Mahakarya Sang Pemenang

Inti Tim



Inti Tim

0Kerslake kembali duduk di kursinya dan menatap Twain, yang baru saja kembali ke area teknis. "Apa yang kaukatakan pada Baines? Aku bisa melihat ada yang tidak beres dari ekspresinya."     
0

Twain duduk dan menoleh ke arahnya sambil tersenyum. "Tebak saja."     

"Bagaimana mungkin aku menebaknya?" Kerslake membuka kedua tangannya.     

"Kau akan segera tahu, David."     

Di lapangan, Leighton Baines tidak mendapatkan peluang untuk menemukan targetnya. Dia tidak berani meninggalkan posisinya saat tidak ada bola mati. Bagaimana kalau lawan menyerang balik?     

Oleh karenanya, Kerslake masih belum melihat penyesuaian yang disebut-sebut oleh Twain. Dia hanya bisa menunggu dengan sabar.     

Akhirnya, saat George Wood membuat Fabregas terjatuh ke tanah, wasit meniup peluit yang mengisyaratkan terjadinya pelanggaran. Arsenal diberi hadiah tendangan bebas di lingkaran tengah. Cemoohan dari tribun ditujukan kepada si pelaku pelanggaran, tapi suara cemoohan itu tidak sekeras yang pernah didengar Wood di stadion Meazza. Arsenal memang berbeda dari Inter Milan karena mereka sering berhadapan dengan Nottingham Forest selama hampir dua musim. Para fans Arsenal sudah familiar dengan George Wood. Mereka sudah lama tahu pemain seperti apa dia.     

Wood memandang Fabregas yang terduduk di tanah dan tidak membantu menariknya berdiri untuk menunjukkan niat baik. Dia hanya berbalik dan berlari kembali ke posisinya.     

Pada saat itulah Leighton Baines berlari menghampirinya.     

"George, George."     

Wood menghentikan larinya. "Ada apa?"     

"Boss memintaku menyampaikan pesan padamu."     

Wood memandang ke arah Twain yang sedang duduk di area teknis.     

"Dia memintamu untuk memajukan posisimu agak sedikit ke depan. Dia juga bilang kau harus lebih aktif dalam menyerang dan mengambil inisiatif dalam menerima bola, serta melakukan apa yang kaurasa perlu."     

Wood ganti menatap Baines.     

Baines sedikit gugup ditatap Wood seperti itu. Dia buru-buru menganggukkan kepalanya. "Ya, ya. Itu yang dia katakan. Aku tidak mengubah kata-katanya. Dia memintaku mengatakannya padamu tepat seperti perkataannya jadi kau tidak akan meragukanku. Dia juga bilang... kalau kau berhasil maka semua pujian akan jadi milikmu dan kalau kau gagal maka dialah yang akan bertanggungjawab."     

"Oke, aku mengerti." Wood mempercayai kata-kata Baines, karena Baines tidak punya alasan untuk berbohong padanya.     

Leighton Baines menghembuskan nafas lega dan baru akan berlari kembali ke posisinya. Dia baru saja berbalik saat dia teringat sesuatu. Dia kembali menghadap ke arah George untuk bertanya, "George? Kau sudah berlatih menyerang belakangan ini, kan?"     

Wood mengangguk.     

Baines tersenyum. "Kalau begitu aku yakin kau bisa melakukannya. Maju terus! Tunjukkan pada mereka apa yang bisa kau lakukan!"     

Meski dia melihat senyuman dan mendengar kata-kata penyemangat dari rekan setimnya, Wood masih tetap tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya membalikkan badan dan berlari kembali ke posisinya.     

Arsenal memanfaatkan tendangan bebas yang mereka peroleh untuk meluncurkan serangkaian serangan dengan maksud ingin memperbaiki situasi di lapangan. Kalau mereka cukup beruntung dan berhasil mencetak gol lagi, mereka akan bisa sepenuhnya mengunci kemenangan di pertandingan ini. Dengan hanya sembilan belas menit tersisa dan dua gol lebih unggul daripada lawannya, tim Forest jelas tidak akan punya peluang untuk menyamakan kedudukan. Dan saat pertandingan leg kedua diadakan di stadion City Ground, mereka akan bisa bersantai setelah unggul 2:0.     

Setelah dia melihat Baines memberikan pesan itu kepada Wood, Twain kembali bangkit dari kursinya dan berjalan menuju pinggir lapangan.     

※※※     

Karena taktik mereka adalah serangan balik defensif, Arsenal tidak mengalokasikan banyak pemain penyerang. Pemain penyerang yang jumlahnya hanya sedikit tidak bisa menimbulkan banyak ancaman bagi gawang tim Forest. Nottingham Forest dengan cepat kembali mengendalikan permainan.     

Bola dioper ke George Wood. Fokus pertahanan Arsenal adalah para pemain seperti Arteta, Ribery, Ashley Young, Anelka dan Viduka. Wood mengambil bola itu di lini belakang, tapi tidak ada satupun pemain Arsenal yang mendekatinya untuk merebut bola. Henry hanya terlihat seperti hendak merebut bola tapi akhirnya bergerak mundur ke belakang.     

Wood mendapat bola dan dia tidak terburu-buru mengopernya. Kata-kata Leighton Baines bergema di benaknya.     

"... Dia bilang kau harus lebih aktif dalam menyerang dan mengambil inisiatif dalam menerima bola, serta melakukan apa yang kaurasa perlu... kalau kau berhasil melakukannya maka semua pujian akan jadi milikmu, dan kalau kau gagal maka dialah yang akan bertanggungjawab..."     

Mudah untuk mengatakannya daripada melakukannya! Melakukan apa yang kurasa perlu. Bagaimana aku bisa melakukan apa yang kurasa perlu?     

Sekarang ini Wood hanya bisa "melakukan apa yang dirasa perlu". Dia melihat tidak ada pemain Arsenal yang berusaha menghadangnya. Arteta mendapatkan penghalang terberat dimana Edu menempel erat padanya.     

Albertini pernah mengatakan padanya kalau dia tidak tahu kepada siapa dia harus mengoper bola, maka dia bisa mengopernya ke rekan setim yang berada paling dekat dengannya. Arteta saat ini adalah pemain yang berada paling dekat dengannya. Tapi, apa boleh dia mengopernya pada Arteta? Sudah jelas kalau dia sebaiknya tidak melakukan itu. Dengan penjagaan seketat itu, sangatlah mudah baginya untuk kehilangan bola. Meski ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan si penerima, bagaimana mungkin dia tetap mengoper bola ke arah Arteta saat dia tahu kalau kemungkinan besar bolanya akan berhasil dicuri lawan?     

Apa yang diopernya bukan hanya sekadar bola; melainkan juga semacam bentuk tanggung jawab. Ini adalah hal yang berulang kali dikatakan oleh Albertini kepadanya selama latihan dan dia selalu mengingatnya. Sangatlah tidak bertanggungjawab kalau dia tetap mengirimkan bola ke rekan setim yang posisinya sedang tidak bagus. Tipe perilaku ini bisa menghasilkan sebuah kesalahan besar. George adalah gelandang bertahan dan dia tahu kesalahan besar seperti apa yang bisa terjadi. Dia tidak akan membiarkan situasi semacam itu menjadi kenyataan. Kalau rekan setimnya kehilangan bola dengan mudah, dia akan merasa sangat marah. Jadi, bagaimana mungkin dia bisa mengoper bola tanpa memikirkan tentang ini?     

Karena tidak mungkin mengoper bola ke Arteta, kepada siapa dia bisa mengopernya?     

Wood melihat ke sekelilingnya. Ashley Young sedang berusaha keras untuk bergerak maju dan Ashley Cole berada tidak jauh di belakangnya. Ini bisa menjadi sebuah peluang. Satu-satunya masalah adalah posisi Ashley Young terlalu jauh. Wood sama sekali tidak percaya diri dengan kemampuannya untuk bisa dengan akurat mengoper bola sejauh lebih dari tiga puluh meter. Level operannya hanya bisa menjamin keakuratan untuk jarak sepuluh meter. Operan dengan jarak lebih dari tiga puluh meter sama sekali bukan bagian dari tugasnya sebelum ini.     

Ribery tidak terikat ke daerah sayap tapi lebih ke area tengah. Sayangnya, dia memiliki permasalahan yang sama seperti Arteta. Dia telah menjadi pemain yang bersinar di musim lalu, dan di musim ini, dia juga semakin dikenal, sehingga membuatnya menjadi target yang dijaga ketat di pertandingan ini.     

George Wood tidak punya banyak waktu untuk mempertimbangkan situasi yang sedang dihadapinya. Dia harus melakukan sesuatu. Tidak ada target yang cocok untuk menerima operannya, jadi kalau begitu...     

Wood memilih cara yang paling sederhana: Dia menggiring sendiri bolanya ke depan.     

"Ini tidak bisa dipercaya. George Wood, yang biasanya langsung mengoper setelah menerima bola, sekarang menggiring bolanya dan bergerak maju! Apa Albertini memakai jersey yang salah?" komentator pertandingan mengejek Wood, yang tampak terlalu berhati-hati dalam menggiring bola.     

Dribble George agak sedikit canggung. Ini bukan berarti dia tidak bisa menggiring bola, hanya saja dia jarang sekali menggiring bola ke lini depan di sebuah pertandingan.     

Sejenak Henry merasa ragu. Saat dia sedang bimbang antara maju atau bertahan, George Wood sudah melewatinya. Jarak antara bola dan kakinya sangat pas sehingga Henry tidak bisa menemukan momen yang tepat untuk merebut bola itu.     

Skill dasar Wood sangatlah bagus. Meski George Wood telah menjadi pendukung kekuatan inti Tim Pertama, Twain masih memintanya untuk tetap melatih teknik-teknik dasar. Karena Wood mulai bermain bola agak terlambat di usianya, dia sebenarnya bisa saja mengabaikan teknik-teknik dasar itu tapi dia terus melatihnya agar bisa mencapai prestasi yang lebih besar di masa depan.     

Wood menggiring bola melewati Henry. Striker Prancis itu ragu-ragu sejenak tapi kemudian segera berbalik untuk mengejarnya. Dia sadar bahwa Wood telah menjadi pemicu serangan yang sesungguhnya.     

"George! Belakangmu!" Arteta memperingatkannya dengan suara keras dari depan.     

Fabregas mendengar seruan itu, melihat apa yang sedang terjadi dan segera mendatangi Wood dari depan. Dengan satu orang di depan dan di belakangnya, kelihatannya serangan untuk menjepitnya dari dua arah itu akan bisa menghentikan dirinya dan bola.     

Saat Wood melihat ada orang di depan dan di belakang yang berusaha menghentikannya, pikirannya seketika menjadi kosong dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Wood sangat terkejut saat Henry menjulurkan kakinya dari belakang dan menyodok bola. Wood hanya bisa melihat bola bergulir menjauh dari kakinya dan diterima oleh Fabregas yang sedang berlari ke arahnya. Arsenal telah mengubah bertahan menjadi serangan.     

Saat dia melihat bola berada di kaki Fabregas, kekosongan yang ada di otaknya tiba-tiba mulai menjernih dan pikirannya kembali normal. Dia tahu apa yang harus dia lakukan dan dia sama sekali tidak ragu mengenainya. Dia segera menyodok bola Fabregas untuk merebutnya.     

Fabregas sama sekali tidak menduga bahwa Wood, yang tadinya masih tertegun dan tampak linglung, bisa bergerak dengan cepat, seolah-olah dia telah menjadi orang lain dalam sekejap. Fabregas membeku di tempatnya selama beberapa saat, dan dalam kurun waktu yang singkat itu, George Wood berlari melewatinya dengan menggiring bola yang kembali direbutnya.     

Henry, yang berada di belakang Wood, tidak bisa melihat situasi yang terjadi antara kedua pemain itu. Dia tahu dia sudah menyodok bola dan Fabregas ada disana, jadi seharusnya dia sudah menerima bolanya. Oleh karena itu, dia baru saja akan memutar badannya untuk mulai melakukan serangan balik. Saat Wood berlari menjauh, dia melihat bahwa bola itu sudah kembali ke kaki anak itu!     

Twain, yang melihat adegan ini dari pinggir lapangan, hanya bisa menggosok pelipisnya dan bergumam pada dirinya sendiri, "Bocah itu... Apa dia hanya tahu apa yang harus dilakukan kalau dia sedang bertahan?"     

Saat mendengarnya bergumam, Kerslake menolehkan kepalanya dan menatap Twain. "Tony, apa kau yang mendorongnya untuk melakukan itu?"     

"Jangan bilang kau tidak tahu apa yang sudah kita tanamkan padanya selama latihan dalam beberapa hari terakhir ini, David. Jangan terlihat terlalu terkejut."     

"Aku hanya terkejut karena kau menerapkannya lebih cepat dari dugaanku. Kau jelas tahu tentang standarnya saat ini."     

"Apa lagi yang bisa kita lakukan? Wenger sudah familiar dengan semua yang kita punya. Kalau kita ingin memecah kebuntuan di lapangan, kita harus melakukan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang agresif... Apa kau tahu sebuah katalis dibutuhkan dalam sebuah reaksi kimia, David? Permainan ini adalah katalisnya."     

"Kalau kau mempertaruhkan semuanya pada anak itu, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kukatakan tentangmu. Apa kau sudah gila atau terlalu percaya diri?"     

"Aku keduanya."     

"Tapi kalau kita tereliminasi karena ini, Tony, kau tahu..."     

"Aku yang akan bertanggungjawab penuh." Twain menyeringai. Melihat seringainya, Kerslake sama sekali tidak bisa berkata-kata.     

"Baiklah, lakukan saja apa maumu..."     

※※※     

Wood kembali mendapatkan bola. Karena dia tiba-tiba bergerak maju, sebuah celah terbentuk di sisi Arteta. Dia melihatnya sekilas. Tanpa ragu, Wood mengoper bolanya.     

Arteta menggunakan skillnya untuk melepaskan diri dari Edu yang menjaganya dan mengoperkan bola ke Ashley Young yang mempertahankan bola di kakinya. Young berlari masuk ke area lawan dan mencoba menembak. Bolanya sempat menyentuh kaki Senderos dan melambat hingga Lehmann bisa menangkapnya.     

Serangan tim Forest berakhir begitu saja.     

Saat dia melihat tembakan Ashley Young ditangkap oleh Lehmann, Arteta baru akan berbalik untuk memberikan acungan jempol bagi George Wood sebagai dorongan semangat dan pujian serta untuk mengatakan padanya bahwa dia sudah melakukannya dengan baik. Tapi dia sama sekali tidak menduga kalau dia akan melihat punggung Wood. Pemain Nottingham Forest nomer 13 itu sudah berlari kembali ke posisinya untuk bertahan.     

Melihatnya terburu-buru berlari ke lini belakang, Arteta tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa.     

Serangan Arsenal kali ini juga berakhir di tangan kiper Forest. Penyelamatan yang mantap dari Edwin van der Sar telah menetralisir tembakan yang dilakukan oleh Reyes.     

Edwin van der Sar melemparkan bola untuk meluncurkan serangan yang lain. Kali ini dia melemparkan bola langsung ke lini tengah. Dijaga ketat oleh Edu, Arteta menyundul bola ke arah George Wood.     

Kali ini, Wood tidak menggiring bola. Dia mengoper bolanya segera setelah menerimanya. Dia menarget Leighton Baines yang bergerak maju dari belakang.     

Kekuatan serangan tim Forest diluncurkan dari sayap. Dua bek belakang seringkali bergeark maju untuk membantu serangan.     

Jelasnya, Arsenal sudah mengantisipasi hal ini. Wenger sadar bahwa area sayap adalah rute serangan tim Forest yang paling tajam, jadi dia sudah siap menghadapinya dengan memposisikan banyak pemain di area sayap. Terobosan Baines bisa dikendalikan. Dalam keputusasaannya, dia mengembalikan bola ke Wood.     

Tanpa banyak berpikir, semua orang memperlakukan Wood sebagai sebuah titik transisi saat menyerang dan bertahan. Arteta sama sekali tidak berkutik karena dijaga lawan dengan sangat ketat. Wood saat ini adalah pemain yang paling bebas dari penjagaan sehingga bisa menerima bola dengan mudah tanpa gangguan sebelum memutuskan kemana bola itu akan diarahkan.     

Wood dipaksa menjadi inti tim Forest dalam momen akhir pertandingan ini.     

Tak peduli apakah dia setuju atau tidak, dia tidak bisa melepaskan beban itu sebelum pertandingan berakhir.     

Wood mendapatkan bola dan Fabregas menghadangnya. Keduanya benar-benar bertukar peran. Sebelum ini, Wood selalu bertahan dan menghadang Fabregas. Kali ini Fabregas-lah yang bertahan dan menghadang Wood.     

Saat Wood tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk melewati Fabregas, dia melihat Arteta berlari ke arahnya sambil memberikan isyarat agar memberikan bola padanya dan kemudian berlari ke sayap kanan.     

Wood tidak ragu dan langsung mengoper bola. Setelah itu, dia melakukan tepat seperti yang dikatakan oleh Arteta dan berlari ke sayap kanan. Punggung Arteta menghadap ke arah gawang Arsenal. Edu menekannya dengan kuat hingga dia sama sekali tidak bisa membalikkan badan. Tapi dia memang tidak berniat untuk membalikkan badan.     

Setelah dia melihat Wood berlari, Arteta mengoper bola kepadanya dan kemudian berbalik lalu berlari ke depan. Tampaknya dia ingin menyatukan kekuatan dengan Wood.     

Wood juga memiliki pikiran yang sama. Awalnya dia ingin segera mengoper bolanya ke Arteta, tapi dia menemukan Edu masih menekannya dengan kuat. Wenger tahu bahwa Arteta adalah inti serangan tim Forest saat Albertini tidak diturunkan. Gelandang Brasil Arsenal itu menganggap serangan tim Forest akan lumpuh selama dia bisa menekan pergerakan pemain Spanyol itu.     

Memang, itu adalah ide dan pengaturan yang tepat.     

Tapi, pertandingan hari ini sedikit berbeda.     

George Wood sudah mengangkat kaki kirinya saat dia melihat Edu masih menempel ketat pada Arteta, jadi dia tidak bisa mengirimkan bola ke arahnya karena Arteta tidak akan bisa menerimanya dengan nyaman.     

Wood mengubah pikirannya saat dia melihat Anelka bergerak mundur. Dia mengoper bola ke Anelka.     

Saat pemain Prancis itu menerima bola, dia memicu timbulnya cemoohan keras di Highbury. Sebenarnya, suara cemoohan itu sudah dimulai sejak saat Wood mendapatkan bola dan kini terdengar semakin keras setelah Anelka menerima bola.     

Setelah Anelka menerima bola, lini pertahanan Arsenal langsung tegang. Mereka tahu bahwa pria di hadapan mereka ini bisa mengancam gawang yang dijaga Lehmann. Dia berbeda dari George Wood, yang sama sekali tidak bisa menembak ke gawang. Toure mengikutinya dan bermaksud menghalangi Anelka mencetak gol.     

Arteta berbalik dan berlari untuk mendukung rekan setimnya. Rencana tim Forest untuk menyerang dari tengah dengan cepat kini sudah terlihat jelas.     

Anelka berusaha menerobos melewati Toure, tapi bolanya berhasil dicegat oleh Toure.     

Itu mengakhiri serangan tim Forest.     

"Sayang sekali, Anelka terlalu mandiri! Akan lebih baik kalau dia mengoper bolanya ke Arteta."     

"Kalau dia mengoper bolanya, maka dia bukan Anelka."     

Toure merebut bola Anelka dan sudah siap untuk mengopernya lalu melakukan serangan balik. Bola itu diopernya ke depan, tapi tidak diterima oleh pemain Arsenal. Melainkan, bola itu diterima oleh George Wood.     

Saat Wood melihat bola Anelka direbut lawan, dia sedang berada di rute operan Toure ke Fabregas. Sama seperti Fabregas yang memahaminya, dia juga tahu bahwa Fabregas adalah inti taktis Arsenal. Operan untuk serangan balik semacam ini jelas akan menjadi urusannya.     

George Wood segera mengoper bola yang diperolehnya ke Anelka, yang sedang memeriksa situasi di hadapannya. Kali ini, Anelka memilih untuk tidak menerobos paksa; melainkan, dia membuat sebuah aksi terobosan dan kemudian mengoper bola ke Arteta, yang berlari maju untuk menerimanya. Lalu dia segera berlari cepat ke depan untuk melakukan taktik wall pass dengan Arteta.     

Para pemain bertahan Arsenal sudah menyadari rencananya. Toure tidak tertipu dan mengikuti Anelka kembali ke area penalti. Selama dia menjaga ketat pria itu, serangan tim Forest akan terhenti. Arteta mencari-cari Anelka, yang semakin memperkuat gagasan di benak Toure dan pemain Arsenal lainnya: jaga Anelka dengan ketat jadi bocah Spanyol yang punggungnya menghadap gawang ini tidak akan menjadi ancaman!     

Arteta melihat Anelka tapi tidak mengoper bola ke arahnya. Dia justru memilih rute yang tidak terduga. Dia mengoper bola kembali ke George Wood.     

Sambil mengoper bolanya, dia berseru pada Wood, "Tembak saja! George! Jangan dihentikan!"     

Wood mendengar teriakan Arteta karena jarak mereka sangat dekat. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, tapi teriakan Arteta menyadarkannya: langsung tembak ke gawang!     

Tidak ada pemain yang mengikuti George Wood. Fokus perhatian dalam pertahanan Arsenal diarahkan pada Anelka dan Arteta. Bahkan kali ini, Fabregas juga baru saja menjaga Anelka, yang bergerak memotong ke dalam area penalti.     

Dari pinggir lapangan, Twain mengepalkan tinjunya saat dia melihat Arteta mengoper bola kembali ke Wood. "Kendalikan dirimu, dasar bocah!"     

Wood mengayunkan kaki kanannya tanpa mengambil awalan. Dia menyelaraskan diri dengan bola dan menendangnya dengan kuat!     

Pada waktu yang sama, Arteta menunduk, membuat Edu terkejut saat melihat bola melesat ke arahnya seperti bola meriam dan melewatinya disertai embusan angin dan beberapa helai rumput yang beterbangan.     

"George WOO—"     

Bola itu terbang dengan kuat dan sangat cepat. Bola itu terbang ke arah Lehmann dalam sekejap. Satu-satunya hal yang patut disesali adalah jalurnya yang sama seperti sundulan Wood: rutenya terlalu lurus!     

Namun, Lehmann takut menerima bola yang mengarah langsung ke tangannya. Kenapa? Karena dia takut kalau dia akan menjatuhkan bola itu.     

Kiper Jerman itu akhirnya memutuskan untuk memukul bola keluar dari area gawang. Dia meninju bola. Dengan suara benturan yang keras, dia dan bola sama-sama melayang ke arah yang berlawanan.     

Lehmann jatuh ke dalam gawang dan bola itu terbang kembali ke tengah area penalti.     

Bolanya tidak masuk! Meski merasa malu, Lehmann berhasil menyelamatkan gawang dari tembakan mendadak itu.     

Apakah serangan tim Forest berakhir disini?     

Tidak!     

Anelka, yang berlari masuk ke dalam area penalti dan berniat menerima operan Arteta, muncul di depan bola seperti hantu. Dia tidak dijaga. Perhatian semua pemain Arsenal terfokus pada tendangan voli Wood yang mendadak.     

"Nicolas Anelka – YA!"     

Anelka menghadap ke arah ratusan jari tengah yang teracung dan bibir yang mengucapkan kata "F" dari tribun utara, mengatur posisinya dan kemudian mengayunkan kaki kanannya untuk menyapu bola ke udara dan ke gawang yang kosong.     

Yudas telah bereinkarnasi menjadi iblis dan memberikan serangan fatal kepada mantan tuannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.