Mahakarya Sang Pemenang

Tn. Dua Trilyun Dolar Bagian 1



Tn. Dua Trilyun Dolar Bagian 1

0Hadiah Natal dari Allan untuk Twain adalah sebuah paket yang besar. Twain bahkan tidak pernah membayangkan tentang melakukan kolaborasi dengan Sports Interactive. Menariknya, Allan telah menyetujui kesepakatan itu. Hal ini tidak hanya membawa sponsor baru bagi klub, tapi juga membuatnya menjadi seorang juru bicara untuk sebuah game pula.     
0

Jelasnya, kolaborasi dengan SI akan harus menunggu hingga Natal usai, dimana pada saat itu akan ada banyak hal yang harus dilakukan. Diantaranya adalah konferensi pers untuk pengumuman, pembuatan sampul, produksi sampul baru, pengemasan game, hasil cetak, iklan untuk publisitas game, dan lain sebagainya.     

Liga Utama Inggris berbeda dari turnamen Eropa lainnya karena tidak ada liburan musim dingin. Meskipun manajer tim nasional Inggris, Sven-Göran Eriksson, telah mengusulkan adanya liburan musim dingin beberapa tahun yang lalu, Football Association Inggris tidak mengadopsi usulan itu. Tidak hanya tidak ada liburan musim dingin, tapi jadwal untuk Liga Utama juga paling intensif di periode tepat sebelum dan sesudah Natal. Tim Forest telah memainkan dua pertandingan berturut-turut pada tanggal 26 dan 28. Pengaturan semacam itu adalah hal yang lumrah terjadi di periode ini setiap tahunnya.     

Pesta Natal tim Forest telah berakhir, dan kalender telah beralih ke tahun yang baru. Dalam sekejap mata, 2005 telah tiba. Tang En telah berada di sini selama dua tahun, yang belum terlalu lama. Tapi juga tidak pendek. Twain saat ini dan Twain pada 3 Januari 2003 benar-benar berbeda. Pada saat itu, dia hanya berpura-pura menjadi manajer; tapi sekarang, dia secara bertahap telah berkembang menjadi manajer yang berkualitas.     

Awalnya, dia tidak tahu apa-apa. Dia hanya mengandalkan pengalamannya dalam bermain game Football Manager, menonton semua jenis laporan berita terkait sepakbola, dan imajinasinya sendiri untuk berpura-pura menjadi manajer sepakbola. Berkat keberuntungan dan ditambah dengan sedikit bakat, ia tidak dipecat dan berakhir melarat.     

Sekarang, dia tidak lagi menganggap dirinya sebagai penipu. Dia mempercayai kemampuannya sendiri dan dia juga percaya bahwa dia bisa memimpin tim Forest menuju kesuksesan.     

※※※     

Pada tanggal 1 Januari, sebelum tim Forest bertanding melawan Bolton Wanderers dalam pertandingan kandang, tim Forest memperkenalkan pemain pertama dari bursa transfer musim dingin. Kiper Edwin van der Sar datang untuk melapor kedatangan, dan Twain menghadiri konferensi pers dengannya. Tentu saja, sebelum bertemu dengan media, sebagai manajer tim, Tony Twain bertemu lebih dulu dengan Edwin van der Sar di kantornya.     

Van der Sar datang ditemani agennya. Di pintu kantornya, Twain melihat pria Belanda yang datang dari London itu dan dia tampak persis seperti bayangan Tang En; tinggi, tenang dan mantap.     

"Selamat datang di Hutan Sherwood di Nottingham, dan selamat datang di Geng Perampok Merah. Aku adalah bos dari gerombolan perampok ini; kau bisa memanggilku chief, kau juga bisa memanggilku bos atau Tony, atau apa pun yang kau suka." Perkenalan diri Twain itu sangat baru dan menyegarkan bagi Edwin van der Sar. Dia telah bergabung dengan banyak tim di sepanjang karirnya, tapi dia belum pernah melihat manajer sepakbola memperkenalkan tim mereka dan menyambut pendatang baru dengan cara seperti itu.     

Pemain asal Belanda itu tidak bereaksi karena dia sedikit terkejut. Di sebelah mereka, asisten manajer, David Kerslake, tertawa. "Ini memang gayanya. Kau akan segera terbiasa dengan itu."     

Van der Sar bergerak maju untuk menjabat tangan Twain. "Halo, Bos." Pria Belanda itu tidak terbiasa memanggil seorang pria yang hanya setahun lebih tua dari dirinya dengan panggilan "Bos."     

"Aku sangat senang kau memilih untuk bergabung dengan tim Forest, Edwin. Aku yakin kau tidak datang ke sini dengan keinginan untuk pensiun, kan?" tanya Twain langsung ke intinya setelah berjabat tangan dengan Van der Sar.     

Van der Sar mengangguk, "Tentu saja tidak. Kalau aku ingin pensiun, aku bisa memilih untuk pergi ke Ajax."     

Saat dia mendengar jawaban Edwin, Twain mengangguk dan menunjuk ke pintu. "Ya, aku setuju. Kita semua tahu kenapa kau mengambil pilihan ini. Ada banyak media di luar sana sekarang. Apa kau sudah melihatnya? Tempat parkir mobil tampak penuh."     

Van der Sar mengangguk mengiyakan.     

"Banyak dari mereka yang mempertanyakan tentang transfer ini. Mereka mengatakan kalau tim Forest hanya menghabiskan uang untuk membayar pemain tua yang tidak diinginkan tim lain, atau bahwa Edwin van der Sar sedang mempersiapkan masa pensiunnya ... hal-hal semacam itu. Mereka sepertinya menganggap serius diskusi mereka. Kita hanya perlu membuktikan di masa depan kalau mereka salah. Aku adalah seorang manajer yang ambisius. Bagaimana denganmu, Edwin?"     

Van der Sar tersenyum. "Aku juga, bos."     

"Bagus sekali, kalau begitu kita akan bisa bekerja sama dengan baik! Aku akan membawamu menemui rekan-rekan setimmu nanti. Konferensi pers ini akan sangat singkat, dan kita juga tidak mengatur pertemuan dengan para fans kali ini. Setelah konferensi pers, kau bisa ikut ke ruang ganti dan memperkenalkan dirimu dengan para pemain yang lain. Lalu... apa kau perlu kembali ke hotel untuk beristirahat?"     

Van der Sar menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku bisa langsung berlatih." Dia percaya kalau ini adalah ujian kecil dari Twain bagi para pemain baru. Dia harus memberikan kesan yang baik terhadap manajer baru, jadi dia menunjukkan kalau dia akan berusaha keras.     

Seperti yang diharapkan, Twain tampak puas mendengar jawaban van der Sar. Dia menepukkan tangannya dan berkata, "Kalau begitu, ayo kita pergi ke konferensi pers itu lebih dulu. Kalau kita membiarkan kerumunan wartawan itu menunggu, siapa yang tahu apa yang akan mereka tulis di koran?"     

Van der Sar sadar bahwa Twain berbeda dari manajer lain yang pernah ia temui. Twain penuh humor dan masih muda; hanya sedikit lebih tua dari dirinya sendiri.     

Setelah itu, Twain memperkenalkan Kerslake kepada pemain asal Belanda itu, dan kemudian membawanya ke konferensi pers.     

Meskipun hari ini adalah tahun baru, ada banyak media yang datang karena konferensi pers ini melibatkan transfer pemain paling terkenal di dunia sepakbola Inggris untuk periode transfer musim dingin kali ini. Pemain Belanda berusia 34 tahun itu memilih Nottingham Forest daripada Manchester, yang sudah menjadi berita tersendiri.     

Memang, seperti yang dikatakan oleh Twain, sebagian besar pertanyaan media terfokus pada keputusan van der Sar untuk berganti klub pada usia tiga puluh empat tahun.     

Respon Edwin sejalan dengan ekspektasi Twain. Dia mengatakan beberapa hal baik di hadapan mereka semua, tapi itu benar-benar hanya basa-basi. Dia tidak memberikan bahan berita kepada wartawan yang sangat suka mengutak atik ucapan orang lain dan mengambil keuntungan dari orang lain.     

Twain duduk di sana sambil tersenyum sepanjang waktu. Dia telah memecahkan masalah yang paling menyusahkan bagi tim. Tidak ada lagi yang perlu dia khawatirkan.     

Di lini depan ada partner konsisten antara Mark Viduka dan Eastwood. Meskipun Bendtner dan Crouch hanya bisa menjadi cadangan bagi keduanya, mereka berempat sebenarnya memiliki kemampuan untuk tampil sebagai starting lineup di mata Twain.     

Belum lagi kekuatan mereka di lini tengah, dengan George Wood yang semakin meningkat dan pemain veteran, Albertini yang masih kuat. Ada juga Ribéry, Ashley Young, Aaron Lennon ... Mungkin pemain yang lebih lemah di sana adalah Kris Commons dan Brynjar Gunnarsson.     

Di lini pertahanan ada pemain veteran, Hierro. Meskipun jumlah penampilannya perlahan mulai berkurang, pengalamannya masih menjadi aset tim yang paling berharga. Piqué berangsur-angsur semakin berkembang menjadi bek tengah utama, dan Twain memenuhi janji yang dia buat kepada pemuda itu saat Pique pertama kali menandatangani kontrak dengannya dan memberinya peluang untuk bermain dalam pertandingan. Piqué dengan cepat mengambil kesempatan itu dan secara bertahap mulai menunjukkan kekuatannya.     

Sekarang, posisi kiper juga telah diisi oleh pemain yang kuat. Edwin van der Sar mungkin berusia tiga puluh empat tahun, tapi kondisinya masih sangat bagus. Twain tidak perlu khawatir tentang masalah kiper lagi dalam dua atau tiga tahun mendatang.     

Setelah konferensi pers berakhir, Twain membawa van der Sar ke ruang ganti, dan para pemain yang sedang berlatih datang satu per satu. Sepanjang perjalanan menuju kesana, Twain memberi van der Sar sedikit pengantar tentang tim dan para pemain. "Secara keseluruhan, semua orang memiliki hubungan yang baik satu sama lain. Apa kau pernah mendengar berita negatif tentang ruang ganti tim Forest?" Dia melihat van der Sar agak sedikit ragu, dan tahu apa yang dipikirkan oleh kiper itu. "Itu hanya cerita karangan pers. Kau akan melihatnya sendiri. Aku janji, takkan butuh waktu lama sebelum kau menyukai tim ini."     

Bahkan sebelum mereka sampai ke pintu ruang ganti, kedua lelaki itu mendengar suara tawa yang nyaring dari dalam.     

Twain tersenyum pada Edwin, lalu mendorong pintu terbuka dan muncul di depan semua orang.     

"Guys, ijinkan aku memperkenalkan rekan setim baru kalian, Edwin van der Sar." Twain memberi isyarat agar van der Sar masuk dan menyapa rekan satu timnya.     

"Halo, semuanya." van der Sar menyapa rekan satu tim barunya secara terbuka. Sebagai kapten tim, Albertini adalah yang pertama berdiri dan menyambutnya. Dia tersenyum dan berkata, "Aku sama sekali tidak menduga kalau kita akan jadi rekan setim, Edwin."     

Edwin van der Sar telah bermain untuk Juventus di Serie A selama beberapa waktu, dan dia sering berhadapan melawan Albertini dari AC Milan. Meskipun terdapat rumor bahwa Juventus dan AC Milan memiliki aliansi suci di dunia sepakbola Italia, tidak ada aliansi atau persahabatan di antara kedua tim itu untuk menjadi juara liga.     

Van der Sar sangat senang bisa bertemu dengan "teman lama" di sini. Bahkan meski mereka tidak berteman sebelum ini, sekarang mereka adalah teman.     

Jelasnya, Albertini tidak harus mengajukan diri dan mengambil tanggung jawab mengasimilasikan pemain baru ke dalam tim. Karenanya, saat semua orang menghampiri untuk menyapa van der Sar, dia diam-diam meninggalkan ruangan.     

Suasananya cukup menyenangkan, kecuali bagi Ward, yang akan digantikan. Dengan sopan dia ikut menghampiri untuk berjabat tangan dengan van der Sar sebelum kemudian mundur ke sudut ruangan.     

Untuk Darren Ward yang merasa tertekan, Twain punya rencana lain. Selama liburan musim dingin ini, dia akan mencari tahu apa ada klub sepakbola yang tertarik padanya.     

※※※     

Twain tidak menerima tawaran dari klub-klub yang tertarik untuk membeli Darren Ward, tapi dia menerima banyak pertanyaan tentang harga yang diberikan untuk George Wood.     

Pada putaran ke-21 Liga Utama Inggris, yang diadakan pada tanggal 2 Januari, Nottingham Forest meraih kemenangan 1:0 atas Bolton Wanderers di kandang sendiri. Kondisi permainan Wood masih stabil, seperti biasanya, tapi gol yang dicetaknya saat melawan Manchester United mengubah semua itu, dan dia telah menarik banyak perhatian.     

Sungguh ironis bahwa tidak ada yang memuji pemain bertahan yang telah melakukan pekerjaannya dengan serius, melainkan mereka sering sekali mencemoohnya. Tapi saat dia mencetak gol, barulah dia mendapatkan pujian dari mana-mana, yang seolah menempatkannya diatas alas tumpuan seperti layaknya benda berharga. Pemain bertahan harus mengandalkan gol untuk membuktikan kemampuan mereka karena kebanyakan orang masih percaya bahwa sepakbola paling menarik saat gol dicetak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.