Mahakarya Sang Pemenang

Seperti yang Diharapkan Bagian 2



Seperti yang Diharapkan Bagian 2

0Pikiran tentang hal-hal yang tidak realistis seperti itu sudah terlalu jauh. Dengan Wood tidak bisa berpartisipasi, Tang En memutuskan untuk tidak terfokus pada pertahanan di pertandingan tandang nanti. Dia memasangkan Albertini dengan Arteta di lini tengah sebagai pemain starter.     
0

Karena mereka sudah kebobolan dua gol terhadap lawan mereka di pertandingan kandang, tidak ada gunanya mencoba mempertahankan keunggulan gol tunggal mereka di pertandingan tandang. Mereka sebaiknya mulai menyerang dan berusaha mencetak lebih dari dua gol di pertandingan tandang. Dengan begitu, mereka akan bisa meniadakan gol yang dicetak Sporting Lisbon di City Ground.     

Untuk alasan itu, Forest berlatih untuk melakukan serangan di sepanjang minggu. Dengan Arteta sebagai inti serangan, dia mengambil alih komando atas serangan mereka. Tang En juga merasa bahwa dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk mewujudkan ide-ide yang terpendam di hatinya, memungkinkan Arteta untuk secara bertahap mulai memantapkan posisinya sebagai playmaker di dalam tim.     

Dari penampilan Arteta baru-baru ini sebagai pemain cadangan, Tang En bisa memastikan bahwa Arteta yang dikenalnya saat ini tidak berbeda dari yang dulu diingatnya. Kemampuan dan bakatnya masih tetap eksis, yang sudah akan cukup baginya untuk mewujudkan potensinya sebagai playmaker.     

Sebelum ini, Tang En merasa cemas bahwa kemunculannya di sini akan menimbulkan adanya perubahan terhadap kemampuan para pemain. Tapi setelah melihat mereka semua, tampaknya sebagian besar pemain masih memiliki standar yang seharusnya.     

※※※     

Setelah menjalani tiga hari latihan di Nottingham, Forest akhirnya terbang ke ibukota Portugal, Lisbon. Di sana, mereka menjalani dua hari latihan adaptasi, agar terbiasa dengan lapangan, menyelenggarakan konferensi pers dan lain sebagainya.     

Dari sejak langkah pertama mereka turun dari pesawat dan menginjak tanah Lisbon, Tang En bisa merasakan hawa permusuhan yang berasal dari stadion kandang Sporting Lisbon. Bagaimanapun juga, Forest telah mengeluarkan gelandang bertahan mereka di pertandingan sebelumnya dan bahkan mencela Peseiro tanpa ampun di konferensi pers yang diadakan sesudahnya.     

Karena itu, kini mereka harus menanggung tekanan yang besar di awal perjalanan pertandingan tandang mereka.     

Dua hari sebelum pertandingan, latihan yang dilakukan tim Forest terus-menerus diganggu oleh para fans Sporting Lisbon yang berkumpul di pinggir lapangan. Semua ini membuat Kerslake tak punya pilihan lain kecuali meminta agar tim Portugis itu menutup tempat latihan mereka.     

Situasi menjadi lebih buruk saat hari pertandingan tiba.     

Estádio José Alvalade sama sekali tidak memiliki kursi kosong. Dari sejak para pemain Forest memasuki stadion, suara cemoohan terus menerus terdengar. Sebenarnya, sebagian besar cemoohan itu ditujukan pada Twain.     

Tapi Tony hari ini bukanlah orang yang sama dengan manajer sepakbola yang kurang memiliki kemampuan atau yang baru memulai karirnya. Ini bukanlah pengalaman pertamanya dicemooh oleh fans di seluruh stadion. Satu-satunya yang membedakan hanyalah jumlah orang yang terlibat. Tidak ada yang lain. Dia sudah belajar untuk mengabaikan mereka. Seluruh fokusnya kini diarahkan untuk pertandingan itu sendiri.     

Sejak awal pertandingan, taktik yang digunakan oleh kedua tim di dalam pertandingan tampak sangat jelas.     

Karena Sporting Lisbon sudah mengantongi dua gol dari pertandingan tandang, dan hanya tertinggal satu gol, mereka bermain dengan sabar. Di kandang mereka sendiri, mereka memilih strategi serangan balik defensif, hal yang bahkan mengejutkan si komentator.     

Di sisi lain, Nottingham Forest juga secara tak terduga membentuk formasi menyerang.     

Seolah-olah kedua tim telah bertukar peran antara tim tamu dan tim tuan rumah.     

Dari sejak detik pertama pertandingan, tim Forest langsung meluncurkan serangan ganas ke jantung Sporting Lisbon.     

Dengan absennya Rochemback, tanggung jawab pertahanan Sporting Lisbon tampaknya ditanggung oleh seluruh tim; semua orang harus berpartisipasi dalam bertahan. Prioritas utama mereka adalah mencegah kebobolan gol di stadion kandang mereka sendiri dan hanya akan melakukan serangan balik jika memang ada peluang untuk itu.     

Kartu merah yang diterima oleh George Wood adalah sebuah efek domino. Peseiro merasa pasti tentang itu. Saat ini, Forest tidak punya nyali untuk mempertahankan keunggulan gol tunggal mereka. Kalau memang benar seperti itu, mereka akan tamat selama Sporting Lisbon berhasil mencetak gol. Jadi, dalam pertandingan ini, Forest pasti akan mencoba untuk mencetak gol sebanyak mungkin.     

Peseiro justru ingin melihat mentalitas seperti ini dalam diri lawan mereka. Mula-mula, mereka akan bertahan dengan stabil. Setelah mengulur waktu cukup lama hingga Forest menjadi tidak sabaran, mereka akan melakukan serangan mendadak. Mereka hanya perlu satu gol untuk mengalahkan Forest.     

Serangan yang telah dilatih oleh Tony Twain selama seminggu, dan pertahanan yang telah dilatih oleh José Peseiro selama seminggu; ini adalah sebuah bentrokan langsung antar kedua tim.     

Di akhir babak pertama, meski telah mengerahkan seluruh upaya mereka, Forest tetap tidak mampu menembus gawang tim tuan rumah. Sebagai gantinya, Sporting Lisbon, berada di stadion kandang dan ditengah sorakan para pendukung mereka, mendapatkan momentum dengan setiap pertahanan yang mereka lakukan. Serangan mendadak yang sering mereka lakukan membuat lini pertahanan Forest menjadi kacau dan membuat Edwin van der Sar jatuh bangun.     

Setelah jeda turun minum, Forest terus melakukan serangan di babak kedua. Tapi, secara bertahap mereka juga mulai terfokus untuk bertahan. Tang En bermaksud menggunakan serangan mereka untuk mengendalikan serangan lawan, meniru efek dari pertahanan itu sendiri.     

Pertandingan menemui jalan buntu. Gelombang serangan dari Forest memaksa Sporting Lisbon untuk lebih memperhatikan pertahanan mereka. Waktu terus berjalan. Tepat disaat semua orang mengira tim Forest akan bisa mengamankan tempat di delapan besar dengan cara ini, Sporting Lisbon mencetak gol empat menit sebelum memasuki perpanjangan waktu.     

Gol itu bukan berasal dari serangan balik defensif Sporting Lisbon. Melainkan, gol itu terjadi dari tendangan sudut.     

Kecerobohan di menit-menit terakhir pertahanan, Matthew Upson gagal menjalankan tugasnya. Momen kecerobohan yang sekilas itu mengarah pada hasil yang tak bisa diperbaiki.     

Sporting Lisbon unggul atas Nottingham dengan 1: 0!     

Jika skor ini tetap bertahan hingga akhir pertandingan, Sporting Lisbon, yang memiliki jumlah gol tandang lebih tinggi, akan mengeliminasi Nottingham Forest.     

Forest jelas tidak ingin hal itu terjadi. Di saat-saat terakhir, Tang En menggunakan kuota terakhir pergantian pemain. Dia mengganti bek tengah Upson dengan penyerang, Bendtner.     

Termasuk tiga menit perpanjangan waktu, hanya ada tujuh menit yang tersisa dalam pertandingan. Selama tujuh menit itu, Forest hanya memiliki satu bek belakang di lapangan: Hierro. Baik Leighton Baines dan Chimbonda telah menerima instruksi Tang En untuk sepenuhnya terlibat dalam menyerang dan mengabaikan pertahanan.     

Formasi tim Forest tiba-tiba menjadi 1333 yang menakjubkan - satu bek belakang dan dua pemain bertahan yang bergerak maju untuk bergabung dengan Albertini dalam satu baris sebagai bagian dari lini tengah.     

Cara Tang En untuk bertarung habis-habisan adalah dengan sepenuhnya mengabaikan pertahanan mereka. Meski demikian, tim Forest masih tidak bisa mendapatkan hasil yang mereka inginkan di Estádio José Alvalade.     

Saat wasit Jerman membunyikan peluit tanda akhir pertandingan, sorak-sorai yang terdengar dari dalam Estádio José Alvalade seolah terdengar bergemuruh di langit. Para pemain Sporting Lisbon saling berpelukan untuk merayakan kemenangan yang mereka peroleh dengan susah payah.     

Di sisi lain, para pemain Nottingham Forest ambruk ke tanah dengan terengah-engah, menyaksikan kegembiraan lawan mereka dengan enggan.     

Sebaliknya, Tang En tidak merasa puas ataupun sedih. Pada saat Eastwood dibawa ke rumah sakit karena cedera serius dan George Wood diganjar kartu merah karena pembalasan dendamnya, hasil ini sudah bisa diramalkan oleh Tang En.     

Menonton adegan perayaan kemenangan lawan mereka dan mendengarkan gelombang sorakan para fans, yang terdengar semakin lama semakin keras, dari tribun penonton, Tang En menoleh ke arah David Kerslake yang ada di sampingnya. Dia berkata, "Kurasa ... Kau benar, David. Aku membuat kesalahan besar. Kesalahan yang sangat, sangat besar. Dan sekarang aku telah gagal."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.