Mahakarya Sang Pemenang

Saling Menjerat Bagian 2



Saling Menjerat Bagian 2

0"Yah, aku lebih suka menonton Tony Twain dan José Mourinho satu lawan satu di pinggir lapangan." Komentator sama sekali tidak menyembunyikan rasa tidak suka mereka saat melihat pertandingan yang membosankan. "Jujur saja, aku tidak merasa Peter Crouch memenuhi syarat untuk menjadi penyerang tengah, dan dia punya sifat yang aneh seperti itu ... Tim Forest menyia-nyiakan sedikit peluang yang mereka miliki dalam melakukan serangan balik. Mungkin Tony Twain mengira Peter Crouch akan bisa menjadi penyerang tengah yang bagus, tapi jelas bukan sekarang."     
0

Tang En bisa memahami keluhan yang disampaikan oleh para komentator. Crouch memang bukan tipe penyerang tengah yang bisa menggunakan tubuhnya sendiri untuk mendapatkan kendali atas bola, bisa mengendalikan bola di bawah tekanan sengit lawannya, dan menunggu dukungan dari rekan setimnya. Crouch sudah bekerja keras, tapi ia tampak kesulitan di bawah tekanan defensif dua orang bek tengah, John Terry dan Ricardo Carvalho. Yang dibutuhkan Tang En adalah seorang penyerang tengah dengan tubuh yang kuat, sundulan yang luar biasa, dan memiliki gerak kaki yang bagus dalam mengontrol bola, daripada Crouch yang sangat tinggi dan hanya suka menggunakan kakinya.     

Kalau Crouch bukan orang terbaik untuk menjalankan taktik ini, lalu siapa yang bisa melakukannya?     

Dia melirik ke bangku pemain cadangan dan melihat seorang pemuda. Sejak bergabung dengan tim Forest, ia baru diturunkan di beberapa pertandingan pemanasan, dan dari empat striker yang dimilikinya, bocah Denmark itu berada di urutan terakhir untuk dimainkan.     

Freddy Eastwood adalah anak didik yang direkrut langsung oleh Tang En, dan perlu dipupuk secara khusus. Posisinya sebagai kekuatan utama tim cukup stabil. Mengingat kemampuan dan reputasinya yang hebat, Mark Viduka menghabiskan biaya enam juta pound. Saat klub sudah menghabiskan begitu banyak uang untuk membeli seorang striker, bagaimana mungkin dia hanya dijadikan pemain cadangan? Dan Peter Crouch memiliki sifat yang menonjol, tapi masih cukup rendah hati di dalam tim. Meski Twain mengaturnya agar menjadi striker ketiga, dia tidak mengeluh. Dan bagaimana dengan pemuda ini? Kalau dia tidak memberinya kesempatan untuk membuktikan diri, dia menduga para reporter, yang selalu menatap ke arah ruang ganti Forest sambil mencoba menggali beberapa berita sensasional, akan memiliki sesuatu untuk dieksploitasi.     

"Suruh anak Denmark itu untuk melakukan pemanasan." kata Twain pada David Kerslake.     

"Bendtner, kau punya waktu lima menit untuk pemanasan." Asisten manajer berdiri dan menghadap ke bangku cadangan. Dia mengangkat telapak tangan kanannya dan berbicara dengan Bendtner, yang sedang duduk di bangku.     

Bendtner menoleh untuk melihat ke arah Kerslake. Lalu dia memandang melewati asisten manajer dan menatap Twain yang sedang berdiri di samping asisten manajer. Dia melihat manajer muda itu sedang berkonsentrasi pada permainan, jadi dia berdiri, memakai rompi kuning dan berlari keluar.     

※※※     

Nottingham Forest dan Chelsea masih saling terjerat satu sama lain; mereka seperti dua petinju yang saling memeluk erat dan tidak bisa menunjukkan aksi terkuat mereka karena mereka terlalu sibuk mempertahankan kendali yang ketat atas lawan mereka.     

Skenario sama-sama ingin mempertahankan kendali ini bukanlah hal yang ingin dilihat oleh Mourinho. Dia benci diseret ke dalam kebuntuan. Kenapa? Dia sangat marah karena dia telah dipaksa menjadi begitu impoten dalam pertandingan tandang ini.     

Bagi José Mourinho, Tony Twain bukanlah siapa-siapa, sama seperti manajer Inggris yang tak dikenal lainnya. Sasarannya yang sebenarnya adalah Alex Ferguson dan Arsene Wenger. Lawan Chelsea adalah Manchester United dan Arsenal! Dia bahkan tidak mempertimbangkan Liverpool. Karena timnya telah tampil dengan sangat bagus sejak awal turnamen, Mourinho tidak pernah mengira bahwa dia akan menghadapi rintangan sekuat ini di stadion yang hanya bisa menampung dua puluh tujuh ribu penonton.     

Nottingham Forest adalah tim yang seperti apa? Sebuah tim yang pernah memenangkan dua gelar Liga Champions UEFA lebih dari dua puluh tahun yang lalu? Itu hanyalah prestasi sesaat.     

Aku sudah melihat banyak tim seperti ini. Kau ingin aku menyebutkannya? Aku bisa menyebutkan nama-nama itu tanpa henti sampai kau bosan mendengarnya.     

Tapi aku berada di sini bukan untuk bicara tentang sejarah, aku disini untuk mengalahkan Nottingham Forest terkutuk ini!     

Serangan Chelsea disambut dengan perlawanan keras kepala dari tim Forest. Lini belakang tim Forest hampir seluruhnya dipenuhi pemain. Dibawah hujan gerimis, rumput lapangannya licin dan tidak sesuai untuk dimainkan para pemain Chelsea. Selain tembakannya yang melewati mistar gawang dan terbang keluar di babak pertama, Joe Cole tidak menunjukkan penampilan lain yang bisa dimunculkan secara jarak dekat di televisi. Apalagi Duff, yang tadinya mengalami kesulitan di sayap kanan, kini benar-benar ditekan oleh si pria Perancis, Ribéry, yang datang entah dari mana.     

Sayap-sayap Chelsea telah lumpuh.     

Ini tidak boleh terjadi. Dia harus segera menemukan jalan keluar.     

※※※     

Bendtner segera mendengar asisten manajer memanggil namanya dan menyuruhnya mendekat. Jadi dia segera melepas rompinya sambil berlari menghampiri.     

Twain berdiri dari kursinya di area teknis dan mengambil papan taktis dari Kerslake. Bendtner berlari ke arahnya sambil sedikit terengah-engah. Tang En bisa melihat kalau ia sudah ingin turun ke lapangan dan tampak percaya diri.     

Twain menatap pemuda yang bersemangat itu dan melirik ke arah papan taktis di tangannya. Lalu ia melemparkannya ke kursinya, menarik Bendtner ke samping, dan membuatnya menghadap ke arah lapangan.     

"Apa yang bisa kau lihat, Nak?" tanya Twain.     

"Um ..." Bendtner membeku sesaat, mengira bahwa Twain akan memberitahunya secara langsung siapa yang akan digantikan olehnya, apa tugasnya, dan bagaimana melakukannya, kemudian menepuk bahunya dan mendorongnya ke pinggir lapangan. Dia tidak mengira manajer akan mengajukan pertanyaan seperti itu.     

"Yah ... semuanya tidak kelihatan bagus ..."     

"Ya, bahkan seorang dungu bisa tahu kalau segala sesuatunya tidak kelihatan bagus. Apa kau tahu apa itu dungu? Tidak? Yah, lupakan saja, aku akan menjelaskannya nanti. Menurutmu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengakhiri kebuntuan ini?"     

Bendtner tahu bahwa ini bukanlah situasi yang bisa diselesaikan dengan terburu-buru, dan dia merasa mungkin ini adalah kesempatannya untuk membuat kesan yang baik.     

"Mmm... kurasa kita membutuhkan penyerang tengah."     

"Tentu saja, memangnya kenapa aku menyuruhmu pemanasan dan memanggilmu kemari? Menurutmu apa yang harus kaulakukan kalau aku memasukkanmu ke lapangan?"     

Kali ini Bendtner tidak buru-buru menjawab pertanyaan Twain. Dia menatap ke arah lapangan sejenak, dan kemudian berkata, "Aku harus menyundul bola dan berusaha menjadi yang pertama berada di titik jatuh bola. Kalau aku bisa mendapatkan bola, aku akan mengendalikannya. Kalau aku tidak bisa mengontrolnya, aku akan memberikannya ke salah satu rekanku. Kalau tidak ada rekan setim di sekitarku, aku hanya perlu menembak ke arah gawang sendiri."     

Twain menepuk pundak Bendtner dengan keras. "Bagus sekali, lakukan saja apa yang barusan kau katakan. Masuklah kesana dan mainlah!"     

William Gallas melakukan slide-tackle ke arah bola yang ada di kaki Ribéry keluar lapangan. Tim Forest mendapatkan lemparan bola ke dalam. Hakim garis mengangkat bendera di tangannya ke atas kepalanya, yang berarti ada pergantian pemain. Wasit meniup peluit untuk mengijinkan pergantian dilakukan. Lemparan bola ke dalam akan sedikit tertunda.     

Ofisial keempat memeriksa paku di sepatu bola Bendtner, memeriksa deker atau pelindung tulang keringnya, dan kemudian mengangkat papan pergantian pemain: "Nomor 21 keluar, dan Nomor 9 masuk ke lapangan!"     

Crouch mengangkat tangannya untuk menerima tepuk tangan para fans dan berlari keluar lapangan. Seorang pria muda dengan rambut pirang panjang menyibakkan rambutnya yang basah terkena air hujan, menarik napas dalam, dan berlari memasuki lapangan.     

Ini adalah pertandingan resmi pertama yang dia mainkan atas nama Nottingham Forest. Meskipun dia tidak termasuk starting lineup, dia akan berusaha membuktikan dirinya, dan menunjukkan kepada bos bahwa membuatnya menjadi striker keempat adalah hal yang hanya menyia-nyiakan bakatnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.