Mahakarya Sang Pemenang

Hitung Mundur Dimulai



Hitung Mundur Dimulai

0Selisih poin yang sangat dekat antara Chelsea dan Manchester United diberitakan di berbagai halaman media sehari setelah pertandingan Chelsea. Mourinho dengan sombong mengatakan kepada media bahwa dia akan mengambil semua gelar juara musim ini. Di samping kata-kata tercetak yang diucapkannya saat wawancara terdapat gambar Ferguson yang tampak pucat karena marah saat menghadiri konferensi pers paska pertandingan.      
0

Media Inggris sudah sangat ahli dalam menangani berita semacam ini. Para pembaca bisa melihat hubungan antara kedua belah pihak dan kisah yang tersembunyi dibaliknya meski hanya membaca berita sekilas.      

Twain, yang menyebabkan terjadinya semua ini, tetap berlindung di kompleks latihan tim Forest di Wilford untuk mempersiapkan leg pertama pertandingan semifinal Liga Champions dan mematangkan persiapan terakhir.      

Baginya, semakin kacau persaingan antara Chelsea dan Manchester United, semakin mudah baginya untuk unggul atas lawan-lawannya dalam persaingan mereka.      

Dengan empat hari tersisa sebelum semifinal Liga Champions, Twain mengumumkan bahwa tim akan mengadakan latihan tertutup dan semua latihan mereka tidak boleh diliput oleh media. Bahkan orang-orang yang memiliki hubungan baik dengan tim, seperti misalnya Pierce Brosnan, juga tidak mendapatkan ijin untuk memasuki Wilford dan melakukan wawancara.      

Tentu saja, tidak semua orang mau mematuhi keinginan Twain. Seandainya itu terjadi semuanya pasti akan berjalan lebih mudah bagi Twain.      

Sebagai contoh, baru-baru ini, Twain sadar bahwa Tang Jing dan Dunn kelihatannya semakin dekat satu sama lain, yang membuatnya memikirkannya.      

Selama waktu istirahat latihan, para pemain duduk di tepi lapangan untuk beristirahat dan mengobrol tentang hal-hal yang mereka sukai. Staf pelatih juga sama. Sebagian besar orang membicarakan tentang pertandingan semifinal Liga Champions yang akan segera dilangsungkan.      

Bahkan bagi orang-orang Nottingham Forest sendiri, bisa melaju hingga semifinal selama dua musim berturut-turut adalah hal yang tak terduga. Kelihatannya memang ada aura misterius di sekeliling manajer mereka.      

Twain mengabaikan pandangan orang lain terhadapnya. Dia langsung berjalan menuju ke tempat Dunn berada dan membungkuk untuk mengambil botol minum disana. Setelah dia membuka tutupnya dan menelan seteguk air, dia memandang para pemain di lapangan dan bertanya, "Apa yang diinginkan wanita itu darimu?" Twain merujuk pada Tang Jing, dan dia tahu kalau Dunn pasti tahu siapa yang dia maksud.      

"Tidak ada. Kami hanya berbicara tentang hal-hal di Cina." Semakin lama Dunn semakin mirip orang Cina. Sebelum ini, hanya penampilannya yang seperti orang Cina, tapi sekarang dia seperti orang Cina tulen. "Seperti sepakbola Cina."     

Twain hampir tersedak saat mendengarnya mengatakan itu.      

"Kalian berdua sangat membosankan!" ucapnya sambil terbatuk-batuk.      

Melihat kondisi Twain yang menyedihkan, Dunn tetap tanpa ekspresi.      

"Berbicara tentang sepakbola Cina... Hey, kelihatannya aku juga harus memberitahumu tentang sepakbola Cina dalam waktu dekat, dan meminta pendapatmu sebagai orang asing..."     

"Tidak ada yang perlu dibicarakan. Tadinya aku tidak paham dan sekarang aku sudah paham." Dunn juga menganggap topik ini membosankan dan tidak ingin membahasnya lebih lanjut.      

"Dia tidak mencoba mencari tahu rencana kita untuk semifinal Liga Champions, atau sesuatu yang seperti itu?" Twain memiringkan kepalanya dan menyipitkan matanya pada Dunn.      

"Dia memang mencoba mencari tahu." Dunn mengangguk.      

"Oh? Bagaimana caranya kau menghadapinya?"     

"Aku hanya bilang 'tidak ada komentar' pada semua pertanyaannya."     

Twain mengangkat kepalanya dan membayangkan Dunn, dengan wajah datar menghadapi Tang Jing yang sudah hampir kehilangan kesabaran... sepertinya memang itulah yang terjadi.      

"Bagus sekail, wanita akan merusk semuanya, khususnya wanita yang terlalu ingin tahu." Twain mengangguk. "Aku tidak mau semuanya berakhir buruk."     

"Tony, aku sama sekali tidak paham dengan semua ini. Kita sudah sangat mengenal Chelsea dan Chelsea juga sangat mengenal kita. Kita tidak perlu melakukan latihan tertutup seperti ini..." Dunn mengajukan pertanyaan yang mengganggu benaknya.      

"Sebuah latihan tertutup tidak selalu berkaitan dengan merahasiakan informasi." Twain menunjuk ke arah para pemain dan berkata, "itu juga berguna untuk membuat para pemain tetap fokus pada pertandingan ini dan membuat mereka paham tentang seberapa penting pertandingan ini dari mulai tubuh hingga pikiran mereka. Ini adalah... pertandingan semifinal dimana kita tidak boleh kalah."     

Dunn memandang Twain dari belakang dan terdiam sejenak. Dia membuka mulutnya tapi merasa ragu sesaat sebelum kemudian dia berbicara lagi, "Apa tekanannya tidak terlalu besar?"     

"Apa?"     

"Untuk memberikan pertandingan perpisahan bagi Demetrio, memberikan pertandingan final bagi George dan mempertahankan rekor tak terkalahkan atas Mourinho... Kau membebani dirimu sendiri dengan semua hal itu meski tidak ada yang memintamu melakukannya. Apa kau tidak takut gagal dibawah tekanan yang terlalu besar?"     

Saat dia mendengar Dunn mengatakan itu, Twain tersenyum dan menunjuk ke arah dadanya, "Aku melakukannya dengan sengaja. Aku takut kalau aku terlalu rileks, akan sulit bagiku untuk bersikap keras lagi."     

Menghadapi wajah Twain yang tersenyum, Dunn tidak mengatakan apa-apa lagi.      

Menyisihkan botol air yang baru diminum setengahnya, Twain menghampiri Kerslake dan menepuk bahunya. "Tiup peluitnya. Kita lanjutkan latihan."     

Setelah mengatakan itu, dia kembali memakai kacamata hitamnya dan berdiri di tempat teduh.      

Saat itu empat hari sebelum pertandingan semifinal di tanggal 26.      

※※※     

Tanggal 25 April adalah hari pertama semifinal Liga Champions dan hari dimana Manchester United menjamu AC Milan dalam sebuah pertandingan kandang. Hari selanjutnya adalah hari pertandingan antara tim Forest melawan Chelsea.      

Empat besar Liga Champions tahun ini memiliki tiga tim Inggris di dalamnya. Bagi media Inggris, ini adalah peristiwa menggembirakan yang membutuhkan banyak publikasi. Setelah "liga nomer satu dunia" Serie A, mengalami penurunan dan La Liga juga semakin melemah. Sekarang adalah giliran Liga Utama Inggris untuk disaksikan oleh seluruh dunia!     

Media Inggris cukup optimis. Tiga tim itu mengepung AC Milan, dan kemungkinannya cukup besar bahwa tim Inggris akan mendapatkan gelar juara dan runner up.      

Bundesliga sudah runtuh dan France Ligue 1 juga sudah ditendang keluar dari lingkaran "lima liga besar". Serie A perlahan mengalami penurunan dan La Liga juga berfluktuasi. Kelihatannya hanya Liga Utama Inggris yang bisa mempertahankan standar yang tinggi secara konsisten selama sepuluh tahun. Dengan mentalitas semacam ini, media Inggris mulai melaporkan dengan optimis tentang pertandingan semifinal Liga Champions. Mereka membangga-banggakan Manchester United, Chelsea dan Nottingham Forest, tapi sepenuhnya melupakan AC Milan.      

Di mata para media Inggris yang arogan itu, AC Milan tidak akan bisa menghentikan Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo dari Manchester United. Bagaimanapun, "mereka hanya punya satu Kaka, dan kita punya Rooney dan Ronaldo!"     

"AC Milan sudah terbang ke Manchester, dimana mereka akan menantang tuan rumah mereka, Manchester United, dalam leg pertama semifinal Liga Champions. Saat Kaka diwawancara di bandara, dia berbicara tentang lawan dalam pertandingan ini. Dia menganggap Ronaldo dan Rooney sebagai pemain yang bagus dan Manchester United adalah sebuah tim yang kuat, tapi dia cukup percaya diri kalau timnya akan bisa melaju ke babak final... "     

Televisi menunjukkan berita olahraga sebelumnya. AC Milan telah tiba di Manchester dan dalam dua hari, mereka akan bersaing di stadion ini.      

Sebagai pemain bintang di tim dan juga pemain inti di lini tengah, Kaka menarik perhatian semua orang. Mikrofon yang tak terhitung jumlahnya, juga lampu kilat dan kamera yang mengelilinginya membuatnya sulit untuk melangkah maju ke depan.      

"Kaka..." gumam Twain di depan televisi. Dia adalah penggemar Kaka sebelum dia bergabung dengan dunia ini. Twain telah memfokuskan diri pada pemuda brilian itu sejak sebelum Kaka mendarat di Eropa, saat dia masih bukan siapa-siapa di tim cadangan timnas Brasil dan hanya tampil beberapa kali. Dia menyukai karakter pemuda itu, gaya teknisnya dan juga penampilannya yang tampan. Dia menyukai kecepatan terobosannya ke depan, dan tembakan jarak jauhnya yang kuat. Dia tidak menduga kalau dia akan mendapatkan peluang bermain melawannya suatu hari nanti.      

"Hey, Dunn. Betapa bagusnya kalau Kaka bisa datang ke tim Forest... Jadi, kita bisa membuat Kaka menekan lawan di depan lini tengah kita, dan George menjaga lini belakang, Ashley Young, Beckham dan Aaron Lennon di sayap kanan, Ribery dan Petrov di sayap kiri... kita akan menjadi tim yang tak terkalahkan!" katanya penuh semangat sambil menonton televisi.      

"Berhentilah bermimpi. AC Milan tidak akan melepaskannya." Dunn tidak tertarik pada fantasi yang tidak masuk akal, tapi Twain membayangkan kalau saja dia pindah kemari beberapa tahun lebih awal, maka itu tidak hanya sekadar mimpi...     

Sayang sekali itu masih tampak seperti mimpi sekarang.     

"Oh, benar juga, bicara tentang Kaka." Twain menarik keluar sebuah tiket dari sakunya dan menyerahkannya pada Dunn. "Tiket untuk pertandingan tanggal 25 di Old Trafford. Kau akan pergi bersamaku."     

Dunn tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengambil tiket itu lalu menyimpannya.      

Twain kembali mengarahkan pandangannya ke layar televisi. Berita telah beralih ke Manchester United dan mulai melaporkan tentang persiapan Manchester United.      

Ferguson terlihat muram di layar. Langit sedang mendung di kompleks latihan Carrington dan timnya berada dibawah tekanan.      

Semifinal tinggal tiga hari lagi.      

※※※     

Twain kembali bertemu dengan Tang Jing di pintu masuk kompleks latihan Wilford pagi ini saat dia dan Dunn baru akan memasuki gerbang. Penjaga keamanan memandang seorang wanita yang berdiri di hadapannya dengan tatapan meminta maaf, dan ternyata wanita itu adalah Tang Jing.      

Tampak jelas kalau Tang Jing ingin masuk ke dalam, tapi penjaga keamanan tidak bisa membiarkannya melakukan itu. Sebagai akibatnya, dia ditahan disini oleh penjaga keamanan.      

"Selamat pagi, Reporter Tang." Twain menyapa sambil melambai ke arahnya.      

"Selamat pagi, Manajer Twain." Saat Tang Jing melihat Twain dan Dunn berjalan mendekat, dia meninggalkan penjaga keamanan yang malang dan mulai menghampiri kedua pria itu.      

"Memasuki wilayah terlarang adalah hal yang ilegal, Reporter Tang." Twain menggoda reporter wanita di hadapannya itu sementara Dunn berdiri diam disampingnya.      

"Apa kau punya tanda peringatan disini yang mengatakan semua pelanggar akan ditembak di tempat?"      

"Kalau memang Reporter Tang setuju dengan itu, aku bisa segera membuat penjaga keamanan memasangnya dan bahkan menuliskannya dalam bahasa Mandarin."     

Tang Jing merasa sangat marah pada Twain. Dia menatap Dunn disamping Twain untuk meminta bantuan.      

Dunn tampak ragu sejenak sebelum kemudian berkata, "Kurasa akan lebih baik kalau menggunakan bahasa Mandarin dan bahasa Inggris."     

Tang Jing memutar matanya.      

Twain tertawa. "Jangan membuang-buang waktumu merencanakan sesuatu, Reporter Tang. Aku tidak akan membiarkan media mendapatkan informasi apapun tentang persiapan kami untuk semifinal."     

"Sejak kapan Tn. Twain, yang suka menjadi pusat perhatian, mulai bersikap rendah hati? Saat ini, semua artikel dan berita di media adalah tentang persiapan keempat tim untuk Liga Champions kecuali tim Nottingham Forest."     

"Memangnya kenapa? Aku bukan badut yang harus memenuhi semua permintaan dan keinginan para penonton." Twain mengangkat bahunya. "Semua hal yang ada kaitannya dengan kalian para reporter akan berakhir buruk. Maafkan aku karena aku harus berhati-hati sebelum pertandingan besar yang penting."     

Melihat metodenya untuk menyerang ego Twain dan psikologi-terbalik tidak efektif, Tang Jing mengubah strateginya, "Anda tahu, Tn. Twain. Aku hanyalah seorang reporter yang bekerja untuk media Cina dari ribuan mil jauhnya. Meski aku tahu detil tentang latihan tim Forest, itu hanya akan dibaca oleh para pembaca dan penggemar di Cina. Kau sama sekali tidak perlu cemas tentang kebocoran strategi atau taktik..."     

"Jangan bercanda denganku, Reporter Tang. Kita berada di era internet. Berita tentang berbagai hal di dunia sudah tersedia dimana-mana. Aku tidak akan tertipu dengan itu. Selain itu, tidak ada hal baru yang bisa diberitakan. Isi latihan timku sama seperti yang pernah kau lihat sebelumnya. Chelsea dan tim kami sudah sangat familiar terhadap satu sama lain. Hehehe." Twain tersenyum licik.      

Tang Jing, yang merasa dipermainkan, tampak sedikit marah. "Lalu kenapa kau menutup latihannya?"     

"Hanya untuk memberikan sedikit kedamaian dan ketenangan bagi telingaku. Disaat-saat seperti ini, aku berharap aku punya lebih banyak waktu dalam sehari. Mana mungkin aku punya waktu untuk berurusan dengan media?"     

Saat dia melihat tatapan enggan Tang Jing, Twain tadinya sudah siap untuk beranjak pergi, tapi dia berhenti lagi dan berkata, "Jangan berkeliaran disini. Sebentar lagi matahari akan bersinar cerah. Kulit seorang wanita cantik tidak akan terlihat cantik kalau terlalu kecoklatan. Kembalilah. Akan ada konferensi pers sebelum pertandingan seperti biasanya. Kau bisa mengajukan pertanyaan apapun saat itu, Reporter Tang."     

Dia tidak menduga kalau Tang Jing tiba-tiba menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak punya pertanyaan. Bisakah aku bicara dengan Tn. Dunn sendiri?"     

Twain memandang wanita itu dan menolehkan kepalanya ke arah Dunn. "Kenapa kau bertanya padaku? Dia adalah dia dan aku adalah aku. Aku tidak bisa membatasi kebebasan pribadinya. Kalau dia ingin bicara denganmu, maka kau bisa bicara dengannya."     

Setelah mengatakan itu, dia berbalik dan berjalan menjauh.      

Dunn tidak menduga kalau Twain akan berjalan pergi begitu saja. Dia ingin menolak permintaan Tang Jing – sebenarnya mereka berdua tidak punya apa-apa untuk dibicarakan – tapi sekarang setelah Twain sudah pergi, sulit baginya untuk melakukan itu.      

Tang Jing bertanya sambil tersenyum di dekatnya, "Tn. Dunn bisakah kita bicara?"     

Dunn yang tak berdaya hanya bisa menoleh memandangnya dan bertanya, "Apa yang ingin kau bicarakan? Kalau itu tentang tim Forest... maka aku tidak bisa mengatakan apa-apa padamu."     

"Tentu saja, aku tahu itu, Tn. Dunn. Kau pasti sering sakit kepala karena harus bekerja dengan orang eksentrik itu, bukan?"     

Dunn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, kami bisa bekerjasama dengan baik."     

Tang Jing tampak tidak mempercayainya, tapi Dunn tidak ingin repot-repot menjelaskan hubungan baik yang dimilikinya dengan Twain. Bahkan meski dia melakukannya, Tang Jing tidak akan mempercayainya. Mungkinkah seseorang akan langsung percaya kalau tiba-tiba saja ada yang mengatakan padanya hal-hal seperti bertukar tubuh dengan orang lain?     

"Kalau begitu mari kita bicara tentang hal lain. Sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan sepakbola..." Tang Jing tersenyum manis pada Dunn, sambil merapikan sehelai rambut yang ada di keningnya.      

Kerslake melihat para pemain tiba di kompleks latihan satu persatu tapi dia tidak melihat Dunn. Sudah tiba waktunya bagi unit pelatih untuk berkumpul dan melakukan beberapa persiapan untuk latihan hari ini. Saat dia ingat kalau Twain selalu datang bersama Dunn, dia segera bergegas menuju ke kantor Twain untuk menemukannya.      

Tapi, dia hanya menemukan Twain di kantornya.      

"Eh? Dimana Dunn?"     

Tanpa mendongak, Twain berkata, "Dia pasti sedang dimabuk cinta, kan?"     

"Mabuk cinta? Apa itu?"     

"Hanya iblis yang tahu."     

"Eh..."     

"David, program latihan hari ini difokuskan untuk taktik bola mati, kan?" tanya Twain, mengangkat kepalanya.      

Kerslake mengangguk.      

"Oke, kita lakukan itu saja. Biarkan saja Dunn selama beberapa waktu. Ayo kita ke lapangan latihan. Sudah saatnya para pemain berkumpul di sana." Sambil mengatakan itu, Twain beranjak ke pintu untuk berjalan keluar dengan Kerslake yang masih tampak bingung dan langsung menuju ke lapangan latihan.      

Di pintu masuk kompleks latihan, para pemain yang datang untuk berlatih memandang penasaran ke arah asisten pelatih Cina mereka yang sedang mengobrol dengan seorang wanita Cina yang terlihat penuh semangat sementara si asisten manajer terlihat agak terganggu.      

"Cuacanya sangat indah hari ini, Tn. Dunn."     

"..."     

"Berapa lama kau tinggal di Nottingham? Apa kau sudah terbiasa tinggal di Inggris? Pada awalnya, aku benar-benar membenci cuaca di negara ini..."     

"..."     

"Omong-omong, apa kau tidak merindukan rumah sejak kau meninggalkan rumah untuk bekerja di usia yang sangat muda?"     

"..."     

"Aku tadinya ingin menulis sebuah cerita mendetil tentang masa lalumu, tapi pada akhirnya aku menemukan kalau kau adalah jenis orang yang tidak terlalu riang dan hanya ada sedikit hal yang bisa ditulis tentangmu sebelum kau menjadi seorang pelatih di Nottingham Forest... Ah, maafkan aku karena menggunakan deskripsi ini. Pendek kata, sangat membosankan. Kau benar-benar tidak punya hubungan romansa saat berada di sekolah menengah dan perguruan tinggi... Omong-omong, apa sekarang kau punya pacar? Hubungan jarak jauh? Atau berpacaran dengan orang asing disini? Apa dia cantik?"     

"..."     

Semifinal tinggal dua hari lagi.      

※※※      

Tim tidak berlatih di pagi hari, jadi para pemain bisa tidur nyenyak di rumah sebelum mereka berkumpul di Wilford pada sore hari. Lalu mereka akan naik bus tim ke London, dimana mereka akan tinggal di hotel dan mempersiapkan diri untuk pertandingan semifinal yang akan dilangsungkan keesokan harinya.      

Twain dan Dunn tidak pergi ke London bersama tim. Setelah mengucapkan selamat tinggal pada tim di kompleks latihan, mereka berkendara ke Manchester berdua saja.      

Masih ada waktu sebelum pertandingan dimulai malam itu, dan pintu masuk stadion Old Trafford sudah dipenuhi banyak orang. Garis pembatas antara fans yang memakai jersey Manchester United yang berwarna merah dan fans yang memakai jersey merah hitam AC Milan tampak jelas dan dipisahkan oleh polisi. Reputasi fans Italia dan fans Inggris tidaklah bagus. Meski pertandingan belum dimulai, polisi di Manchester sudah berjaga-jaga terhadap semua kemungkinan yang bisa terjadi.      

Dunn melengkapi dirinya dengan video digital, kamera digital, laptop mini, buku catatan untuk menulis, dan teropong. Dia memang bertanggungjawab memberikan informasi langsung tentang lawan di tim Forest.      

Di sisi lain, Twain seperti seorang turis dengan tangan dimasukkan ke dalam saku dan memakai kacamata hitam.      

Kedua pria itu terperangkap di dalam kerumunan fans AC Milan, yang perlahan bergerak maju ke arah pintu masuk.      

Fans AC Milan di sekeliling mereka terus meneriakkan beragam jenis yel-yel, yang tidak bisa dipahami Twain. Satu-satunya kata yang bisa didengarnya hanyalah "Kaka". Karena penampilan AC Milan yang kurang bagus musim ini, semua harapan mereka untuk bisa meraih gelar liga sudah pupus. Gelar Liga Champions adalah satu-satunya trofi yang bisa mereka harapkan. Penampilan Kaka yang sangat bagus musim ini adalah hal yang membuat orang-orang ini merasa percaya diri.      

Dengan kepindahan Shevchenko ke Inggris, kondisi Alberto Gilardino yang tidak stabil, Filipo Inzaghi yang kerap cedera, dan Oliveira yang menunjukkan penampilan dibawah standar, seluruh lini depan AC Milan menderita defisit gol. Kaka-lah yang melangkah maju untuk mengambil tanggungjawab dalam mencetak gol. Bisa dikatakan bahwa berkat Kaka-lah AC Milan berhasil melaju hingga semifinal Liga Champions.      

Tak peduli betapa dekatnya dirinya dengan Real Madrid menurut rumor pra-musim, kini dia telah menjadi pemain inti di hati para fans AC Milan. Dia adalah harapan bagi semua orang ini.      

Bendera AC Milan dengan gambar Kaka berkibar di depan mata Twain saat dia menggumamkan nama itu.      

Old Trafford, Theatre of Dreams bagi Manchester United, adalah lapangan sepakbola terbaik. Di stadion yang sama selama Liga Champions musim ini, Manchester United berhasil membantai AS Roma dengan skor 7:1 dan mengejutkan dunia sepakbola. Sekarang, menghadapi tim Italia lainnya, apa yang akan terjadi?     

Sembilan puluh menit kemudian, tampak jelas bahwa itu adalah pertandingan yang menakjubkan dan mendebarkan, dari sudut pandang seorang penggemar netral. Twain sangat menikmati pertandingan ini saat dia menontonnya dari tribun. Dunn agak kesulitan menikmati pertandingan karena dia harus merekam pertandingan.      

Skor yang ada sesuai dengan ingatan Twain, dimana Manchester United berhasil menang tipis atas AC Milan dengan skor 3:2 di kandang dan mencetak kemenangan. Tapi pertandingan ini tidak mirip dengan yang diingat Twain. Jalannya pertandingan dan skor ini tidak memuaskan para fans Manchester United. Justru fans tim tamu, AC Milan, yang merasa puas dengan skor ini.      

Manchester United mencetak dua gol dengan cepat dan kelihatannya situasi pertandingan mendukung mereka untuk menang. Para fans Manchester United bahkan sudah mulai membayangkan pertandingan final di Athena.      

Tapi, saat itu, Kaka, yang dianggap sebagai ancaman terbesar dari AC Milan, membalas dengan dua serangan indah yang menghasilkan dua gol yang indah. Hal itu segera mendinginkan suasana panas yang ada di Theatre of Dreams. Setelah Kaka menerima umpan panjang dari lini belakang, dia melepaskan diri dari Fletcher, Evra, dan Heinze berturut-turut. Satu orang pemain bisa melewati seluruh lini pertahanan mereka. Dan saat dia menembakkan bola, Ferguson akhirnya bangkit dari kursinya, tampak tak bisa menahan amarahnya.      

Penampilan lini pertahanan mereka sangat buruk. Meski Rio Ferdinand dan Vidic dicadangkan karena cedera, tidak ada alasan bagi lini pertahanan mereka untuk tampil seburuk itu.      

Dia tiba-tiba teringat dengan putaran terakhir turnamen liga. Rio Ferdinand mengalami cedera ringan saat itu. Untuk amannya, Ferguson menggantikannya, dan karena itulah lini pertahanan mereka bisa dikoyak oleh serangan tim Forest. Secara bergantian, van Nistelrooy dan Ribery mencetak gol. Lalu, selama latihan, cedera Rio Ferdinand tidak terlihat bagus dan dia terpaksa harus duduk di bangku cadangan selama sisa pertandingan.      

Sial! Ferguson memaki dalam hati.      

Twain tertawa riang di tribun saat dia melihat Manchester United kebobolan dua gol.      

Selama babak kedua, AC Milan dengan sengaja memadatkan lini pertahanan mereka. Dengan dua gol, hasil imbang sudah cukup bagi Ancelotti. Tapi, ini jelas merupakan kekalahan bagi Manchester United. Karenanya, Manchester United menyerang gawang AC Milan dengan membabi buta hingga perpanjangan waktu, dimana Rooney akhirnya berhasil mencetak gol dan mengunci kemenangan mereka.      

Meski AC Milan kalah, mereka bisa dikatakan sebagai pemenangnya. Pria yang tertawa terakhir adalah Ancelotti dan AC Milan dengan awalan yang bagus.      

"Malam ini di Theatre of Dreams, kedua tim telah memainkan pertandingan yang sangat mendebarkan. Skor 3:2 membuat kita berangan-angan. Pertandingan leg kedua antara keduanya akan memiliki banyak highlight untuk ditonton. Kaka dan Rooney sama-sama mencetak gol dua kali di pertandingan ini. Antara kedua pemain muda dan luar biasa ini, siapa yang akan menjadi penentu nasib tim mereka sendiri?"     

Twain meregangkan punggungnya di tribun tapi tidak bangkit berdiri. Dia menunggu para fans yang lain untuk meninggalkan tempat.      

"Bagaimana pengumpulan informasinya?"     

Dunn baru saja memindahkan file video dari video digital ke laptop mini. "Kaka adalah pemain kunci."     

"Itu omong kosong."     

"Kurasa ada terlalu banyak pemain yang berbahaya. AC Milan adalah lawan yang tangguh. Pirlo, Seedorf, Inzaghi... Tapi pertahanan mereka juga punya masalah besar, sama seperti Manchester United." Segera setelah dia membicarakan tentang sepakbola, Dunn menjadi lebih bersemangat. "Dampak dari usia yang lebih tua, gerak berbalik yang lebih lambat dan terlalu mengandalkan pemain veteran mereka, semua masalah itu muncul. Penampilan Dida agak tidak stabil dan menjadi bom waktu di lini pertahanan. Selama kita memberikan banyak tekanan pada pertahanan mereka, kita bisa menemukan banyak celah. Jadi..." Dunn mendongak untuk memandang Twain. "Aku tidak setuju menggunakan serangan balik defensif melawan AC Milan."     

Twain tidak memberikan respon terhadap sarannya ini. Dia bergumam seolah dia tidak mendengarnya, "Semua klub papan atas di dunia mengalami sakit kepala tentang lini pertahanan mereka... Ayo pergi, Dunn."     

Setelah bangkit dari kursinya, Twain menoleh ke arah lapangan dan berkata, "Benar-benar pertandingan pembuka yang sangat bagus. Tokoh utama akan naik ke panggung."     

Semifinal kurang dari satu hari lagi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.