Mahakarya Sang Pemenang

Ferreira yang Sial Bagian 2



Ferreira yang Sial Bagian 2

0Tanpa Robben, Chelsea tidak terlalu memberikan ancaman bagi Tang En. Kalau Robben turut dimainkan, pertandingan ini akan sulit baginya. Serangan tim Forest banyak bergantung pada sayap. Kalau Chelsea memasukkan Arjen Robben, serangan tim Forest dari sayap akan bisa ditekan. Tapi sekarang...     
0

Joe Cole sebenarnya bukan gelandang kiri. Penempatannya di posisi gelandang kiri adalah karena tidak ada pilihan yang lebih baik; kalau atlet berbakat sepertinya diturunkan sebagai pemain pengganti, pemain itu sendiri dan para fansnya tentu saja takkan setuju dengan itu. Tapi, kalau dia ingin menunjukkan penampilan pertamanya pada publik, dia tidak bisa berada di lini tengah, karena daerah itu milik Lampard dan Makelele. Karena itu, Joe Cole hanya memiliki dua pilihan: menghangatkan kursi di bangku cadangan, atau tidak merajuk karena harus bermain di posisi yang tidak cocok dengannya asalkan dia bisa tampil di dalam permainan. Dia memilih yang terakhir.     

Dia benar-benar merasa dibatasi di sayap kiri. Dia tidak bisa menerobos tanpa kecepatan, dan kalau dia terlalu condong ke tengah, dia akan mempersempit ruang gerak rekan setimnya, Lampard, yang akhirnya membuatnya bermain dengan sangat canggung. Mourinho jelas melihat ini, jadi saat Arjen Robben masih diturunkan dalam pertandingan, fokus serangan utama Chelsea diberikan pada sayap kiri. Untuk pertandingan ini, fokus tim dialihkan ke sayap kanan.     

Masalah lain juga muncul. Duff di sayap kanan bermain dengan kaki kiri. Meskipun ia kadang-kadang bisa menangani sayap kanan, tapi posisi ini sama sekali bukan posisi terbaiknya. Di sayap kiri, dia bisa menggunakan kecepatan dan merubah arah terus menerus untuk menyingkirkan lawannya, dan kemudian memotong ke dalam secara langsung. Di sayap kanan, dia akan menggunakan kecepatan untuk menyingkirkan lawannya; kemudian, dia harus memindahkan bola ke kaki kiri dengan kaki kanannya lalu memotong ke dalam. Waktu terbaik untuk mengoper bola seringkali hilang saat dia harus memindahkan bola di kakinya. Masalah ini jelas akan menjadi sebuah situasi yang merugikan saat dia harus bertarung dengan pertahanan tim Forest, dan kelebihannya dalam kecepatan takkan banyak berguna.     

Jadi, apa yang diandalkan Chelsea kalau tim itu tidak bisa menyerang melalui sayap? Untuk umpan panjang dari lini belakang ke depan, Drogba yang kuat adalah pemain yang sesuai untuk itu; Kežman bisa melindunginya, dan kemudian Lampard akan memanfaatkan tembakan panjang itu untuk mencari peluang mencetak gol, atau Didier Drogba, dengan fisiknya yang kuat, bisa mengambil bola dan menyerang.     

Hal ini kemudian menjadi serangan rutin yang paling sering digunakan oleh Chelsea, dan serangan ini baru akan muncul di pertandingan melawan tim Forest kali ini.     

Tang En tahu tentang kekuatan hebat Drogba dan telah secara khusus mengatur agar Piqué menjaga si pria raksasa dari Pantai Gading itu. Tapi, Tang En tidak bisa merasa tenang kalau Piqué melakukannya sendirian, karena pemuda Spanyol itu masih jauh kurang berpengalaman daripada Drogba. Jadi dia mengandalkan George Wood untuk membantu kapan pun dia punya kesempatan.     

Sementara untuk pertahanan di lini tengah, ancaman serangan Makelele hampir tidak ada; masalah utama dari Chelsea adalah Lampard, tapi dia bisa diserahkan kepada veteran di tim, Albertini, untuk menjadi lawannya.     

Kemudian tim Forest menggunakan serangan tajam mereka di sayap untuk menekan sayap Chelsea.     

Tim Chelsea ini tampak kuat, tapi pada kenyataannya, mereka masih memiliki kelemahan. Paulo Ferreira adalah salah satunya. Kalau tim Forest bisa memanfaatkannya dengan baik, mereka bisa membuka pintu kemenangan melalui Ferreira.     

Meskipun dia menunjukkan penampilan yang luar biasa di Liga Champions UEFA dan terdapat fakta bahwa ia terpilih sebagai bek kanan terbaik Eropa musim lalu oleh para ofisial UEFA, ia masih belum bisa menyesuaikan diri sejak kedatangannya ke Liga Utama Inggris. Kemampuan defensifnya masih kurang, dan dia kurang memiliki tekad yang kuat saat menyerang. Tang En sangat menyadari semua masalah ini, karena ia sekarang sudah familiar dengan setiap pemain Chelsea.     

Mourinho ingin memupuk murid-muridnya sendiri di Stamford Bridge, tapi dia telah memilih orang yang salah.     

※※※     

Sebagai anggota baru di dalam tim, Ferreira sedang berada di bawah banyak tekanan belakangan ini. Dia datang ke Stamford Bridge di bawah aura sebagai bek kanan terbaik di Eropa musim lalu, tapi sekarang dia harus bekerja keras untuk membuktikan bahwa dia tidak mengandalkan hubungannya dengan Manajer Mourinho untuk bisa bergabung dengan lineup The Blues.     

Sebelum pertandingan ini, para fans Chelsea sudah menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap bek kanan ini, yang tampak kurang meyakinkan. Ferreira tahu kalau dia terus menunjukkan penampilan yang buruk, bahkan Mourinho takkan percaya lagi padanya suatu hari nanti.     

Tapi semakin dia memikirkannya, semakin buruk penampilannya. Dia kelihatannya terjebak di dalam lingkaran setan: menunjukkan penampilan buruk, dicemooh oleh media dan fans, mencoba membuktikan dirinya, tidak mampu fokus pada permainan, terus berpenampilan buruk, dihajar habis oleh media dan para fans... semakin dia ingin membuktikan dirinya, semakin dia tak bisa fokus pada permainan, dan semakin buruk penampilannya.     

Dengan begini, Ferreira, yang dulu tampak bersemangat di final Liga Champions UEFA, tak pernah terlihat lagi.     

Tang En tentu bukan malaikat yang akan menyelamatkan Ferreira. Sebaliknya, dia akan mendorong Ferreira saat dia akan terjatuh.     

Serangan tim Forest hari ini semuanya akan dilakukan melalui Ribéry. Duff awalnya mencoba menerobos sendirian untuk menciptakan peluang bagi Chelsea, tapi ia segera menyadari bahwa Ferreira tidak akan bisa bertahan sendirian.     

Si orang Perancis, Franck Ribéry, menyadari bahwa bek kanan di depannya ini adalah pemain yang hanya bisa mengikutinya saja, dan setiap kali dia mendapatkan bola lalu berhadapan dengan si pria Portugis ini, dia merasa yakin kalau dia bisa melewatinya.     

"Ribéry menerima bola, perhatikan gerakannya ... dia melaju cepat!"     

Tidak ada pemain Forest yang maju untuk berkoordinasi dengan Ribéry. Mereka semua sudah berada di depan gawang Chelsea, menunggu menerima umpan silang dari Ribéry. Para pemain itu sepertinya menyadari kalau Ferreira akan bisa dilewati Ribery.     

Saat dia melangkah mundur, Ferreira melihat Ribéry tiba-tiba melaju kencang dan segera bergegas maju untuk memblokir jalur pemain Prancis yang semakin mendekat itu. Sambil menggiring bola, Ribéry segera memindahkan bola dengan kaki kirinya, dan memutar tubuhnya untuk memotong ke dalam.     

Pada saat ini, Ferreira masih tidak terpengaruh. Dia memaksa diri untuk mengubah pusat gravitasinya dan berencana akan tetap mengikuti pemain nomer 7 tim Forest untuk memberi waktu pada teman-temannya agar maju dan memberikan support.     

Dan apa kelebihan terbaik Ribéry? Dia terus mengubah arahnya. Setelah melihat tindakan Ferreira, ia mendorong bola langsung di antara kedua kaki Ferreira, menggunakan kecepatannya untuk memaksa melewati lawannya, dan berhasil menerobosnya!     

Ferreira berbalik terlalu lambat, dan saat dia berbalik, dia hanya melihat punggung Ribéry. Pada saat itu, bayangan dirinya yang menghangatkan bangku pemain cadangan tiba-tiba terlintas di benaknya.     

Tidak ... Aku tidak boleh kalah di sini, aku tidak boleh membiarkannya menerobos, kalau tidak semuanya akan berakhir. Masa depanku, prospekku... Aku...     

Jangan memikirkan masa lalu!     

Ferreira meraung ke dalam dan mengangkat kakinya untuk melakukan tackling sambil meluncur ke arah pemain Perancis itu.     

Karena lengah dan tak menduganya, Ribéry terjatuh ke tanah. Bola bergulir keluar dari garis belakang dan desis yang memekakkan telinga terdengar dari tribun penonton. Peluit wasit bahkan tidak bisa didengar di tengah gemuruh desisan itu.     

Melihat ini, Twain bergegas keluar dari kursinya, mengayunkan tinjunya dan menggeram, "Kerja bagus!"     

Hampir di saat bersamaan, Mourinho membanting papan taktisnya ke tanah. "F**k!"     

Wasit Inggris yang terkenal, Graham Poll, yang menjadi wasit permainan ini, tidak lari ke tempat kejadian. Sebaliknya, ia berlari ke titik penalti di area penalti.     

"Melihat ke arah jari Poll ... Ini adalah tendangan penalti! Tak diragukan lagi! Kita tidak tahu apa yang dipikirkan Ferreira saat itu, tapi ini adalah tendangan penalti! Dia menyekop Franck Ribéry di area penalti."     

Para pemain Chelsea merasa gelisah. Satu per satu, mereka mengepung wasit untuk menjelaskan kepadanya bahwa serangan Ferreira terjadi di luar area penalti dan Ribéry hanya jatuh ke dalam area penalti ...     

Tapi Poll mengabaikan mereka, menyuruh kerumunan bergeser, berlari ke arah Ferreira, yang masih terduduk di tanah, mengeluarkan kartu merah dari sakunya, dan menunjukkan kartu itu kepadanya.     

Ada bunyi dering di kepala Ferreira, dan dia tahu dia sudah habis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.