Mahakarya Sang Pemenang

Hubungan Apa? Bagian 1



Hubungan Apa? Bagian 1

0Saat dia melihat Twain baru pulang, Dunn bertanya padanya darimana saja dia. Twain memutuskan untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya dan hanya memberinya jawaban yang ambigu. "Aku makan malam dengan kru produksi."     
0

Clarice Gloria adalah bagian dari kru produksi, jadi makan malam dengannya bisa juga dianggap sebagai "makan malam dengan kru produksi."     

Dia tidak ingin mengatakan yang sebenarnya kepada Dunn karena Dunn sudah tahu banyak tentang urusan pribadinya.     

Tiba-tiba saja dia tidak tahan saat melihat Dunn menatapnya dengan ekspresi itu - ekspresi tanpa makna dan hanya melihat tanpa berkata apa-apa. Twain sama sekali tidak paham arti dari tatapan seperti itu dan itu membuatnya jengkel.     

Dunn tidak bertanya lebih jauh. Kalau dia bertanya, itu tidak sesuai dengan karakternya.      

Setelah mengobrol singkat, Twain langsung naik ke atas untuk mandi dan beristirahat.     

Setelah tinggal bersama Dunn cukup lama, mereka berdua saling mempengaruhi. Dipengaruhi oleh Twain, Dunn secara bertahap mulai menjadi lebih bersemangat dan mau mengambil inisiatif dalam bercakap-cakap. Dan rutinitas harian Twain menjadi lebih teratur dibawah pengaruh Dunn.      

Clarice Gloria berpapasan dengan kepala produser program, John Trafalgar, di pintu kamar hotelnya.     

"Kau masih belum mendapatkan kesimpulan yang jelas?" Sebelum ini, Gloria mengatakan pada Trafalgar bahwa kalau jawabannya tidak bisa ditemukan selama syuting, dia tidak keberatan menggunakan cara-cara yang tidak konvensional. "Kupikir aku tidak akan melihatmu disini malam ini."     

Gloria mengangkat bahu. "Tidak. Tapi aku sudah menemukan jawabannya. Tidak jadi masalah apakah aku bisa menarik kesimpulan itu atau tidak. Mungkin dia memang orang yang tidak bisa didefinisikan. Tapi..." Melihat Trafalgar bersandar di pintu, Gloria tersenyum kecil. "Aku hampir membiarkannya membawaku ke hotel yang lain."     

Trafalgar memutar matanya.     

"Tapi ..." Gloria mengayunkan tas kecilnya ke belakang dan meletakkan tangannya ke atas bahu Trafalgar. Gloria menatapnya lalu berkata, "Dia tidak bagus untuk one-night-stand."     

"Kenapa?" Trafalgar memandangnya dan bertanya.     

"Karena itu hanya akan sia-sia saja."     

Gloria mengedip pada Trafalgar dan membuka pintu kamarnya untuk masuk.      

"Selamat malam, John."     

"Malam, Clarice."     

Dan pintu menutup di antara mereka.     

※※※     

Keesokan harinya, kru produksi mulai bekerja seperti biasa. Twain dan Gloria saling menyapa dengan suara keras di pinggir lapangan dan melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Gloria memanggil Twain dengan sebutan "Tn. Twain" sementara Twain masih memanggilnya "Nn. Gloria."     

Karena besok adalah hari pertandingan, latihan hanya dilangsungkan setengah hari dan sebagian besar dihabiskan untuk latihan taktis. Karenanya, kru produksi hanya bisa merekam selama lima belas menit sebelum mereka harus meninggalkan lapangan latihan.      

Tapi mereka tidak langsung kembali ke hotel. Ada pekerjaan penting lain yang menunggu: mewawancarai ketua klub.      

Sebagai orang yang pernah memberhentikan dan mempekerjakan kembali Twain, Edward Doughty ditakdirkan untuk mengakui "kejahatannya" yakni kesalahan penilaiannya. Rencana yang disusun olehnya dan Allan tidak boleh dipublikasikan; atau, tepatnya, hal itu jelas tidak boleh diungkapkan saat ini.      

"... Kau ingin bertanya bagaimana pendapatku tentang Tony Twain? Aku hanya punya satu hal untuk dikatakan: Aku ingin berterima kasih padanya."     

Itu adalah kata-kata yang diucapkan Edward Doughty dengan setulus hati.     

Bagi Clarice Gloria, yang telah mewawancarai banyak selebritis sepakbola, tidaklah mengejutkan baginya untuk menemukan bahwa ada konflik antara ketua klub dan manajer di dunia sepakbola. Bahkan manajer yang sedang menjabat akan memiliki beberapa keluhan tentang ketua klub mereka. Tak peduli berapa banyak pujian yang saling mereka lontarkan terhadap satu sama lain saat berada di depan orang lain, dia bisa merasakan adanya ketidakcocokan dibalik tampilan palsu itu.      

Tapi, saat Edward Doughty menghadap ke kamera, ia tidak memuji manajernya setinggi langit dan tidak ada ucapan klise yang bertele-tele. Dia hanya memberikan sebuah pernyataan yang sederhana "Aku ingin berterima kasih padanya." Itu adalah hal yang jarang terjadi.      

Gloria yakin ketua klub yang masih muda itu mengatakannya dengan tulus.     

Apa rahasia dibalik kebangkitan Nottingham Forest? Rahasia yang tidak diketahui? Saat sebuah tim, mulai dari ketua klub hingga para pemain biasa, bersatu dalam solidaritas, ketika hubungan antara orang-orang itu sederhana dan bahagia dan mereka memiliki tujuan yang sama, apakah akan sulit bagi mereka untuk meraih hasil yang baik?     

Untuk menggunakan kalimat yang sering digunakan, Tony Twain dan Nottingham Forest serta ketua klubnya sedang dalam masa bulan madu. Selama masa ini, penampilan tim sangat bagus dan tidak ada perselisihan di ruang ganti. Semua orang berhasil meraup sukses. Ketenaran dan uang juga mengikuti mereka. Itu adalah hal yang wajar. Saat tidak ada gangguan dari faktor-faktor eksternal yang kacau, para pemain bisa menunjukkan potensi mereka sepenuhnya di lapangan.      

Semua tim yang telah mencapai kesuksesan di dalam sejarah pasti pernah menjalani masa bulan madu ini.      

Beberapa contohnya adalah Barcelona dalam dua musim terakhir, AC Milan di awal 90-an, "Jaman keemasan" Inter Milan, dan prestasi treble Manchester United di tahun 1999.     

Terkait kenapa setiap dinasti itu tidak bisa bertahan lama, itu karena orang-orang selalu berubah. Gloria tidak tahu berapa lama masa bulan madu ini akan bertahan bagi Twain dan tim Forest. Itu bukanlah hal yang ingin diselidiki oleh program televisinya.      

※※※     

Pertandingan kali ini akan diadakan di stadion City Ground. Ini adalah putaran ke-30 Liga Utama Inggris, yang merupakan bagian dari "biarkan para penonton mengetahui semua hal tentang Nottingham Forest yang baru" di dalam rencananya. Selain latihan rutin, sebuah pertandingan adalah langkah alami berikutnya untuk mengenal sebuah tim. Biasanya, para pemirsa menonton pertandingan dari sudut pandang seorang penyiar televisi. Sudut syuting kru produksi kali ini tidak selalu terfokus pada pertandingan, melainkan juga ke area teknis, bangku pemain cadangan, ruang ganti dan tribun penonton.      

Rencana pembuatan film Gloria mencakup dua pertandingan. Satu pertandingan adalah liga domestik dan yang lainnya adalah babak perempat final Liga Champions pada tanggal 29 Maret, yang merupakan pertandingan tandang Nottingham Forest melawan Inter Milan.     

Pertandingan kandang Nottingham Forest melawan Bolton Wanderers tidak dipilih oleh Sky TV untuk disiarkan secara nasional. Tapi, masih ada banyak media disana. Itu bukan karena pengaruh resmi UEFA, atau fenomena khusus di pertandingan ini. Sudah sejak lama, media Inggris telah memahami bahwa, selama ada pertandingan Nottingham Forest, penting bagi mereka untuk memperhatikannya, tanpa melihat apakah itu disiarkan secara nasional atau tidak. Tidak ada yang tahu kapan manajer tim akan menciptakan berita sensasional atau kejenakaan baru.      

Melewatkan berita semacam itu berarti menentang keinginan pembaca nasional.     

Gloria memandang ke arah media yang hadir, jumlahnya lebih banyak dari yang ia perkirakan. Dia tidak heran melihat semua itu mengingat semakin besarnya pengaruh Twain di Inggris.      

Pertandingan berjalan dengan lancar. Mungkin itu karena para pemain menjadi lebih termotivasi dengan kehadiran Majalah Liga Champions UEFA. Bisa juga karena mereka belum menang selama dua putaran berturut-turut dan hal itu memberikan tekanan pada tim, sehingga mendorong keinginan mereka untuk menang.     

Singkatnya, tim Twain berhasil menang besar 4:1 atas Bolton Wanderers di kandang sendiri dan menggunakan kemenangan ini untuk membuktikan kemampuan tim kepada orang-orang yang meragukan mereka.     

Kamera Gloria dan krunya merekam semua hal yang terjadi di stadion City Ground yang dipenuhi sorakan gembira. Gloria tidak menduga kehebohan yang ditunjukkan di stadion City Ground, yang hanya bisa menampung dua puluh tujuh ribu orang, terjadi di sepanjang dan seusai pertandingan. Dia merasa bahwa suasana saat itu tidak terlihat seperti baru memenangkan pertandingan liga biasa, melainkan lebih seperti baru memenangkan gelar juara liga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.