Mahakarya Sang Pemenang

Harga Diri Seorang Pemain Sepakbola Profesional



Harga Diri Seorang Pemain Sepakbola Profesional

0Kegembiraan akibat kemenangan yang dibawa dari Glasgow masih terasa saat Twain menerima kabar baik yang lain.     
0

"Apa kau yakin?" tanya Twain sambil menatap Fleming, dokter tim, di kantornya.     

Fleming mengangguk, "Aku yakin."     

Saat Twain mendengarnya mengatakan itu, dia kembali menatap tumpukan kertas di tangannya.     

Itu adalah laporan terbaru pemulihan fisik Eastwood. Unit medis tim Forest melakukan pengamatan lanjutan terhadap tubuh Eastwood. Mereka memeriksanya setiap hari untuk memastikan semuanya baik-baik saja.     

Kesimpulan yang bisa diambil dari laporan ini sangatlah memuaskan.     

"Kami semua sepakat bahwa setelah lebih dari sebulan dalam pemulihan dan pelatihan khusus, Eastwood sudah bisa diturunkan dalam pertandingan resmi."     

Meskipun Eastwood memang sudah berlatih bersama tim belakangan ini, Twain masih belum bisa menurunkan gipsi Romani itu dalam pertandingan resmi tanpa persetujuan tim dokter.     

Twain menoleh untuk melihat keluar jendela yang mengarah ke lapangan latihan. Eastwood sedang berlatih bersama tim disana.     

"Apa kau sudah memberitahunya?"     

Fleming menggelengkan kepalanya. "Kami harus memberi tahumu lebih dulu."     

"Baiklah…"     

"Tapi, meski tubuhnya sudah bisa digunakan untuk bermain dalam pertandingan, kebugaran fisiknya masih belum cukup kuat untuk bermain selama sembilan puluh menit."     

'Tentu saja." Twain mengangguk dan berkata, "Jangankan sembilan puluh menit, empat puluh lima menit juga masih tidak mungkin. Aku harus membiarkan dia terbiasa dengan ritme dan suasana berada di dalam pertandingan lebih dulu..."     

Fleming mengangguk setuju.     

Twain bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar bersama Fleming.     

Ini adalah hari terakhir latihan sebelum pertandingan berikutnya, dan Twain harus mengumumkan starting lineup untuk pertandingan itu.     

※※※     

Latihan untuk hari itu sudah berakhir, dan semua orang bisa sedikit rileks. Eastwood sedang bercanda dengan rekan setimnya. Dengan adanya dia di tim, terdengar lebih banyak tawa daripada sebelumnya. Dia memang dikenal sebagai pria muda yang menyenangkan dan selalu bisa menghidupkan suasana.     

Twain dan Fleming berjalan bersama ke lapangan latihan. Eastwood dipanggil oleh Fleming, dan semua orang tahu kalau itu pasti ada hubungannya dengannya.     

"Aku akan mengumumkan starting lineup untuk pertandingan besok." Twain membuka selembar kertas di tangannya dan semua orang di lapangan itu mulai tenang.     

"Kiper Edwin van der Sar. Bek belakang Sun Jihai, Bale, Chimbonda, Piqué, dan Pepe. Gelandang Wood, Demetrio, Ribéry, Young, Lennon, dan Arteta. Striker ..." Twain mengangkat kepalanya dan memandang para pemain saat dia membaca sampai titik ini.     

"Anelka."     

Orang Prancis itu tersenyum ringan dan tidak terkejut mendengarnya. Saat ini dia adalah striker pertama di tim. Bukankah lucu jadinya kalau dia tidak bisa masuk ke starting lineup?     

"Dan Bendtner."     

Remaja Denmark itu juga sudah terbiasa dimasukkan ke dalam starting lineup. Karena Eastwood cedera musim ini, dia telah menerima lebih banyak kesempatan untuk tampil di lapangan. Meskipun dia masih kurang mencetak gol jika dibandingkan dengan Anelka, dia sudah berhasil memanfaatkan banyak peluang untuk mencetak gol.     

Seperti yang sudah bisa diduga, kedua pemain itu akan menjadi striker awal di pertandingan besok.     

Dalam pertandingan Liga Champions sebelumnya, Anelka dan Viduka menjadi penyerang utama. Untuk pertandingan itu, Twain memang lebih menyukai Viduka yang berpengalaman bermain di kancah Eropa. Tapi, Twain membutuhkan kelincahan dan stamina Bendtner untuk pertandingan di liga domestik.     

Twain sudah menyebutkan lima belas dari enam belas nama pemain di daftar utama. Satu nama yang terakhir seharusnya adalah nama striker cadangan.     

Twain menurunkan kertasnya dan memandang semua orang sambil menyebutkan nama yang terakhir, "dan Eastwood."     

Para pemain di tim bersuit-suit.     

Saat Eastwood mendengar namanya disebut, dia memandang ke arah rekan-rekannya yang memberi ucapan selamat padanya dengan tatapan tak percaya. Dia sendiri masih belum bisa mempercayai ini.     

※※※     

"Menurut daftar resmi yang baru saja kami terima dari kedua tim, kami menemukan bahwa striker Forest, Freddy Eastwood, yang telah absen selama sepuluh bulan karena cedera, termasuk di dalamnya."     

"Sepuluh bulan ... Jujur saja, aku ingin tahu apakah Eastwood bisa kembali ke kondisinya sebelum cedera. Lihat saja perubahan penampilan Ronaldo sebelum dan sesudah cedera. Para fans Forest pasti tidak mau mendengar apa yang akan kukatakan, tapi aku masih harus mengatakan bahwa aku tidak optimis tentang karir masa depan Eastwood." Sebagai komentator tamu untuk pertandingan ini, Mark Lawrenson pasti akan dibenci oleh fans tim Forest.     

John Motson, yang bertanggung jawab sebagai komentator, berdehem. "Mark, ini bukan program Match of the Day di BBC."     

Lawrenson mengangkat bahu. "Tidak ada yang suka mendengar kebenaran. Bagi seorang pemain yang sudah menjalani tiga kali operasi di lutut kanannya dalam kurun waktu dua tahun, kurasa akan sangat sulit untuk bisa kembali ke kondisinya semula. Itu hampir mustahil. Aku benar-benar mengagumi kepedulian manajer Twain terhadap para pemainnya, tapi kurasa dia harus mulai mempertimbangkan untuk membawa satu atau dua striker ke dalam timnya musim panas ini."     

Komentarnya itu sebenarnya cukup bijak. Apa yang dimaksud Lawrenson adalah Twain sebaiknya melepaskan Eastwood dan mencari striker baru untuk menggantikan posisi gipsi Romani itu di tim.     

Motson menggelengkan kepalanya. "Kurasa Manajer Twain tidak akan melakukan apa yang kaukatakan."     

"Sepakbola profesional itu kejam. Sangat kejam." Lawrenson mengangkat bahu. "Sudah menjadi sebuah keajaiban bahwa Eastwood bisa kembali ke lapangan. Kurasa para fans Forest seharusnya merasa senang karena mereka bisa melihatnya di stadion City Ground."     

Motson tidak mau mengakuinya, tapi dia tahu bahwa apa yang dikatakan Lawrenson itu benar. Terlepas dari faktor emosional, Eastwood pasti tidak akan bisa kembali ke kondisinya sebelum ini setelah mengalami cedera yang sangat serius seperti itu. Bagaimana mungkin dia bisa bermain bola lagi seolah-olah tidak ada yang terjadi? Tubuhnya tidak akan bisa bertahan di tengah pertarungan yang sengit. Sekarang, bagaimana Tony Twain akan menangani masalah ini?     

Apakah dia akan mencari pemain lain untuk menggantikan Eastwood di bursa transfer musim panas? Atau dia akan terus menggunakan pria gipsi Romani itu, yang tidak akan pernah tahu kapan tubuhnya akan kembali bermasalah?     

Apa dia merasa bertanggungjawab terhadap si pemain? Ataukah dia merasa bertanggungjawab terhadap klub? Apa lagi yang bisa membuatnya merasa bertanggungjawab?     

Saat Lawrenson mengomentari Eastwood, Twain sedang berada di ruang ganti dan memberikan tugas kepada para pemainnya sehingga tidak mendengar komentarnya itu. Kalau tidak, dia mungkin akan langsung menghampiri Lawrenson.     

Saat dia melihat manajer sedang memberikan tugas-tugas spesifik untuk tiap pemain di starting lineup di ruang ganti, Eastwood duduk di bangku samping. Meski tidak ada tugas untuknya, dia masih tersenyum.     

Dia menikmati semua ini. Dia sudah tidak mendengar pidato penuh semangat manajernya di ruang ganti selama sepuluh bulan.     

Jadi, meski dia hanya menjadi penonton, hal itu tidak jadi masalah baginya. Dia tidak peduli meski dia tidak diturunkan di lapangan, asalkan dia bisa berada disini dan termasuk di dalam daftar susunan pemain untuk pertandingan. Ini artinya dia adalah bagian dari tim dan tidak ada yang menelantarkannya. Dia tidak peduli apa yang dipikirkan oleh semua orang diluar sana tentang namanya yang dimasukkan ke dalam daftar susunan awal tim, karena keputusan itu tidak berasal dari semua orang diluar sana. Keputusan itu dibuat oleh manajer dan rekan setim mereka disini.     

Duduk di ruang ganti, mendengarkan chief berbicara, melihatnya mengayunkan tangannya dengan kuat untuk memicu semangat tim, air ludahnya tampak seolah menyembur dari langit-langit ... semua itu sudah terasa sedikit asing baginya.     

"Di paruh pertama kompetisi liga, kita kalah dari Newcastle United. Hari ini, giliran mereka untuk merasakan hal yang sama! Kita akan tunjukkan pada mereka, guys!" Twain menyeringai dan mengepalkan tinjunya.     

※※※     

Eastwood duduk di bangku pemain cadangan, dikelilingi oleh media. Mereka semua mengarahkan kamera dan lensa kamera mereka ke arah Eastwood, yang masih memakai jaketnya. Sebagai seorang pemain yang telah kembali setelah sepuluh bulan menjalani perawatan untuk cederanya, mungkin memang seperti yang dikatakan oleh Lawrenson : Terlepas dari apakah dia bisa kembali ke kondisi sebelum cedera, sudah merupakan sebuah kemenangan besar baginya untuk bisa muncul lagi di pinggir lapangan.     

Saat ini media sedang terfokus padanya. Sangatlah mengagumkan melihatnya bisa berdiri tegak lagi setelah menjalani tiga kali operasi lutut dalam kurun waktu dua tahun. Soal apakah dia masih bisa bermain sepakbola...     

Semua orang diam-diam menahan diri untuk tidak membicarakan itu —— Apa perlu membuatnya merasa canggung? Bukankah sudah jelas? Tanyakan saja pada fans Nottingham Forest. Berapa banyak diantara mereka yang masih beranggapan bahwa "Rooney Romani" mereka masih bisa terus mencetak gol demi kemenangan tim? Mungkin sebagian besar dari mereka akan berkata: "Kami sudah cukup senang bisa melihatnya lagi."     

Semua orang di tribun City Ground dengan gembira menatap ke arah Eastwood yang duduk di bangku pemain cadangan, terbungkus mantel tebal. Tapi di balik wajah bahagia mereka, mungkin terbersit rasa kasihan.     

Dia tidak bisa kembali menjadi pemain utama, jadi dia hanya bisa menjadi pemain cadangan. Kami merasa puas melihatnya masih ada disini dan sesekali bermain di lapangan.     

Di depan kamera, Eastwood tersenyum kepada para reporter yang ada di depannya, dan kemudian dia kembali mengalihkan perhatiannya ke lapangan. Pertandingan akan segera dimulai.     

※※※     

Setelah pertandingan dimulai, Eastwood tidak lagi tersenyum. Dia menatap ke arah lapangan dengan ekspresi serius. Dia benar-benar tampak berkonsentrasi.     

Dia ingin sesegera mungkin membiasakan dirinya dengan ritme pertandingan. Dia ingin kembali merasakan suasana dan panasnya pertandingan. Dia tidak tahu kapan dia akan mendapatkan kesempatan untuk tampil di lapangan. Bisa saja di pertandingan ini, atau mungkin di pertandingan berikutnya, atau yang berikutnya. Tapi dia merasa sangat yakin bahwa dia akan diturunkan. Dan saat waktu itu tiba, dia ingin menunjukkan kemampuannya. Untuk bisa kembali merasakan panasnya permainan, dia tidak boleh menunggu hingga detik-detik terakhir sebelum dia dipanggil untuk diturunkan ke lapangan.     

Eastwood sangat menyadari situasinya saat ini. Karena kesehatannya, chief tidak bisa memberinya terlalu banyak waktu bermain di lapangan. Kalau dia tidak bisa memanfaatkan peluang dalam kurun waktu yang terbatas itu, lalu apa gunanya dia? Bagaimana mungkin tim akan mempertahankan seorang pecundang? Tak peduli seberapa dalam persahabatan mereka, akan datang hari ketika kontrak berakhir.     

Eastwood telah menandatangani kontrak lima tahun dengan Nottingham Forest. Dua tahun sudah berlalu. Sudah menjadi kebiasaan bagi klub untuk kembali bertemu dengan pemain dan agen si pemain setahun sebelum kontrak berakhir untuk membahas masalah pembaruan jika kedua belah pihak memang berniat untuk memperbarui kontrak. Dengan kata lain, masih ada dua tahun untuk menentukan masa depan Eastwood. Dua tahun itu tidak terlalu pendek atau terlalu panjang.     

Pria gipsi Romani itu juga tahu bahwa dia tidak bisa kembali ke kondisinya sebelum cedera. Dia harus membuat beberapa perubahan kalau dia masih ingin tetap bertahan di dunia sepakbola profesional. Sebelum ini, dia bisa mengandalkan skill dan kecepatannya untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik. Mungkin, mulai sekarang dia perlu mengandalkan otaknya daripada kakinya.     

Dan dia akan memulainya dari sekarang.     

Eastwood meletakkan dagunya di tangannya dan dengan hati-hati mengamati para pemain di lapangan, secara mental menguraikan rencana baru untuk dirinya sendiri di dalam pikirannya.     

※※※     

Pertandingan berjalan dengan lancar. Nottingham Forest mendominasi Newcastle United dan Anelka mencetak gol di babak pertama. Striker Prancis itu sudah mencetak tiga belas gol dan berada di peringkat keempat dalam daftar pencetak gol terbanyak Liga Utama di belakang striker Manchester United Ruud van Nistelrooy, striker Arsenal Thierry Henry, dan gelandang Chelsea, Frank Lampard. Hasil ini sama sekali tidak diduga oleh mereka yang menentang keberadaan Anelka di Forest musim ini.     

Dalam pertandingan ini, Twain melakukan beberapa rotasi lokal, seperti mengganti Chimbonda dengan Sun Jihai sebagai bek kanan dan Leighton Baines dengan Gareth Bale sebagai bek kiri sejak awal permainan. Sun Jihai dan Bale sama-sama lebih kuat dalam menyerang daripada bertahan. Niat Twain sudah jelas. Dia ingin menyerang lawan di kandang mereka dan mengalahkan Newcastle United dengan serangan mereka.     

Sebelum pertandingan, Twain memberi tahu dua pemain itu, Sun Jihai dan Bale, untuk menekan dan memberikan assist dengan berani. Mereka tidak perlu mencemaskan tentang pertahanan. Ada George Wood, yang bisa menangani pekerjaan dua pemain sendirian. Apa yang perlu ditakuti? Terus tekan lawan dengan berani!     

Selama pertandingan, kedua pemain itu benar-benar bermain sesuai dengan instruksi Twain. Gerakan menusuk dan assist berulang kali dari bek belakang membuat lini pertahanan Newcastle United tidak bisa bertahan secara efektif dan membuat mereka sakit kepala.     

Sejak awal, dua daerah sayap tim Forest sudah sangat kuat. Serangan dari sayap selalu menjadi karakteristik dan tradisi tim Forest. Dan sekarang, selain assist dari para pemain sayap, dua bek belakang tim Forest juga menunjukkan kekuatan mereka. Gelombang serangan mereka datang satu per satu dan tanpa henti.     

Dan bagaimana dengan George Wood? Mengawasi semuanya dari belakang, dia bisa dilihat di setiap sudut bagian belakang lapangan. Kadang-kadang dia beraksi sebagai bek belakang dan kadang dia memasuki area penalti sebagai bek tengah untuk memecah kepungan lawan dengan sundulan. Di sebagian besar waktu, dia berada di lini tengah untuk menghadang serangan balik Newcastle United.     

Newcastle United awalnya berniat untuk menuai satu poin di stadion City Ground, yang bisa dianggap sebagai kemenangan bagi mereka. Sayangnya, Forest justru unggul lebih dulu. Dengan begini, kalau mereka tidak menyerang, mereka akan meninggalkan Nottingham dengan kekalahan. Tapi kalau mereka menyerang, mereka mungkin akan terus kehilangan bola. Serangan agresif tim Forest di pertandingan ini membuat mereka ragu.     

Meski Newcastle United memiliki striker kelas dunia seperti Owen, dia tidak bisa melepaskan diri dari George Wood yang lebih kuat. Aksi bertahan Wood yang kasar membuat para penggemar Owen mencemoohnya dengan suara keras. Tapi, selama wasit tidak menganggapnya sebagai pelanggaran di lapangan, semua aksi bertahan itu diijinkan oleh peraturan yang ada.     

"Mari kita lihat Owen. Setelah dia datang ke Newcastle United, dia sering cedera. Dia tidak lagi seperti dulu." Lawrenson adalah mantan pemain Liverpool. Mendengar komentarnya barusan, orang-orang mungkin mengira bahwa komentarnya sebelum ini tentang Eastwood mungkin tidak ada hubungannya dengan perseteruan antara dirinya dan Twain.     

"Sebagai penyerang tengah yang ramping dan agak lemah, mustahil untuk tidak terluka saat harus sering berhadapan langsung dengan pemain bertahan lawan yang kuat. Kalau Owen terus bermain seperti ini, dia akan mengalami lebih banyak cedera."     

Lawrenson dengan tenang menganalisis situasi terkini dan masa depan Owen. Tapi bagi para fans Nottingham Forest, kata-katanya itu terdengar seolah-olah dia sedang membicarakan tentang masa kini dan masa depan Eastwood.     

Di lapangan, George Wood berhasil bertahan melawan Michael Owen, yang kondisinya sedang menurun karena cedera. Pemain yang dulunya pemuda gesit dan bocah emas Inggris, saat menghadapi Wood, dia hanya bisa bergerak menjauh dengan kepala tertunduk dan bernapas terengah-engah setelah melakukan tembakan yang tergesa-gesa. Melihat jenggot tipis di dagunya, sulit untuk mengatakan dengan jelas apakah itu memang gaya baru Owen atau apakah dia memang tidak punya waktu untuk memperhatikan penampilannya.     

Banyak orang tidak tahu harus merasakan apa saat melihat pemandangan itu. Eastwood, yang dulunya sangat disukai para fans Nottingham Forest, mungkin akan menjadi seperti itu suatu hari nanti.     

Tim Forest memiliki keunggulan yang menyeluruh di babak pertama dan berulang kali mengancam gawang Newcastle United.     

Saat mereka mendengar peluit yang mengakhiri babak pertama, Eastwood dan rekan-rekan setimnya di bangku pemain cadangan berdiri dan mengobrol dengan gembira tentang babak pertama pertandingan. Dengan tim mereka memimpin, semua orang merasa sangat rileks.     

Siaran televisi menayangkan gambar close-up Twain, dan kemudian beralih ke bangku pemain cadangan untuk menayangkan wajah Eastwood. Kamera terus mengikutinya sampai dia memasuki terowongan para pemain.     

Selama jeda turun minum, Twain tidak mengatakan apa-apa selain memuji para pemain atas penampilan mereka yang bagus di babak pertama dan mendorong mereka untuk mempertahankannya selama babak kedua.     

Semua orang sedang bersemangat tinggi. Kelihatannya akan mudah untuk menguasai babak kedua. Eastwood hanya duduk di depan lokernya, tertawa sambil melihat semua orang.     

※※※     

Saat babak kedua dimulai, tampak jelas bahwa Newcastle United tidak ingin meninggalkan Nottingham dengan kekalahan. Mereka meningkatkan serangan mereka. Hal ini tidak terlihat dalam perubahan formasi atau lineup mereka, melainkan dari tekad kuat mereka. Mereka bertekad untuk mendapatkan kembali kendali permainan di babak kedua.     

Permainan itu tidak akan berakhir semudah yang dibayangkan Nottingham Forest.     

Twain harus melakukan beberapa penyesuaian.     

Pertama-tama, dia mengganti Arteta dengan Albertini untuk menggunakan pengalaman pemain veteran itu dalam menstabilkan lini tengah. Kemudian dia memasukkan Aaron Lennon untuk menggantikan Ashley Young agar terus memperkuat serangan dari sayap.     

Kedua belah pihak mengalami kebuntuan di lapangan, dan sepertinya Newcastle United memiliki kesempatan untuk menyamakan skor. Tapi berkat upaya keras George Wood, Pepe, Piqué, Edwin van der Sar, serta para pemain bertahan lainnya, skor masih tetap 1:0.     

Dari sejak Albertini dimasukkan, David Kerslake menyuruh semua pemain di bangku cadangan untuk melakukan pemanasan. Tidak terkecuali Eastwood.     

Di area teknis, Twain melihat arlojinya. Pertandingan telah berlangsung selama tujuh puluh menit. Masih ada dua puluh menit sebelum mereka memasuki perpanjangan waktu di akhir pertandingan.     

"David, panggil si Romani kemari."     

Kerslake sama sekali tidak menduganya. Dia tampak sedikit terkejut dan tidak bangkit berdiri sampai Twain mengulanginya sekali lagi.     

"Hah? Uh ... Oke."     

Kerslake bangkit dan pergi ke area di mana para pemain melakukan pemanasan. Dia tidak berteriak dan memanggil kembali pemain yang sedang melakukan pemanasan dengan lambaian tangan seperti biasanya. Melainkan, dia berjalan langsung ke arah Eastwood dan menahannya di tempat.     

Yang pertama kali menyadari hal itu bukanlah kamera televisi, melainkan para fans yang menonton pertandingan di stadion City Ground. Beberapa diantara mereka menjerit.     

Kemudian kamera televisi dengan cepat menyiarkannya, dan para fans tim Forest yang menonton pertandingan di televisi melihat asisten manajer tim, David Kerslake, memegang Eastwood sambil menundukkan kepalanya untuk mengatakan sesuatu.     

※※※     

"Aku masuk ke lapangan?!" Eastwood tampak terkejut. Dia tidak mengira akan mendapatkan kesempatan untuk bermain secepat ini. Awalnya dia berpikir bahwa dia hanya ada di sini untuk membiasakan diri dengan suasana kompetitif dalam pertandingan hari ini.     

Kerslake mengangguk. "Tony menyuruhmu kembali kesana."     

Eastwood bergegas ke area teknis.     

Twain, yang baru saja membungkuk untuk mengambil papan taktis, melihat Eastwood berlari ke arahnya. Dia berdiri dan tersenyum. "Kau masih belum cukup melakukan pemanasan? Jangan terburu-buru, jangan terburu-buru."     

"Kau ingin aku masuk ke lapangan, chief?" Eastwood bertanya dengan terbata-bata.     

Twain mengangguk. "Ya, kita perlu melakukan beberapa perubahan untuk mematahkan kebuntuan ini. Kurasa memasukkanmu ke lapangan akan jadi ide yang bagus. Bagaimana menurutmu, Freddy?"     

Eastwood menatap kosong selama sesaat dan kemudian mengangguk. "Aku setuju, chief!"     

Twain tertawa sambil melihat ke arah papan taktis di tangannya dan lalu dia melemparnya ke samping. Setelah itu, dia menarik Eastwood ke tepian dan kedua pria itu berdiri di pinggir lapangan sambil memandang seluruh stadion.     

"Freddy, meski aku belum mendengarnya, kurasa saat ini banyak orang mempertanyakan keputusan yang kuambil: membiarkan pemain sepakbola yang baru saja sembuh dari cedera lututnya untuk bermain dalam situasi ini. Bagaimana menurutmu?"     

"Mereka salah."     

"Kenapa?"     

"Karena kau membiarkan aku bermain sekarang, chief. Kalau tim sedang unggul jauh dari lawan dan saat itu kau membiarkan aku bermain, maka itu membuktikan mereka benar."     

"Tapi itu memang cara yang sangat bagus. Pertandingan yang mudah agar kau bisa perlahan-lahan memasuki ritme permainan, pulih sedikit demi sedikit."     

"Tapi mereka akan berpikir bahwa Freddy Eastwood adalah pemain tidak berguna yang hanya bisa bermain untuk membuang-buang waktu. Bahkan meski aku ingin mengatakan pada mereka kalau mereka salah, aku tidak bisa membuktikannya."     

Twain mengalihkan pandangannya untuk menatap Eastwood. Pria gipsi Romani itu memandang ke arah lapangan dengan serius.     

"Aku tahu apa yang dipikirkan wartawan-wartawan itu saat mereka mengelilingiku dan mengambil gambar sebelum pertandingan. Aku tidak ingin memberi mereka apa yang mereka inginkan. Chief..." Eastwood tiba-tiba saja menoleh untuk menatap Twain dan berkata, "Kalau kau juga melihatku dengan tatapan dan ekspresi mengasihani seperti itu, kurasa aku akan mengumumkan pengunduran diriku keesokan harinya. Itu bukan masalah besar, aku bisa kembali ke rumah ayahku dan menjual mobil bekas. Aku sudah terbiasa tinggal di karavan. Terima kasih tapi tidak terima kasih."     

Twain membuka mulutnya. Dia ingin mengatakan sesuatu tapi dia tidak tahu harus mengatakan apa. Akhirnya, dia sadar bahwa dia tidak perlu mengatakan apa-apa.     

Dia menepuk punggung Eastwood, menunjuk ke lapangan dan berkata, "Apa kau melihat situasi kita di lapangan saat ini? Kedua tim saling imbang, dan kita tidak bisa mengalahkan mereka."     

Eastwood mengernyit, "Itu benar-benar buruk."     

"Setelah kau masuk ke lapangan, cobalah untuk mendekati gawang lawan tanpa ketahuan. Lalu, saat kau melihat ada kesempatan..." Twain mengepalkan tangannya yang menunjuk ke lapangan dan mengayunkannya dengan kuat.     

"Beri aku gol yang indah!"     

※※※     

Begitu bola keluar dari garis tepi lapangan, ofisial keempat mengangkat papan nama elektronik untuk mengumumkan pergantian pemain. Nomor 9, Nicklas Bendtner, akan digantikan oleh nomor 11, Freddy Eastwood!     

Sorakan keras dan tepuk tangan terdengar di tribun City Ground.     

Suara keras dalam siaran langsung berteriak, "Mari kita sambut kembali gipsi Romani yang sudah sepuluh bulan absen karena cederanya. Freddy ..." Si penyiar memanjangkan suaranya.     

Para fans dengan lancar mengikuti dan menjawab, "Eastwood!!"     

Saat Bendtner berjalan keluar lapangan, dia melakukan tos dengan Eastwood dan berkata, "Kalahkan mereka, Freddy!"     

Eastwood mengangguk dan berlari ke lapangan.     

Setelah dia melakukan tos dengan Bendtner, Twain memandang ke seluruh tribun. Semua orang berdiri untuk bertepuk tangan atas kembalinya Eastwood. Tapi berapa banyak diantara orang-orang itu yang masih memiliki ekspektasi yang sama seperti sebelumnya tentang Eastwood?     

Dulu, saat pria gipsi Romani itu dimainkan, itu biasanya berarti ada gol yang akan dicetak. Semua orang selalu ingin melihat pemuda yang murah senyum itu muncul di lapangan.     

Dan sekarang?     

Kembalinya Eastwood ke lapangan memang disambut hangat, dan merupakan sebuah keajaiban dia bisa bermain lagi!     

Twain sudah mendengar suara-suara seperti itu.     

Dia memikirkan apa yang baru saja dikatakan Eastwood kepadanya.     

Orang-orang itu mungkin tidak bermaksud buruk, tapi tepuk tangan simpatik semacam itu bahkan lebih kasar.     

※※※     

Saat Eastwood berlari ke lapangan, rekan-rekan setimnya berlari menghampiri untuk memberinya tos.     

"Selamat datang kembali!" adalah ungkapan yang paling umum diucapkan.     

Saat tiba giliran Wood, dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengulurkan tangannya dan menepuk telapak tangan Eastwood dengan keras. Pria Romani itu tidak menghindarinya.     

※※※     

"Aku sama sekali tidak mengira kalau Tony Twain akan benar-benar membiarkan Eastwood bermain," kata Motson sambil melirik Lawrenson yang duduk disampingnya.     

Lawrenson tidak mengatakan apa-apa. Dia terus-menerus mengelus bibir atasnya.     

Saat dia melihat Lawrenson tidak menanggapinya, Motson harus melanjutkan topik ini sendirian. "Ini adalah kuota pergantian pemain yang terakhir baginya, dan itu sangat beresiko..."     

※※※     

"Eastwood menerima bola dari umpan Albertini, dia memunggungi gawang lawan. Tapi dia kembali mengoper bola lagi, kelihatannya dia takut untuk bergerak. Ingatan tentang cedera lututnya pasti membayanginya..."     

"Aku sudah mengatakannya sebelum ini. Seorang pemain dengan cedera lutut yang serius tidak akan bisa bermain seperti dulu." Lawrenson akhirnya angkat bicara. Dia tampak lega melihat penampilan Eastwood yang sesuai dengan prediksinya.     

Tidak lama kemudian, pertandingan memasuki sepuluh menit terakhir. Masih tidak ada perubahan dalam penampilan Eastwood. Kedua tim masih terus saling balas. Newcastle United tampaknya memiliki peluang tapi mereka masih belum bisa menyamakan skor. Dan kalau pertandingan berakhir dengan skor yang tetap tidak berubah, itu adalah hasil yang cukup bagus bagi tim Twain. Tapi bagi tim lawan, mereka kalah.     

Di menit ke-82, saat Eastwood menggiring bola di bagian depan area penalti untuk mencari peluang, dia didorong oleh pemain Newcastle United. Jatuhnya Eastwood menimbulkan beberapa kekacauan. Para pemain Forest mengelilingi pemain yang melakukan pelanggaran dan memelototinya. Para pemain Newcastle United jelas tidak terima membiarkan rekan mereka diintimidasi oleh lawan. Kedua belah pihak benar-benar berselisih kali ini. Suara cemoohan keras yang terdengar di City Ground semakin memperpanas konflik, dan sumber dari konflik ini, Eastwood, tidak ikut berpartisipasi di dalamnya. Sebaliknya, ia menarik mundur Gareth Bale, yang maju untuk melakukan tendangan bebas.     

"Aku yang akan melakukan tendangan," katanya pada Bale.     

"Tapi ..." Bale tampak ragu. Manajer mengatakan kalau dia harus melakukan tendangan bebas yang bisa langsung mengancam gawang lawan.     

"Biarkan aku melakukannya! Bale!" Eastwood mendesaknya.     

Bale memandang Eastwood yang tampak galak dan melepaskan bola.     

Eastwood tersenyum lemah pada Bale. "Terima kasih."     

George Wood, dengan ban kaptennya, berada tepat di tengah kerumunan pemain yang saling bentrok. Wasit menunjukkan kartu kuning ke arahnya. Dia dan pemain yang melakukan pelanggaran masing-masing menerima kartu kuning.     

Kalau bukan karena tindakan cepat Albertini, tangan kanan Wood pasti sudah berada di leher si pemain lawan.     

Pada saat itu, masalahnya tidak akan bisa diselesaikan hanya dengan kartu kuning.     

Saat semua pihak yang saling bentrok mulai membubarkan diri, mereka yang perlu membentuk tembok pemain melakukannya dan mereka yang perlu mengganggu tembok itu juga melakukan tugas mereka. Pada saat itu, semua orang baru menyadari bahwa pemain yang berdiri di depan bola bukanlah Gareth Bale, melainkan Freddy Eastwood.     

Reaksi pertama semua orang saat mereka melihat adegan itu adalah terkejut. Apa ada orang yang pernah melihat tendangan bebas langsung Eastwood di dalam pertandingan?     

Itu adalah pemandangan yang langka.     

Twain berdiri di area teknis tapi dia tidak berjalan ke pinggir lapangan. Dia hanya berdiri di depan kursinya, dan bahkan menghalangi sebagian pandangan Kerslake.     

"Eastwood berdiri di depan bola, dan sepertinya dia akan menendangnya. Ini ... benar-benar kejutan." Motson tidak tahu apa lagi yang harus dikatakan. Dia tidak memiliki statistik apapun tentang tendangan bebas Eastwood.     

※※※     

Di depan gawang, tembok lima orang dibentuk oleh Newcastle United. Eastwood berdiri di belakang bola sendirian. Tidak ada pemain lain yang melindunginya untuk melakukan tipuan.     

Setelah wasit melihat tembok pemain sudah dibentuk dengan benar, dan jaraknya juga sesuai dengan persyaratan, dia kemudian bergerak mundur sambil meniup peluit.     

Eastwood berlari dan mengayunkan kaki kanannya untuk menembak.     

Lututnya, yang telah menjalani tiga operasi, menggerakkan betisnya untuk menendang bola lengkung.     

Bola itu melewati tembok pemain Newcastle United dan masuk ke gawang dengan akurat.     

Kiper, Shay Given, menoleh ke gawang tanpa menunjukkan reaksi apapun.     

※※※     

"GOOOOL! GOOOOL!! GOOOOOL!!! Freddy Eastwood!!"     

Suara "bum" yang keras di stadion City Ground terdengar seperti guntur.     

Twain mengangkat tangannya tinggi ke atas dan mengepalkannya erat-erat.     

Di samping Eastwood, Albertini adalah orang pertama yang bergegas menghampirinya. Dia memeluk Eastwood dan mengangkatnya.     

Di dalam boks untuk penyiar, Lawrenson benar-benar terdiam. Hanya Motson yang berteriak ke mikrofon, "Ini adalah pertandingan pertamanya setelah sepuluh bulan dan dia mencetak gol! Itu terlalu sempurna! Terlalu sempurna! Aku tidak tahu bagaimana harus menggambarkan momen ini, tapi dia sudah mengejutkan kita semua!"     

Eastwood melepaskan diri dari pelukan kapten tim tua itu untuk mengangkat tangannya ke langit. Dia mengacungkan tinjunya dan berteriak.     

Aku tidak bisa kembali menjadi diriku di masa lalu? Benar-benar omong kosong! Kenapa aku harus kembali ke masa lalu? Aku hanyalah seorang penjual mobil bekas dengan kaki patah di masa lalu, bermain untuk senang-senang di pertandingan liga amatir ... Kenapa aku harus kembali ke masa itu?     

Jadi, apa ini sudah cukup bagiku untuk kembali?     

Striker legendaris ini ingin mencetak gol, dan aku ingin mencetak banyak gol!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.