Mahakarya Sang Pemenang

Saling Berhadapan Bagian 1



Saling Berhadapan Bagian 1

0Jelasnya, para pemain dan fans Chelsea punya alasan untuk meragukan keputusan yang dibuat oleh wasit. Mereka bisa beralasan bahwa Ferreira tidak melakukan slide-tackle terhadap Ribéry, dan dia jatuh karena tanah yang licin, atau bahwa Ribéry sengaja menjatuhkan diri dengan harapan mendapat tendangan penalti. Tapi keraguan ataupun protes mereka tidak dapat mengubah hasilnya.     
0

Baru 11 menit memasuki pertandingan, bek kanan Paulo Ferreira diberi kartu merah karena ia melakukan tackling dari belakang. Selain itu, Nottingham Forest dihadiahi tendangan penalti oleh wasit.     

Ribéry, yang terkena tackling, masih berbaring di luar lapangan. Dia menerima perawatan dari tim dokter, tapi kondisinya kelihatannya tidak terlalu serius. Di sisi lain, Ferreira kelihatan linglung saat dia berdiri dan menyaksikan wasit menunjukkan kartu merah padanya. Pikirannya berantakan. Tak hanya dia diberi kartu merah, dia juga membuat lawan dihadiahi tendangan penalti; dia telah menempatkan Chelsea pada posisi yang kurang menguntungkan baik dalam hal jumlah pemain dan poin.     

José Mourinho mengerucutkan bibirnya saat dia menyaksikan semua ini dari luar lapangan. Dia adalah orang yang membawa Ferreira dari FC Porto. Di klub baru ini, Ferreira adalah salah satu pemain yang lebih bisa dipercaya olehnya; lagipula, dia adalah salah satu pasukan lama. Dia memilih untuk tidak menggunakan William Gallas atau Glen Johnson, bersikeras menggunakan Ferreira dengan harapan membiarkan seseorang yang familiar dengannya untuk mengambil posisi inti di tim utama Chelsea; untuk membantu menguatkan posisinya sebagai jenderal mereka. Tanpa diduga, Ferreira, yang dulu tampak begitu mencolok dengan penampilannya yang luar biasa di FC Porto, memiliki kesulitan dalam membiasakan diri dengan gaya sepakbola Inggris setelah datang ke London. Di pertandingan demi pertandingan, permainannya semakin memburuk hingga tak ada pemain lain yang bisa percaya padanya.     

Mungkin sudah waktunya untuk melepaskannya.     

※※※     

"Kartu merah! Tendangan penalti! Ini adalah malapetaka ... Penampilan Paulo Ferreira benar-benar kacau! Pria Portugis yang malang itu tidak bisa mengimbangi kecepatan dan ritme Ribéry sama sekali. Dia dibuat berputar oleh lawannya, dan pada akhirnya, hanya bisa menyelesaikan kegagalannya di pertandingan ini dengan melakukan pelanggaran."     

Melihat ekspresi wasit yang tidak senang, Ferreira kehilangan semua kekuatannya untuk mencoba membela diri. Dia hanya menundukkan kepala dan berbalik untuk berjalan keluar dari lapangan.     

Di kubu Nottingham Forest, Tang En menghela nafas lega saat dokter tim memberitahunya bahwa tak ada masalah besar dengan pergelangan kaki Ribéry. Dengan penampilan luar biasa pemain Perancis itu, dia sudah menjadi salah satu pemain inti Forest. Kalau sesuatu terjadi padanya, ancaman dalam serangan Forest akan mendapat pukulan besar.     

Sekarang Ribéry baik-baik saja, dan Chelsea telah kehilangan satu pemain bersama dengan tendangan penalti yang dihadiahkan kepada timnya, situasi Forest sangat menguntungkan.     

Eastwood menempatkan bola di titik penalti dan mengambil beberapa langkah ke belakang saat ia bersiap untuk melakukan tendangan.     

Di depannya adalah kiper jenius Ceko Petr Čech. Seorang pria besar yang tingginya lebih dari enam kaki, tubuhnya yang kekar mencerminkan kekuatan dan kecepatannya. Saat dia berdiri di depan gawang dengan tangan terentang lebar, celah yang ada tak lagi terlihat.     

Para pemain Chelsea masih berharap-harap cemas. Tendangan penalti tidak memiliki peluang seratus persen untuk menjadi gol; tambahkan pula tanah yang licin karena hujan. Mungkin Eastwood akan limbung, tergelincir, dan bolanya luput dari tendangan.     

Tapi Eastwood dengan cepat memecahkan gelembung imajinasi mereka.     

Setelah peluit wasit ditiup, ia berlari dengan kuat dan cepat, lalu menembakkan tendangan voli yang kuat!     

Čech membuat kesalahan dalam menilai arah bola. Saat ia melemparkan dirinya ke sisi kanan gawang, bola malah mengarah ke tengah.     

"Gol! 1: 0! Tim tuan rumah Nottingham Forest unggul atas Chelsea!"     

Tribun penonton di City Ground seolah meledak karena suara-suara raungan yang memekakkan telinga. Sebelum ini, mereka meneriakkan nama Brian Clough. Sekarang, mereka menjejakkan kaki dan bertepuk tangan untuk Freddy Eastwood.     

Saat semua pemain Forest merayakan gol, José Mourinho mengganggu ofisial keempat, memprotes penilaian tidak adil yang dilakukan oleh wasit. Ofisial keempat memperingatkannya agar berhati-hati dan tidak menuduh tanpa bukti yang konklusif. Selain itu, wasit adalah hukum di lapangan. Penilaiannya tak bisa diubah.      

Tang En tidak lagi peduli tentang apa yang ingin dilakukan oleh José Mourinho; dia merayakan gol dengan anggota tim manajerial lainnya. Bahkan, ia mungkin akan berdiri dan mengawasi dari pinggir lapangan. Sekarang setelah timnya unggul dan lawan kekurangan satu pemain, situasinya sangat menguntungkan bagi mereka. Dia harus mewaspadai pembalasan Mourinho dan mengingatkan para pemain agar tetap menjaga ketenangan mereka.     

Setelah menunggu para pemain kembali ke lapangan dan siap untuk kick-off, Tang En berteriak kepada mereka dari pinggir lapangan untuk menarik perhatian mereka. Dia memberi isyarat, menekan kedua tangannya dan membuat gerakan untuk "tetap tenang."     

Momen paling berbahaya seringkali terjadi setelah gol dicetak dan unggul atas pesaingnya. Sangat mudah bagi para pemain untuk memikirkan tentang hal lain dan kehilangan fokus. Hal ini bisa menjadi peluang bagi tim lawan untuk menyamakan kedudukan, yang jelas akan menjadi pukulan besar bagi semangat tim.     

Selain membantu pemainnya agar tetap tenang, Tang En tidak perlu melakukan apa-apa lagi. Situasinya sudah bagus, dan dia hanya perlu menunggu dengan tenang di kursinya sementara Mourinho melakukan penyesuaian.     

José Mourinho segera melakukan penyesuaian dan mengganti pemain penyerang Kežman dengan William Gallas. Sekarang, prioritasnya adalah bagaimana dia bisa mencegah kebobolan lebih banyak gol, dan bukan berapa banyak gol bisa dicetak untuk mengalahkan Forest.     

Pemain inti Chelsea di lini tengah adalah Frank Lampard. Tapi, tugas utamanya bukanlah mengatur bola, melainkan mencetak gol. Bahkan bisa dikatakan bahwa Frank Lampard menjadi sangat sukses hanya karena pengaturan taktis Mourinho.     

Tang En meminta Albertini untuk menjaga Lampard di pertandingan ini, terutama untuk mencegahnya mencetak gol setelah menerobos. Karena Lampard bukan gelandang asli, dia takkan terlalu mengancam jika hanya diijinkan lewat.     

Awalnya, Tang En merasa cemas Albertini takkan mampu mengatasinya sendiri. Tapi sekarang dia tak lagi khawatir. Setelah Chelsea kehilangan pemain, mereka dipaksa untuk menukar pemain penyerang mereka dengan bek belakang. Ini mengurangi tekanan di pertahanan Forest. Jadi, Tang En sedikit menyesuaikan strateginya. George Wood akan tetap bertahan bersama dengan Piqué untuk menghadapi Drogba, sementara Albertini dan Matthew Upson bisa menangani Lampard.     

Chelsea, yang baru kehilangan pemain, dengan tegas mulai bermain dengan strategi umpan-umpan panjang dari lini belakang ke Drogba. Setelah tertinggal satu gol, mereka membuat tekanan di pertahanan Forest meningkat tajam.     

Apa nama taktiknya?     

Tidak banyak teknik yang bisa dibahas, tapi ini sangat efektif. Strategi menggunakan umpan panjang di Inggris memang seperti itu.     

Dengan kemampuan fisik dan skill Drogba dalam menyundul bola, ia sangat sesuai untuk posisi sebagai penyerang tengah yang melakukan tembakan. Karena Kežman telah digantikan, Lampard sering maju ke depan, seolah-olah dia bermain sebagai penyerang. Drogba seringkali akan mempertahankan bola dan mencari Lampard. Dalam konfrontasi langsung melawan Drogba, Piqué seringkali menyadari kalau dia berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan; perbedaan pengalaman mereka terlalu besar, dan dia juga sedikit kalah dalam hal fisik. Selain itu, dalam melakukan pertahanan bersama, Wood dan Piqué memiliki masalah dalam hal koordinasi mereka.     

Di lini belakang, Terry akan melakukan tendangan, sekali lagi dia mencari-cari Drogba.     

Orang Afrika itu menempel di dekat Piqué dan menghalanginya berada di depannya. Dia kemudian melompat untuk menerima bola. Piqué, yang terhalang di belakangnya, hanya bisa melihat tanpa daya saat pemain Afrika itu melompat untuk menyundul bola ke arah luar.      

Saat Lampard menerima bola sambil masih diganggu oleh Albertini, ia memilih untuk tidak mengambil jalan tengah dan bergerak secara diagonal ke arah sayap kanan. Drogba, yang telah mengoper bola ke Lampard, berbalik dan berlari ke arah gawang, mempersiapkan diri untuk menerima umpan Lampard.     

Saat George Wood melihat ini, ia mengikuti instruksi Tang En dan mengikuti Drogba ke area penalti.     

Dengan pertahanan Forest terfokus pada Drogba dan Lampard, area di depan kotak penalti tampak kosong. Di saat yang tepat, Lampard melakukan umpan datar, tujuannya bukan ke arah Drogba, yang berada tepat di depan gawang, melainkan ke Joe Cole, yang berada di luar area penalti!     

"Chelsea mendapatkan peluang!"     

Joe Cole tiba-tiba saja muncul di tengah, membuat Nottingham Forest panik. Upson dengan cepat berbalik dan berusaha menghampirinya, tapi jaraknya terlalu jauh. Mustahil baginya untuk menghentikan Joe Cole menembakkan bola.     

Saat José Mourinho melihat Joe Cole mengangkat kaki kanannya untuk menendang, ia melonjak bangkit dari kursi manajer dan menatap lurus ke arah gawang Nottingham Forest.      

"Tembakan voli langsung!"     

Tembakan panjang Joe Cole tidak konsisten, kadang bagus dan kadang buruk. Saat sedang bagus, tendangan itu bisa menjadi tendangan yang luar biasa; tapi saat sedang buruk, tendangan itu sama sekali takkan bisa menimbulkan ancaman. Kali ini yang mana?     

Bola melayang di atas kepala Matthew Upson, yang berusaha menghalangi tembakan, melewati jari-jari Darren Ward yang terulur, dan melewati bagian atas mistar gawang ... Terlalu tinggi!     

Seluruh City Ground menarik napas dalam-dalam. Tembakan itu hanya sedikit menyentuh bagian atas mistar gawang sebelum terbang keluar; itu menegangkan.     

"Sialan! Celah yang lain!" gerutu Tang En. Mereka beruntung tidak kebobolan. "Garis pertahanan kita masih kurang fokus. David, kita kembali menghadapi masalah lama yang sama."     

"Tony, kurasa masalah ini tidak bisa diselesaikan hanya melalui latihan. Tapi ada dua metode yang mungkin efektif. Pertama, tetap mengakumulasikan pengalaman bertanding sehingga para pemain tahu kapan mereka harus tetap fokus; Kedua, berteriak pada mereka selama jeda babak pertama untuk membangunkan para pemain muda itu." Kerslake tertawa.     

Tang En menggaruk kepalanya. "Aku khawatir semuanya sudah terlambat saat jeda babak pertama tiba."     

Dia bangkit dan berjalan ke pinggir lapangan. Sambil menarik napas dalam-dalam, dia berteriak ke lapangan, "Awasi terus lawan kalian! Jangan biarkan mereka lepas dari pandanganmu! Jaga mereka! Bunuh mereka!" Dia memukulkan tinjunya.     

Saat Joe Cole menendang bolanya, José Mourinho berharap bola itu masuk ke gawang. Dia tidak mengira tendangan itu hanya akan menyentuh mistar gawang dan melayang keluar. Semua itu membuatnya terduduk di kursinya sambil menghentakkan kaki dan diam-diam memaki. Saat dia melakukannya, dia melihat Tang En berteriak di tepi lapangan.     

Membunuh kita?     

Dengan alis bertaut dan bibir mengerucut, dia menyipitkan matanya ke arah Tang En.     

Jangan mengira pertandingan akan bisa dimenangkan hanya karena kau unggul satu gol dan memiliki pemain lebih banyak dari kami.     

Dia juga berdiri dan berjalan ke pinggir lapangan. Dia menunjukkan dua jari ke bek belakang dan menunjuk ke arah tujuan Forest, mengarahkan mereka agar memotong ke depan secara aktif. Jangan khawatir tentang celah di belakang yang bisa digunakan oleh lawan kalian. Kalau tim Forest berani menyerang dari sayap lagi, kita akan mendorong mereka mundur dengan serangan kita!     

※※※     

Selama sisa babak pertama, Chelsea, yang kekurangan satu pemain, lebih unggul di lapangan. Mereka menekan Forest ke sisi lapangan mereka sendiri dan membombardir mereka. Tim The Blues yang tertinggal dan kekurangan satu pemain, tampaknya telah terprovokasi dan menunjukkan kemarahan yang berapi-api.     

Tang En percaya bahwa karakter tim mencerminkan karakter manajer mereka. Sebelum ini, selama masa Ranieri, meskipun terdapat gambar singa di lambang Chelsea, mereka bertarung selembut kucing. Chelsea yang ini, sejak José Mourinho mengambil alih, memiliki karakter yang ditanamkan oleh pria Portugis itu. Liar dan susah diatur, dengan hidung terangkat dan arogan. Berada dalam kondisi terdesak, tim seperti mereka akan meledak-ledak dengan kekuatan bertarung yang sangat besar. Mereka jelas takkan membiarkan diri mereka dikalahkan oleh sebuah tim yang baru dipromosikan.     

Tang En tahu tentang ini. Itulah sebabnya kenapa dia harus mengingatkan para pemainnya dengan suara keras agar tetap berhati-hati setelah serangan Joe Cole. Ini adalah tanda-tanda pembalasan Chelsea.     

Sekarang tim Forest telah memprovokasi binatang buas yang menakutkan, ini adalah periode yang paling berbahaya. Dengan adanya gelombang demi gelombang serangan dari Chelsea, Drogba memberikan banyak kesulitan bagi lini pertahanan Forest. Lini pertahanan yang kurang berpengalaman menghadapi banyak kesulitan saat mencoba untuk sepenuhnya menghentikan Drogba dan Lampard.     

"Lampard mencoba melakukan tembakan panjang! Darren Ward melakukan lompatan besar!"     

"Drogba melepaskan sundulan! Dengan jarak yang sangat dekat, tembakan itu mengarah ke sudut yang sulit! Darren Ward sudah menyerah ... Ah! Tapi tiang gawang membantunya!"     

"Joe Cole ... teknik yang sangat indah, dia menerobos! Berhadapan dengan Matthew Upson, umpan dengan tumit belakang! Frank Lampard - kali ini Piqué! Juara Spanyol itu menggunakan tubuhnya untuk memblokir tembakan kuat Lampard! Dia jatuh ke lapangan. Wasit Poll memberi isyarat agar dokter tim masuk ke lapangan ... Sungguh pertandingan yang intens, serangan konstan Chelsea ke gawang Forest membuat mereka hampir tak punya ruang untuk bernapas! Di bawah serangan hebat dari The Blues, George Wood dan Albertini telah kehilangan kendali atas lini tengah. Serangan Chelsea sekarang tak terhalang! Nottingham Forest telah kehilangan wilayah terpenting. Semuanya tidak terlihat baik."     

Saat Piqué sedang menjalani pemeriksaan medis di lapangan, Tang En mengambil kesempatan ini untuk memanggil Albertini. Dia menggunakan kosa kata dan bahasa Inggris sederhana untuk menyampaikan pesannya.     

"Setelah mencegat bola, lakukan yang terbaik untuk menendangnya ke depan. Jangan berpikir tentang menggiring bola dari belakang dan mengopernya ke depan selapis demi selapis. Chelsea melakukan tackling dengan keras dan memberikan tekanan kuat di lini depan. Setiap detik bola berada di kaki kita adalah waktu tambahan yang mengancam gawang kita. Mainkan dengan sederhana. Apa kau melihat Crouch? Kirimkan setiap bola ke arahnya!"     

Saat Albertini mengangguk paham, Tang En menepuk pundaknya dan mengirimnya kembali ke lapangan. Dengan bantuan dokter tim, Piqué berdiri dan keluar dari lapangan. Dia membungkuk dengan tangan masih memegang dadanya, mungkin dia membutuhkan perawatan lebih lanjut. Atau bisa juga hanya formalitas. Meski pemain yang cedera telah pulih, ia masih harus keluar dari lapangan ditemani oleh dokter tim dan menunggu di tepi lapangan sampai wasit mengijinkannya untuk masuk ke lapangan.     

Joe Cole dari Chelsea berlari ke sudut, bersiap untuk melakukan tendangan sudut.     

Tang En berdiri di tepi lapangan, dengan cemas menonton keramaian yang terlihat kacau di depan gawang.     

Perginya Piqué dari lapangan pasti akan dimanfaatkan oleh Chelsea. Seperti yang diharapkan, dia melihat José Mourinho, juga berdiri di pinggir lapangan, melambaikan tangannya dengan penuh semangat untuk memberi tanda pada Carvalho dan Terry agar maju dari belakang.     

"Bajingan itu ..." gumam Tang En. Dia kemudian berteriak, "Crouch! Mundur! Mundur untuk bertahan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.