Mahakarya Sang Pemenang

Cedera Bagian 1



Cedera Bagian 1

0Albertini cedera.     
0

Kurang dari seminggu babak pertama kualifikasi Liga Champions UEFA, otot paha kirinya mengalami cedera selama latihan rutin.     

Tidak ada dampak yang dahsyat. Itu tidak terjadi selama latih tanding. Itu terjadi usai dia balik arah saat melakukan lari jarak pendek yang rutin dilakukan. Terlepas dari apakah dia sudah selesai berlari atau belum, moodnya sangat santai. Ini hanyalah pemanasan sebelum dimulainya latihan.     

Pada saat itu, Twain masih berbicara dengan Kerslake tentang bagaimana membuat perubahan taktis melawan Villarreal dan meminta tim untuk memperhatikan strategi ini selama latihan rutin.     

Di lapangan, kelompok Albertini dan George Wood sedang melakukan putaran lari. Wood langsung melaju cepat di depan. Dia selalu seperti ini selama latihan rutin. Dia berlari sekencang yang dilakukannya di dalam pertandingan resmi. Albertini tidak harus berlari sekencang bocah konyol itu. Dia seharusnya mempertahankan ritme dan kecepatannya, dimana George Wood akan bisa dengan mudah melepaskan diri darinya dan meninggalkannya di belakang.     

Namun, hari ini berbeda. Sejak awal, Albertini mencoba untuk menyusul di belakang Wood dan Wood berlari tanpa tahu bahwa Albertini menggertakkan giginya untuk mencoba mengikutinya. Tapi, bersaing adu kecepatan dengan Wood muda terlalu menuntut bagi tubuh Demetrio yang sudah berusia 33 tahun.     

Saat mencapai titik balik pertama, Wood dengan mudah dan lancar berbalik arah sementara Albertini tiba-tiba saja melambat. Kemudian dia mengubah lajunya dari berlari menjadi berjalan. Setelah beberapa langkah, dia hanya diam di tempat.     

Yang pertama kali menyadari keanehan itu adalah dokter tim, Fleming, yang selalu berdiri di pinggir lapangan latihan. Dia berlari menghampiri saat melihat Albertini berhenti bergerak.     

Segera setelah itu, perhatian Kerslake juga teralihkan oleh tindakan yang dilakukan Fleming. Dia menghentikan pembicaraannya dengan Twain dan memandang ke lapangan latihan. Twain mengikuti arah pandangnya dan hanya melihat saat Albertini terduduk di tanah.     

Para pemain lain tampaknya juga menyadari perilaku kapten mereka yang tidak biasa. Mereka menghentikan latihan mereka, berlari ke arah Albertini dan mengelilinginya.     

George Wood bergegas lari ke garis finish secepat kilat. Dan saat dia menyadari bahwa tidak ada orang lain di sekitarnya, dia menoleh dengan bingung dan melihat kerumunan di belakangnya. Dia masih tidak tahu apa yang telah terjadi. Dia melihat Fleming mendorong kerumunan itu dan bergegas masuk ke tengah kerumunan. Sebelum rekan satu timnya bisa menutup celah, Kerslake juga bergegas masuk ke dalam. Twain terblokir di luar kerumunan.     

Setelah dia bergegas masuk ke dalam kerumunan, Fleming melakukan pemeriksaan sederhana; Kerslake ada di sampingnya, bertanya tanpa henti, "Bagaimana keadaannya?" Fleming tidak menjawabnya, melainkan hanya berdiri dan meminta dibawakan tandu. Mendengar itu, Kerslake menutup mulutnya.     

Ditandu keluar dari lapangan latihan memiliki arti kalau cedera itu mungkin serius.     

Saat dia mendengar Fleming meminta tandu, Twain menyingkirkan Wes Morgan dan Franck Ribéry yang berdiri di depannya dan masuk ke tengah kerumunan.     

"Demetrio?"     

Saat Albertini melihat Twain muncul di depannya, tiba-tiba saja dia tersadar. Dia menemukan dirinya dikelilingi oleh rekan setim, pelatih, dan dokter timnya. Dia bisa melihat melalui celah di kerumunan bahwa ada dua pria yang berlari mendekat sambil membawa tandu.     

Dia tiba-tiba saja mengangkat tangannya dan berusaha duduk. "Tidak, tidak perlu." Dia adalah kapten tim sekarang. Dibawa dengan tandu disaat latihan dan di hadapan semua rekan timnya ... Tidak bisakah aku berjalan sendiri? Tidak.     

"George!" Twain tiba-tiba berteriak, "Kemarilah dan bantu Demetrio ke pinggir lapangan!"     

Wood dengan cepat berlari menghampiri dan membelah kerumunan. Dengan patuh dia membantu Albertini berdiri dan kemudian menopangnya dengan lengannya saat mereka bergerak selangkah demi selangkah ke pinggir lapangan.     

Setelah menyaksikan kedua pria itu dan Fleming pergi ke pinggir lapangan, Twain berbalik dan menggerakkan tangannya. "Lanjutkan latihan kalian, tidak ada yang bisa dilihat."     

Lalu dia berbalik dan melangkah menuju Albertini. Kerslake menerima isyarat itu dan meniup peluitnya. "Konsentrasi!"     

Twain berjalan ke sisi Albertini, memandang Wood di sampingnya, tersenyum, dan menepuk pundaknya. "Lanjutkan latihanmu, tidak ada lagi yang bisa kaulakukan disini."     

Setelah Wood pergi, Twain berjongkok dan berusaha menghibur Albertini. "Jangan khawatir; kau akan baik-baik saja, Demetrio."     

Albertini mengangguk. "Aku akan melewatkan pertandingan kualifikasi."     

Twain mengesampingkan itu. "Tidak jadi masalah. Itu hanya pertandingan kualifikasi. Kau hanya harus menunggu sejenak untuk kembali dan langsung bermain di pertandingan yang sebenarnya!"     

Di samping mereka, Fleming berkata kepada dua pria yang baru saja membawakan tandu, "Bawa Demetrio ke klinik."     

Kedua pria itu melangkah maju untuk membantu Albertini bangkit dan perlahan-lahan berjalan keluar dari lapangan latihan.     

Fleming tidak mengikuti mereka tapi masih tetap tinggal.     

"Ada apa, Gary?"     

Fleming menggelengkan kepalanya. "Aku masih belum tahu. Aku baru akan tahu tentang cedera spesifiknya setelah dia melalui pemeriksaan mendetil. Tapi menurut pengalamanku, itu tidak terlihat bagus. Dia tiba-tiba saja berhenti usai berbalik arah dan baru akan berlari. Tebakanku mungkin cedera otot. Jenis cedera semacam itu bisa sangat menyusahkan. Meski dia bisa pulih dalam waktu singkat, dia tidak akan bisa pulih sepenuhnya. Melainkan, cederanya bisa jadi muncul lebih sering. Sejalan dengan Demetrio yang bertambah tua, cedera itu akan menjadi lebih buruk."     

Twain mengerutkan kening dan menggigit bibirnya.     

Sebentar lagi adalah pertandingan Liga Champions UEFA. Sebagai pemain yang menjadi kapten tim dengan banyak pengalaman kejuaraan yang hanya dimiliki oleh beberapa orang pemain di dalam tim, cedera Albertini saat ini menjadi sebuah pukulan besar bagi tim.     

Melihat Twain tidak mengatakan apa-apa, Fleming berbalik untuk meninggalkannya. Dia akan sibuk melakukan pemeriksaan terhadap Albertini untuk menentukan jenis cedera dan tingkat keparahannya.     

Twain menatap punggung Fleming yang berjalan menjauh dan kemudian berbalik untuk menyaksikan para pemain berlatih di lapangan. Beberapa pemain jelas tampak kehilangan konsentrasi dan mencemaskan cedera Albertini. Dia menatap langit yang cerah. Dia benar-benar ingin memaki.     

Kenapa dia begitu sial di tahun 2005? Apakah ini akhir dari keberuntungannya? Apakah nasib buruk berupa cedera mulai menjangkiti timnya?     

Apa yang paling ditakuti oleh tim profesional? Bukan lawan yang kuat, lingkungan yang buruk, atau bahkan wasit yang berat sebelah. Mereka paling takut terkena cedera.     

Tak peduli seberapa kuat atau tidak terkalahkannya mereka, sebuah tim bisa dijatuhkan dalam semalam oleh cedera meski mereka telah melakukan upaya pencegahan yang melampaui semua upaya yang ada.     

Twain tidak ingin memikirkan tim dan pemain yang pernah dijatuhkan oleh cedera. Dia merasa sangatlah tidak menyenangkan saat harus memikirkan tentang pelajaran dari para pendahulu itu.     

Melihat kerlipan keraguan di mata para pemainnya, Twain menenangkan pikirannya dan kembali berdiri di pinggir lapangan. Dia tidak berbalik untuk pergi atau melihat ke sekeliling dengan bingung. Dia tetap berdiri di pinggir lapangan dan mengawasi latihan seperti biasa.     

Dia tampak seolah-olah tidak ada yang terjadi barusan.     

※※※     

Hasil pemeriksaannya keluar sehari kemudian. Twain adalah orang pertama yang mendapatkan hasilnya, bahkan sebelum Albertini sendiri. Ini adalah sebuah kebiasaan di dunia sepakbola Inggris. Informasi kepada pemain tentang cederanya harus diberikan setelah manajer tim mendapatkan informasi itu lebih dulu. Setiap dokter tim yang langsung memberi tahu para pemain tentang cedera mereka sebelum manajer mengetahuinya akan diberhentikan oleh klub dan hampir tidak akan pernah dipekerjakan oleh klub lain.     

Albertini mengalami cedera otot di paha kirinya. Perkiraan waktu pemulihan adalah satu bulan, dan waktu untuk pemulihan penuh tidak diketahui.     

"Pada dasarnya, hanya ada sedikit kemungkinan pemulihan penuh karena usianya," kata Fleming kepada Twain. "Setelah satu bulan, dia akan terlihat seperti dia tidak terluka, tapi kita tidak akan pernah tahu kapan dia akan terluka lagi di daerah yang sama. Selain itu, ini bukan cedera pertamanya. Area itu pernah mengalami cedera yang terjadi di sepanjang karirnya. Terus terang saja, ini tidak bisa disembuhkan. Yang bisa kita lakukan hanyalah membiarkannya pulih sesegera mungkin dan kemudian merawatnya dengan baik. Dia akan menjalani pijatan selama setengah jam usai latihan setiap hari. Itu akan membantu…"     

Twain menyelanya. "Jangan terburu-buru untuk menyembuhkannya. Lebih baik berhati-hati daripada menyesal belakangan. Aku bisa menunggu. Aku tidak ingin terburu-buru membawanya kembali ke lapangan dan kemudian mengalami cedera lagi setelah memainkan dua pertandingan. Aku tidak ingin Albertini beristirahat selama sebulan untuk bermain dalam dua pertandingan, dan kemudian beristirahat lagi selama sebulan."     

"Kalau begitu, pertandingan tim ..."     

"Aku-lah yang akan mengkhawatirkannya, Gary. Kau hanya perlu membiarkan Demetrio menjalani rehabilitasi. Jangan beri tahu dia waktu pemulihan yang sesungguhnya. Beri tahu saja kalau dia akan segera sembuh."     

Fleming terdiam sesaat lalu mengangguk. "Aku mengerti."     

Setelah dia meninggalkan Twain, Fleming kembali ke kantornya sendiri. Twain benar. Dia tidak perlu khawatir tentang apa yang akan terjadi pada tim tanpa Albertini. Satu-satunya hal yang perlu dia khawatirkan adalah bagaimana dia bisa membuat Albertini sembuh dengan tenang dan bagaimana dia bisa membuat cedera Albertini sembuh dengan baik. Dia adalah kepala tim medis untuk Nottingham Forest dan berkewajiban melakukan semua hal itu.     

Tapi dia tidak percaya bahwa dia akan bisa menyembunyikan semua itu dari Albertini. Demetrio bukanlah seorang pemuda yang baru saja memasuki dunia sepakbola profesional. Beberapa hal bisa dipahami hanya dengan melihat.     

Tapi, dia juga tahu bahwa Twain berniat baik, jadi dia hanya bisa melakukan yang terbaik.     

Dari sisinya, Fleming merasa resah tentang bagaimana dia bisa menghadapi Albertini; di sisi lain, Twain menderita karena cedera Albertini.     

Fleming baru saja melangkah keluar dari kantornya. Saat dia menutup pintu di belakangnya, dia menyumpah.     

Dia baru berusia tiga puluh tiga tahun! Matthäus bermain sampai dia berusia empat puluh tahun, dan pensiunnya Zidane di usia tiga puluh empat dianggap terlalu dini. Kau belum tua, Demetrio.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.