Mahakarya Sang Pemenang

Saat Situasi Mulai Tenang Bagian 1



Saat Situasi Mulai Tenang Bagian 1

0Terlepas dari kenyataan bahwa Nottingham Forest yang mengalahkan Manchester United seharusnya tidak dianggap sebagai hal yang tak disangka-sangka, media masih mengekspresikan keterkejutan mereka terhadap hasil pertandingan. Pandangan umum yang ada di tengah masyarakat adalah bahwa tim Forest akan tertinggal dibelakang pergelutan empat tim papan atas. Mereka sama sekali tidak menduga tim Forest bisa menang atas Manchester United.     
0

Bagi Twain, berita dari stadion Maine Road sama bagusnya seperti kabar dimana mereka mengalahkan Manchester United di stadion kandang mereka sendiri. Setelah mengalahkan Liverpool, Manchester City mendapatkan hasil imbang dengan Everton. Dengan begini, meskipun putaran liga ke-33 masih belum dimainkan, tim Forest telah membalikkan keadaan terhadap Everton. Dengan lima puluh enam poin, mereka naik ke peringkat keempat, diatas Everton yang memiliki lima puluh lima poin.     

Di bulan Maret tahun ini, Kevin Keegan, yang tidak mampu memimpin Manchester City, telah dipecat. Penggantinya adalah sang asisten manajer, Stuart Pearce. Ia menjadi manajer sementara bagi Manchester City selagi klub masih mencari manajer baru. Tapi saat mereka mencari, mereka menyadari bahwa orang yang tepat untuk klub itu berada tepat di hadapan mereka; Pearce adalah manajer terbaik untuk Manchester City. Tidak perlu mencari manajer dari luar.     

Manchester City mendapatkan 15 poin dalam delapan pertandingan di bawah kepemimpinannya, hasil terbaik yang diraih Manchester City di Liga Utama dalam satu dekade terakhir. Kalau semuanya berjalan tanpa hambatan, Pearce akan menjadi manajer terbaik untuk bulan April.     

Saat dipimpin olehnya, tim Manchester City terevitalisasi. Tidak mengherankan kalau mereka bisa mengimbangi dua tim yang berasal dari Liverpool.     

Dulu Pearce berlatih di Nottingham Forest. Twain tidak punya bukti bahwa Pearce dengan sengaja telah membantu tim Forest. Bagaimanapun, Manchester City juga ingin bertahan di liga, serta bekerja keras untuk mendapatkan tempat di Liga Champions UEFA. Tapi dia masih menyimpan rasa terima kasihnya kepada Pearce di dalam lubuk hatinya. Dia akan berterima kasih kepadanya secara langsung saat dia berkesempatan untuk bertemu dengannya di masa depan, entah dia mau menerimanya atau tidak.     

Arsenal mendapatkan hasil imbang melawan Chelsea di pertandingan tandang. Hasil ini mengandung arti bahwa, kecuali ada keajaiban, Chelsea sudah mendapatkan gelar juara Liga Utama musim ini di tangan mereka.     

Berakhir dalam kondisi ini setelah memiliki awal yang cemerlang pastilah membuat tim Arsenal merasa sangat kesal. Mereka membutuhkan cara untuk melepaskan ketegangan yang telah menumpuk seperti gunung berapi yang siap meletus.     

※※※     

Pada tanggal 23 April, tim Forest menang atas lawan lain di stadion City Ground usai mengalahkan Manchester United: Liverpool. Twain juga mengerahkan banyak tenaga untuk pertandingan ini, meski dia tahu bahwa Benitez mungkin tidak mengerahkan seluruh upayanya. Ini disebabkan karena Liverpool masih perlu bertanding di final Liga Champions UEFA. Final Liga Champions jelas lebih penting daripada Liga Utama Inggris.     

Tapi, mengetahui hal itu tidak berarti bahwa dia akan melonggarkan perlawanannya. Taktik dan lineup yang digunakan oleh Twain sama persis dengan yang digunakan untuk meraih kemenangan atas Manchester United.     

Seperti yang diharapkan, Liverpool tidak menurunkan pasukan utamanya untuk pertandingan ini, melainkan hanya setengah dari mereka. Benitez menyimpan pasukan utamanya untuk final Liga Champions.     

Hati para pemain Liverpool juga sepertinya tidak berada di pertandingan. Karenanya tidak heran, Twain bisa membalaskan dendam atas kekalahan mengerikan yang mereka alami di Anfield pada paruh musim pertama dan menang atas Liverpool yang tidak fokus dengan skor 1: 0.     

Di akhir pertandingan, Twain, yang mendapatkan keuntungan dari situasi ini, berjabat tangan dengan Benitez dan bahkan mendoakan kemenangannya di Liga Champions dengan wajah berseri-seri.     

"Kurasa AC Milan mungkin telah meremehkanmu, Tn. Benitez. Kau memiliki peluang besar untuk memenangkan kejuaraan itu." Dia mengedipkan sebelah mata pada Benitez.     

Benitez tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Twain, tapi dia tetap mengucapkan terima kasih dengan sopan sambil tersenyum.     

Setelah melihat Benitez pergi, David Kerslake menghampiri Twain dan berkata, "Everton mendapat hasil imbang lagi.'     

Twain menoleh untuk memandang ke arah Kerslake.     

Asisten manajernya mengangguk. "Aku baru mendengar kabar itu dari stadion Goodison Park. Pertandingan berakhir 1:1. Mereka bermain imbang melawan Birmingham City. Mereka hampir kalah. Lima menit setelah dimulai, Heskey dari Birmingham mencetak gol. Duncan Ferguson dari Everton baru menyamakan kedudukan di menit ke-86."     

Setelah mendengarkan Kerslake, Twain menggelengkan kepalanya. "Itu sayang sekali. Kalau saja mereka kalah, aku bisa tidur nyenyak malam ini. Tapi ini sudah cukup bagus, David. Moyes dan Everton tidak bisa bertahan lebih lama lagi."     

Kerslake mengangguk dengan tegas.     

Twain benar. Setelah pertandingan ini berakhir, mereka masih punya satu pertandingan yang belum dimainkan. Tim Forest memiliki lima puluh sembilan poin dan berada di peringkat keempat. Setelah berturut-turut mendapatkan hasil imbang, Everton memiliki lima puluh enam poin dan menduduki peringkat kelima. Mereka lebih unggul dua poin dari Liverpool yang duduk di peringkat keenam, dan kurang tiga poin dari tim Forest yang duduk di peringkat keempat. Meski mereka memiliki poin yang sama dengan tim Forest, mereka masih dibawah peringkat tim Forest karena selisih gol. Karenanya, tiga poin itu bukan hanya sekadar selisih angka dari hasil pertandingan.     

Setelah berjuang selama satu musim dan kini berada di rintangan terakhir, Everton hanyalah satu dari sekian banyak tim yang tidak bisa tetap bertahan dari tekanan yang kontinyu.     

※※※     

Pada tanggal 26 April, di putaran liga ke-33, tim Forest menantang Chelsea dalam pertandingan tandang. Ini mungkin menjadi kesempatan bagi Everton. Selama tim Forst kalah dari Chelsea dan Everton mengalahkan Arsenal dalam pertandingan tandangnya, mereka akan memiliki jumlah poin yang sama dan masih berpeluang untuk bersaing memperebutkan kualifikasi Liga Champions di tiga putaran terakhir. Tapi, meski tim Forest mungkin kalah melawan Chelsea dalam pertandingan tandang dan kemungkinan ini tidak kecil, kebalikannya justru sulit untuk Everton, dalam kondisinya saat ini, untuk mencoba mengalahkan Arsenal dalam pertandingan tandang.     

Tony Twain jelas tahu itu.     

Dia tidak berharap bisa mengalahkan Chelsea, yang sedang dalam kondisi bagus. Selain itu, timnya telah mengalahkan Mourinho di pertandingan kandang mereka pada paruh pertama musim ini. Manajer itu pasti ingin membalasnya saat mereka berhadapan di Stamford Bridge. Oleh karenanya, tujuan tim Forest di pertandingan kali ini bukanlah untuk menang, melainkan untuk meminimalisir kebobolan gol. Saat beradu kesabaran dengan Chelsea, Twain tidak merasa cemas mereka tidak bisa mencetak gol dan juga tidak cemas dengan hasil imbang. Dia justru menginginkan hasil imbang. Pada saat Chelsea sudah mulai lelah dan merasa kesal dengan taktiknya yang menjengkelkan, pertandingan itu akan mudah.     

Bagaimana dengan Mourinho? Mungkin dia akan merasa bahwa dia layak mendapatkannya kalau hasil imbang itu diperolehnya saat melawan Arsenal di pertandingan kandang. Tapi dia tidak akan merasa senang kalau mereka imbang dalam pertandingan kandang saat melawan Nottingham Forest.     

Prinsip Twain adalah menikmati melakukan hal-hal yang tidak disukai lawan. Dia bukanlah orang baik yang selalu memikirkan lawan-lawannya.     

Dalam pertandingan tandang kali ini, tim Forest bermain lebih konservatif daripada ketika Chelsea bermain melawan Arsenal di pertandingan sebelumnya, yakni dengan memusatkan para pemain di sisi lapangan mereka. Tujuan Twain sangat jelas: bertahan untuk mendapatkan hasil imbang.     

Chelsea tentu saja tidak mau melepaskan kesempatan ini untuk membalas dendam. Sejak awal pertandingan, mereka terus meluncurkan serangan ke dalam pertahanan tim Forest. Tim Forest menggunakan fisik Wood yang tangguh dan tak kenal lelah untuk mengganggu pengaturan lini tengah Chelsea.     

Pemain utama Chelsea, Robben, adalah tipe pemain yang membutuhkan ruang untuk berlari cepat dan membuat semua gerak tipuan. Dan tujuan dari pasukan terkonsentrasi tim Forest di lini belakang adalah membatasi ruang bagi Robben dan Duff. Tanpa adanya ruang, ancaman yang ditimbulkan oleh Robben dan Duff akan bisa diminimalisir. Mereka tidak bisa menerobos kedua sayap dan akan menghadapi pertahanan yang intensif di lini tengah. Dalam situasi seperti ini, mereka tidak hanya membutuhkan kekuatan tetapi juga banyak keberuntungan jika mereka ingin mencetak gol.     

Sayangnya, keberuntungan tidak memihak Chelsea pada hari itu.     

Skor yang ditampilkan di layar lebar di Stamford Bridge tidak berubah sejak awal pertandingan: skornya masih 0: 0.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.