Mahakarya Sang Pemenang

Clough Kedua? Bagian 1



Clough Kedua? Bagian 1

0Ini adalah kedua kalinya Tang En menghadiri pemakaman sejak kedatangannya ke Inggris. Tapi, dibandingkan dengan yang pertama, dia tidak merasa sedih. Seseorang seperti Chief memunculkan perasaan yang kompleks di dalam dirinya. Rasa suka, rasa hormat, dan sedikit tidak senang, semuanya bercampur menjadi satu. Jadi Tang En tidak bisa seperti keluarga Clough, yang semuanya berlinang air mata.     
0

Itu adalah sebuah acara pemakaman pribadi. Sangat, sangat pribadi. Selain keluarga Clough, Tang En adalah satu-satunya orang luar. Dia mengenakan setelan hitam dengan kacamata hitam dan berdiri dengan kepala tertunduk di belakang yang lain, menghadiri pemakaman dalam diam.     

Selain mencoba menghibur Nyonya Barbara, yang kelihatannya tidak membutuhkan penghiburan, dan mengucapkan beberapa patah kata di awal pertemuan mereka, Tang En sama sekali tidak mengatakan apa-apa selama pemakaman. Dan prosesi pemakaman itu juga tidak membuat pengaturan baginya untuk berbicara selama pemakaman.     

Orang-orang lain — Ian Bowyer, Des Walker, Stuart Pearce, Martin O'Neill, Trevor Francis — tidak ada yang menerima undangan. Satu-satunya yang diundang adalah Tang En, yang mengenal Clough paling akhir. Tang En bertanya-tanya apakah memang merupakan ide Clough untuk memintanya menghadiri acara pribadi semacam ini.     

Setelah pemakaman berakhir, kelompok itu berjalan dengan diam keluar dari kompleks pemakaman yang terletak di belakang gereja. Tang En tidak tahu harus berkata apa, dan karenanya juga tetap diam. Tak jauh di depan adalah tempat semua orang memarkirkan mobil mereka. Kelihatannya pemakaman telah berakhir. Tang En merasa kalau dia juga sebaiknya segera bergegas kembali ke Nottingham untuk bertemu dengan timnya. Pada saat itulah Nyonya Barbara, yang berada di depannya, berhenti dan berbalik untuk menghadap ke arahnya.     

Tang En tahu wanita itu pasti ingin mengatakan sesuatu, dan karenanya dia berhenti melangkah di dekatnya.     

"Aku minta maaf, Tuan Twain, aku memintamu datang di saat seperti ini." kata Barbara dengan kepala tertunduk.     

Tang En melambaikan tangannya dengan cepat. "Tidak, aku senang aku datang. Aku merasa terhormat telah diundang."     

"Sebenarnya ... Brian tidak mengatakan apa-apa tentang siapa yang boleh menghadiri pemakamannya. Dalam beberapa hari terakhir, dia hampir tidak pernah sadar. Setelah mendiskusikannya dengan anak-anakku, kami memutuskan untuk mengadakan pemakaman pribadi. Brian tidak pernah menyukai media, bahkan sampai sekarang, jadi kami tidak ingin diganggu oleh orang asing. Dan kau, Tuan Twain ... Apa kau tahu tentang Brian yang menerima wawancara setelah Arsenal bertanding melawan Forest dan mendapat hasil imbang?"     

Tang En mengangguk.     

Setelah hasil imbang antara Forest dan Arsenal, Arsenal telah melahirkan rekor baru untuk jumlah pertandingan terbanyak tanpa kalah. Media ingin mewawancarai Brian Clough karena ini, dengan harapan bisa mendengar pendapatnya tentang rekor baru itu. Dia memenuhi harapan mereka dengan baik, memuji sepak bola Arsenal seindah Marilyn Monroe yang dia lihat dalam mimpinya. "Kalau ada orang yang bisa memecahkan rekor itu, itu adalah Arsenal arahan Wenger."     

Belakangan, ia juga berbicara tentang manajer baru Chelsea, José Mourinho. Dia menganggap pria Portugis itu sebagai penerusnya. Baik dalam hal ketampanan masa mudanya ataupun gaya kepemimpinannya, Mourinho sangat mirip dengannya. Selama menjadi manajer, Clough adalah seseorang yang selalu bisa menarik perhatian media dengan pernyataan yang berani tentang pendapatnya, arogansinya, dan kecenderungannya untuk mengatakan hal-hal bisa dijadikan kutipan. José Mourinho juga memiliki semua sifat itu.     

Oleh karena itu, media mulai memanggil José Mourinho sebagai "Clough Kedua," mengabaikan perbandingan yang mereka buat sebelum ini antara Tony Twain dan Clough.     

Selama wawancara, Clough sama sekali tidak menyinggung tentang Tony Twain.     

Siapa manajer favoritku? Tentu saja Wenger. Dia idolaku.     

Manajer mana yang paling mirip denganku? Itu pasti José Mourinho; dia sama tampannya sepertiku saat aku masih muda.     

"Tapi saat dia di rumah, apa kau tahu siapa yang paling sering dibicarakan olehnya?"     

Tang En menggelengkan kepalanya.     

"Kau, Tuan Twain." Nyonya Barbara menunjuk ke arahnya. "Dia selalu berbicara tentang tim Forest-mu itu. Saat kau mengalahkan Man City, dia berada di depan televisi dan bertingkah sama bersemangatnya seperti seorang pemuda ... Bisakah kau bayangkan, Tuan Twain, seperti apa kelihatannya saat pria tua sepertinya melompat-lompat di sofa dengan tangan terangkat?"     

Tang En kembali menggelengkan kepalanya. Itu memang tak terbayangkan. Saat mereka bermain melawan Man City, kesehatan Clough sudah tidak terlalu baik.     

Nyonya Barbara tersenyum tapi hanya untuk sesaat. "Dia selalu berbicara tentangmu, jadi anak-anakku dan aku merasa seolah-olah kami sudah mengenalmu sejak lama."     

Tang En terkejut dengan apa yang dikatakan Barbara. "Aku tidak tahu kalau Chief ... dia, eh, dia tidak pernah membicarakan tentang itu denganku."     

"Kau harus paham, Tn. Twain. Dia memang seperti itu. Kadang-kadang kau mungkin merasa kalau dia adalah orang yang sombong dan ekstrem, tapi sebenarnya, dia hanya memakai topeng. Ia jarang memuji seseorang di hadapan mereka. Itulah sebabnya orang-orang sering menganggapnya sebagai orang yang dingin. Dia mungkin takkan pernah mendapat kesempatan lain untuk memberitahumu tentang itu. Terima kasih, Tn. Twain. Kau membawa banyak kebahagiaan dalam dua tahun terakhir kehidupannya."     

Nyonya Barbara mengucapkan selamat tinggal pada Tang En dan pergi dengan mobilnya. Tang En berdiri sendirian di luar gereja, masih meresapi apa yang baru saja didengarnya.     

Dia masih ingat saat dia pertama kali bertemu dengan Brian Clough. Sejak awal pertemuan pertama mereka, lelaki tua yang suka memaksa itu telah melontarkan pertanyaan yang tak bisa dijawabnya.     

"Nak, menurutmu apa yang dilakukan manajer?"     

"Membawa tim meraih kemenangan ..."     

"Itu hanyalah satu bagian dari pekerjaan mereka."     

Bunyi klakson mobil kembali menyadarkan Tang En dari lamunannya. Dia melihat Pierce Brosnan duduk di sebuah Jeep dan menatap ke arahnya.     

"Apa yang membawamu kemari, Tuan Reporter?" Tang En bertanya dengan sedikit terkejut.     

"Mmm..." Brosnan menggaruk kepalanya. "Nyonya Clough mengatakan kalau pemakaman ini dimaksudkan sebagai pemakaman pribadi, tapi publik masih berharap untuk bisa diberitahu sedikit mengenai itu ... tapi aku tidak melihat apa-apa." Dia mengangkat bahu. "Aku sudah pergi ke hampir setiap gereja yang ada di Middlesbrough sebelum aku menemukan yang ini. Aku tahu aku berada di tempat yang tepat saat aku melihatmu, tapi aku jelas sudah terlambat."     

"Tidak, kau tidak terlambat. Bahkan, kau datang tepat waktu," kata Tang En sambil menggelengkan kepala. "Aku butuh tumpangan yang bisa membawaku kembali ke Nottingham sekarang."     

Brosnan tersenyum. "Naiklah, Tuan Manajer."     

Saat mereka bergegas kembali ke Nottingham dari Middlesbrough, radio di dalam mobil terus menyiarkan berita tentang meninggalnya Brian Clough. Kejayaan yang telah diraihnya di Nottingham Forest kembali disinggung-singgung.     

"Dia adalah salah satu manajer terbaik di Inggris!" Sambil menyetir, Brosnan mengatakannya dengan yakin kepada Tang En. "Tapi di papan peringkat untuk manajer terbaik di Inggris, dia hanya bisa mendapatkan peringkat 8! Alf Ramsey ada di atasnya, dan itu hanya karena dia pernah memimpin Inggris ke Piala Dunia. Di hati para penduduk Nottingham, dia benar-benar yang terbaik! Bahkan lebih baik daripada Paisley! Sayang sekali ... Dia harus pensiun dini karena kebiasaan minumnya."     

Brosnan menghela nafas. "Tony, kau juga sebaiknya mengurangi kebiasaan minummu..."     

"Well ..." Tony tak terlalu mendengarkan dan melihat keluar jendela. Diskusi yang terdengar dari dalam radio kini beralih ke pertanyaan tentang penerus Brian Clough. Jelas dipengaruhi oleh media, beberapa pendengar merasa bahwa penerusnya adalah Jose Mourinho, si pria Portugis. Kemudian ada pula pendengar lain yang percaya bahwa penerusnya adalah Tony Twain.     

Tang En sendiri merasa tidak tertarik dengan diskusi itu. Dia tidak ingin menjadi penerus seseorang; dengan embel-embel kedua dari siapa pun. Kalau José Mourinho senang mendengarnya, biar dia saja yang melakukannya. Aku ingin tetap menjadi Tang En seumur hidupku!     

※※※     

"Dalam wawancara terakhir kami dengan Brian Clough, yang baru saja meninggal dunia, José Mourinho, manajer Chelsea, dikatakan sebagai orang yang paling mirip dengannya. Tapi jangan lupa, sebelum José Mourinho datang ke Inggris, siapa manajer yang dikatakan paling mirip dengan Clough? Tony Twain! Mari kita dengarkan pendapat Tony Twain tentang pertandingan kandang Nottingham Forest melawan Chelsea besok. Ini akan menjadi pertandingan antara dua pria penerus Clough."     

Gerbang stadion City Ground muncul di layar televisi. Halaman stadion yang sebelumnya kosong kini dipenuhi bunga-bunga segar dan lilin menyala di berbagai tempat. Sementara itu, banyak syal merah tim Forest diikatkan ke jeruji gerbang besi. Alun-alun persegi di depan gerbang stadion juga dipenuhi banyak fans yang berkabung. Mereka datang untuk memberikan bunga dan syal mereka, yang telah mereka miliki selama bertahun-tahun.     

Itulah pemandangan di stadion City Ground pada sore hari. Tang En kemudian muncul di layar sambil memakai jas hitam dan kacamata hitam. Dia jelas baru saja kembali dari pemakaman di Middlesbrough.     

"... Kurasa ini bukan waktu yang tepat untuk membahas tentang siapa penerus Chief. Tapi aku tahu media selalu melakukan hal-hal yang tidak pantas seperti itu, jadi aku sudah terbiasa. Kalian ingin mendengar pendapatku tentang hal ini? Aku rasa itu sudah cukup jelas. José Mourinho, tak diragukan lagi, adalah penerus Clough. Dan aku juga berpendapat begitu." Tang En tak lupa mengolok para wartawan yang tak disukainya. "Aku sangat menghormati Chief. Dan karena itu, aku tidak ingin orang-orang memanggilku sebagai penerusnya, atau apa pun itu. Aku sangat yakin kalau Chief tidak ingin aku menjadi seperti dirinya. Tentu saja, kalau José Mourinho merasa senang dengan gelar itu, maka kalian bebas memanggilnya "Clough Kedua" di masa depan, dan bukan José Mourinho, kan?"     

Kata-kata Tang En kepada José Mourinho itu tidak bisa dianggap ramah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.