa kau ingat situasinya saat kau pertama kali mewakili Tim Pertama Forest di sebuah pertandingan resmi?"     

"Aku ingat."     

"Sama seperti itu."     

Wood terdiam sejenak.     

Tang En tiba-tiba saja ingat alasan lain yang mungkin bisa menjelaskan kenapa Wood tidak terlihat senang. "Hey, kau tidak sedang merajuk karena final Liga Champions, kan?"     

Tak ada respon mengisyaratkan Wood yang seolah mengiyakan dalam diam.     

"Pertandingan sepakbola memang seperti itu. Tidak ada tim yang selalu menang dan selalu ada saat-saat kekalahan.... Apa kau masih ingat apa yang kukatakan padamu di ruang ganti saat kau mengacaukan pertandingan tim pemuda dan ingin keluar dari tim?"     

Wood berpikir sejenak dan mengangguk. "Aku masih ingat."     

"Kalau kau kalah disini, kau bisa memenangkannya lagi disana. Kalau kau kalah dalam pertandingan kali ini, kau bisa memenangkannya di pertandingan berikutnya. Kalau kau tidak ingin menyerah, maka bekerja keraslah agar kau bisa merebutnya lagi di masa depan."     

"Aku tahu."     

"Dan nasihat terakhirku: tak peduli kapan, ingatlah kalau kau berasal dari Nottingham Forest; jangan membuatku malu."     

Setelah mengakhiri panggilan teleponnya dengan Tang En, ibu Wood melangkah memasuki ruangan.     

"Tony menghubungimu?"     

Wood mengangguk dan meletakkan ponselnya ke atas meja.     

"Aku sama sekali tidak menyangka..." Sophia berdiri di ambang pintu, mengamati putranya dengan kepala dimiringkan, "kalau suatu hari nanti George-ku akan menjadi seorang pemain sepakbola di tim nasional Inggris."     

Wood memalingkan kepalanya untuk memandang keluar jendela, merasa sedikit malu mendengar ucapan ibunya.     

Dia merasakan sepasang tangan melingkari pinggangnya dengan lembut, kening ibunya menempel ke punggungnya.     

"Punggungmu jadi sangat lebar... George sudah tumbuh dewasa dan sekarang dia bisa tersipu malu."     

"Bu..."     

"Tak peduli dimanapun kau berada, George, kau harus terus bekerja keras."     

"Ya."     

※※※     

"Hey, Dunn. Kita perlu mengubah rencana perjalanan kita." Setelah menyelesaikan panggilan teleponnya dengan Wood, Tang En turun ke bawah untuk mencari Dunn.     

"Apa kita pulang dulu ke Cina?"     

Tang En mengangguk. "Kita akan sangat sibuk setelah Piala Dunia berakhir. Aku tidak memikirkan tentang itu sebelumnya. Kita bisa kembali ke Cina dulu, lalu langsung menuju Jerman dari sana."     

"Kapan kita pergi?"     

"Mungkin dalam beberapa hari. Aku harus menyelesaikan beberapa hal dulu."     

Dunn mengangguk paham.     

"Beberapa hal" yang harus diurus Tang En juga terkait dengan Piala Dunia.     

Tadinya, seperti biasa, dia diminta untuk menuliskan komentar sepakbola untuk Nottingham Evening Post selama Piala Dunia.     

Namun, karena dia telah berhasil "meramalkan" peristiwa besar kemenangan tim Yunani di Kejuaraan Eropa UEFA, dia telah menarik perhatian grup media yang lebih besar untuk periode Piala Dunia.     

BBC berharap bisa menandatangani kontrak jangka pendek dengan Tang En untuk berperan sebagai komentator tamu di pertandingan-pertandingan yang akan mereka siarkan selama Piala Dunia. Tang En sangat menyukai pekerjaan semacam itu. Dulu, saat dia masih menonton sepakbola, dia seringkali mencaci komentator semacam ini karena mereka penuh omong kosong. Mereka sama sekali tidak tahu apa-apa kecuali mengulangi kata-kata orang lain atau mencocokkan para pemain dengan "monolog batin" mereka sendiri. Kalau dia ada disana, dia yakin dia bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik daripada orang-orang yang mengaku profesional itu. Sekarang, dia akan bisa mengalami sendiri perasaan menjadi seorang komentator tamu.     

Karena dia dipekerjakan, tentu saja dia akan dibayar. Tapi Tang En tidak terlalu peduli dengan uangnya. Setelah menandatangani perpanjangan kontrak dengan klub, pendapatan tahunannya kini mencapai 2.7 juta pounds. Meski angka numerik itu tidak bisa dibandingkan dengan lima gaji tertinggi manajer EPL, jumlah itu sangatlah banyak baginya, yang bertransmigrasi dari Cina ke Inggris. Jangankan orang Cina, banyak orang Inggris sendiri tidak memiliki pendapatan yang bisa mendekati gaji tahunan Tang En di sepanjang hidup mereka.     

Pada awalnya, dia tetap bersedia melakukan pekerjaan itu meski BBC tidak membayarnya. Tapi, dia menghadapi kritik dari Shania setelah dia menyinggungnya.     

Pendapat Shania adalah Tang En seharusnya menaikkan tawaran mereka dan tidak langsung menerimanya. Alasannya terkait dengan status Tang En saat ini sebagai manajer yang cukup dikenal. Meski Tang En bisa mengatakan kalau dia tidak peduli dengan uangnya, gaji itu terhubung langsung pada status dan posisinya. Kalau upahnya rendah, itu artinya pihak lain tidak menghargaimu. Semakin tinggi upah yang mereka tawarkan, semakin tinggi pula posisinya di mata mereka. Hal ini sama seperti model yang bekerja di sebuah fashion show. Fee untuk menyewa supermodel internasional harus jauh lebih tinggi daripada menyewa model pemula yang baru bergabung dalam industri ini.     

Tang En bisa menerima alasan yang dikemukakan Shania. Bagaimanapun juga, saat ini dia adalah seorang manajer yang telah berhasil memimpin timnya ke final Liga Champions. Dia bukanlah seseorang yang bisa diabaikan begitu saja.     

Karena itu, pekerjaan utamanya belakangan ini adalah membahas detil kontrak itu dengan personalia dari BBC.     

Dengan kemurahan hatinya, Shania menawarkan agennya untuk membantu Tang En melakukan diskusi itu. Tapi, Tang En menolaknya dengan halus. Dia tidak ingin dirinya diwakili oleh agen, meski yang bersifat sementara sekalipun.     

Setelah apa yang terjadi dengan George Wood, dia tidak tertarik dengan agen. Meski dia tidak punya pendapat buruk tentang agen Shania, dia tidak ingin melibatkan dirinya dengan seorang agen.     

Negosiasi berjalan dengan lancar. BBC cukup murah hati dalam memberikan gaji dan Tang En tidak mempersulit mereka. Kedua pihak segera menandatangani kontrak. Setelah itu, BBC mengumumkan kemunculan manajer Tony Twain yang terkenal sebagai komentator tamu di segmen komentar langsung selama Piala Dunia.     

Meski Tang En kalah di final Liga Champions, kelihatannya dia justru mendapatkan banyak hal... sebuah kontrak baru dengan klub yang menunjukkan kepercayaan dan dukungan pada dirinya, sebuah kontrak dengan stasiun TV yang mengindikasikan peningkatan ketenaran yang signifikan, dan George Wood, bocah yang ditemukan dan dibimbingnya, kini menjadi salah satu dari 23 pemain di tim nasional Inggris. Dari sudut pandang lain, semua ini membuktikan kemampuannya dalam hal menilai dan melatih pemain.      

Rasa sakit dan putus asa dari kekalahan telah menjadi bagian dari masa lalu dan semakin menjauh darinya. Saat ini, dia harus menghadapi masa depan yang baru. Dan dia akan menghadapinya dengan penuh keyakinan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.