Mahakarya Sang Pemenang

Pertarungan Bola Atas Bagian 1



Pertarungan Bola Atas Bagian 1

0"Nicklas Bendtner, dengan tinggi enam kaki dua inci dan berat 176 pon. Saat ini bermain sebagai penyerang utama di tim nasional U-17 Denmark. Di Denmark, ia dikenal dengan julukan 'Ibrahimovic dari Denmark.' Di musim panas tahun ini, beberapa tim Liga Utama menyatakan ketertarikan mereka terhadapnya, tapi Tony Twain dari Nottingham Forest-lah yang berhasil mengontraknya. Hal ini mungkin karena Twain menjanjikannya lebih banyak peluang untuk tampil di lapangan bersama tim utama. Meski begitu, kecuali di beberapa pertandingan pemanasan, ini adalah penampilan perdana Bendtner di pertandingan resmi Nottingham. Tony telah mengganti Crouch dengan seseorang yang lebih mirip penyerang tengah, dia jelas tidak menginginkan hasil imbang melawan Chelsea di pertandingan kandang."     
0

Setelah Bendtner diturunkan, taktik Nottingham Forest menjadi lebih jelas dan lebih sederhana: mereka harus menemukan Bendtner, yang skill sundulannya lebih bagus daripada Crouch, untuk menerima umpan-umpan panjang. Albertini juga tidak sering maju sambil menggiring bola. Melainkan, dia menggunakan penempatan bolanya yang sangat akurat dalam mengirim umpan panjang untuk meluncurkan serangan; semua energinya yang lain dihabiskannya untuk menghadapi Lampard.     

※※※     

Melihat pemuda yang tampak masih kekanak-kanakan di hadapannya, Carvalho langsung meremehkannya.     

Kau pikir kau terlihat tampan dengan rambut panjangmu?     

Nak, ijinkan aku memberitamu ... kau masih amatir!     

Dengan adanya operan panjang dari lini belakang Forest, Bendtner bergerak mundur dan bermaksud menerima operan itu tapi terkejut karena Carvalho tiba-tiba menerobos dari samping untuk melompat di depannya, dan langsung menyundul bola menjauh dari gawang.     

Saat mereka mendarat, Carvalho melirik ke belakang ke arah Bendtner. Meskipun Carvalho tidak menunjukkan ekspresi apapun, Bendtner merasa kalau dirinya baru saja diremehkan.     

Anjing pudel ini merendahkanku!     

Serangan Chelsea terhenti di George Wood. Drogba sadar bahwa dia berhadapan dengan masalah. Anak laki-laki yang telah dikalahkannya di babak pertama pertandingan itu kelihatannya sudah menemukan metode yang lain untuk bertahan melawannya. Saat pemain Spanyol itu mengganggunya dari belakang, Wood melawannya dari depan, menghalangi rute umpan antara dirinya dan rekan satu timnya.     

Peningkatan kemampuan Wood setelah belajar dari Albertini terlihat jelas. Sebelum ini, kelemahan terbesar Wood adalah ketidakmampuannya dalam melihat gambaran keseluruhan dan membaca gerak lawan. Tapi, Wood perlahan mulai mengembangkan indranya sendiri dalam memprediksikan gerak lawan saat mereka melakukan serangan.     

Duff tiba-tiba saja berhasil melepaskan diri dari Ribéry di sayap. Dia telah berencana untuk mengumpan ke Drogba tapi bola berhasil dicegat oleh Wood, yang bergerak maju untuk bertahan. Wood, setelah sukses mencegat bola, kemudian mengopernya ke Albertini, yang meluncurkan serangan lain melalui umpan panjang.     

Kali ini, Bendtner tidak melangkah mundur melainkan tetap berada di depan Carvalho, menghalanginya keluar dari tempatnya dan menunggu bola datang.     

Carvalho mendapati dirinya dihadang oleh lawannya dan dia mencoba untuk memposisikan dirinya di depan Bendtner. Tapi dengan cepat dia menyadari kekuatan mengejutkan bocah tujuh belas tahun yang berdiri di depannya.     

Dia sama sekali tidak bisa mendorong anak itu.     

Bolanya datang. Tak ada waktu bagi Carvalho untuk mengambil posisi lain. Pada akhirnya dia hanya bisa melompat di belakang Bendtner. Seseorang bisa membayangkan hasilnya; gelandang Portugis, yang posisinya telah direbut, bahkan tidak bisa menyentuh bola. Dia hanya bisa membiarkan Bendtner menyundul bola menjauh.     

Bendtner mengoper bola ke Eastwood, yang terus-menerus berlarian di sekitarnya. Tanpa ragu, pria Rumania itu menyesuaikan posisinya setelah menerima umpan dan segera mengangkat kakinya untuk menembak ke arah gawang.     

"Tembakan panjang ... Dan Čech! Penyelamatan yang bagus!"     

Kiper nasional Republik Ceko, Čech, melakukan lompatan terbang dengan tubuh terentang, menghalau tendangan Eastwood keluar dari gawang. Forest diberi hadiah tendangan sudut.     

"Kelihatannya Nottingham Forest, yang berada di peringkat 13, dan Chelsea yang berada di peringkat dua di liga, bertanding dengan imbang. Kalau kita mempertimbangkan faktor-faktor seperti Forest yang berada di stadion kandangnya sendiri dan jumlah pemain mereka yang lebih banyak, mungkin ini memang masuk akal. Tapi mari kita ingat bagaimana Arsenal "menyamakan kedudukan" dengan Nottingham Forest, dan bagaimana Nottingham Forest mengalahkan Man City; dari dua pertandingan itu, tampak jelas bahwa tim milik Tony Twain benar-benar bisa bertarung di level yang sama dengan tim-tim kuat. Tidak, aku tidak melebih-lebihkan. Tim Nottingham Forest ini sudah merupakan tim yang berbeda dari tim yang familiar dengan kita selama beberapa tahun terakhir. Sekarang ini, setidaknya, mereka tak kenal takut saat menghadapi tim yang kuat."     

※※※     

Di bar-bar berbagai ukuran di dekat Stamford Bridge di London, para fans The Blues yang telah berkumpul untuk menonton pertandingan melemparkan kutukan ke arah televisi. "Omong kosong! Mereka punya lebih banyak pemain daripada kita. Kalau mereka takut, mereka lebih baik kembali saja ke Liga Satu!"     

※※※     

Bola dari tendangan sudut Nottingham Forest melesat, bukan untuk menemukan Piqué, melainkan terbang lebih jauh ke belakang. Dari kerumunan para pemain, Bendtner melompat tinggi dan menyundul bola ke arah gawang. Čech tak punya waktu untuk mencoba menangkap bola, tapi bola itu membentur sisi luar jaring gawang. Tribun penonton di City Ground mengeluarkan desahan napas panjang.     

Pada saat itu, terjadi keributan kecil di depan gawang Chelsea. Setelah Bendtner menyundul bola, ada konflik yang pecah antara dirinya dan Carvalho.     

Sebelum ini, saat Bendtner menyundul bola, dia bertumpu pada Carvalho. Carvalho merasa kalau tim Forest telah melakukan pelanggaran, dan wasit seharusnya memberikan tendangan bebas untuk Chelsea. Awalnya, dia ingin mengajukan banding pada wasit; tapi setelah melihat tatapan menghina dari Bendtner, Carvalho langsung merasa kesal. Dia mendadak menghampiri dan berdiri di depan Bendtner sambil menunjukkan ekspresi marah. Mereka praktis saling berhadapan, dengan hidung mereka nyaris bersentuhan. Bendtner tidak bergerak mundur dan balas menatapnya dengan tajam. Meski tidak ada yang mengatakan apa-apa, semua orang bisa merasakan angin kencang yang datang sebelum badai.     

Rekan setim terdekat mereka tentu saja takkan membiarkan badai itu muncul; beberapa orang pemain bergegas maju dan memisahkan keduanya. Peluit wasit juga ditiup dengan suara keras. Dia bergegas menuju ke arah kerumunan dan berdiri di antara kedua pemain dengan tangan kanan terangkat dan meniup peluit terus menerus.     

"Bajingan!" Albertini mendorong Bendtner keluar dari kerumunan dan memelototinya. "Apa yang kau lakukan?! Tenangkan dirimu!"     

Meskipun wajah Bendtner masih terlihat marah, dia melihat ke arah kapten tim di depannya dan tampak agak takut lalu bergumam, "Dia duluan yang memandang rendah ke arahku ..."     

"Masukkan bola ke gawang, dan dia akan tahu seberapa bagus dirimu!" kata Albertini, sambil memukulkan dua kepalan tangannya. Kemudian dia melingkarkan lengannya ke leher Bendtner. "Jangan mengecewakan bos."     

Mendengar ini, Bendtner melihat ke arah area teknis. Manajer sedang melihat ke arahnya.     

Dia terdiam sesaat, lalu mengangguk.     

"Aku akan mematuhimu, Kapten."     

Albertini tersenyum sambil pura-pura meninju Bendtner di dadanya yang kekar. "Dengar, Nick. Cara terbaik untuk membalas lawan yang merendahkanmu adalah dengan mencetak gol ke gawang mereka!"     

Saat Albertini memberi semangat pada Bendtner, Carvalho mulai berdebat dengan wasit.     

"Dia yang bertumpu padaku!" kata Carvalho berulang kali memberi tahu wasit dengan bahasa Inggris yang tidak lancar. Poll hanya menggelengkan kepalanya dan memberikan kartu kuning pada pria Portugis itu.     

"Ah, Carvalho mendapat kartu kuning! Sepertinya para pemain Chelsea agak gelisah, tapi Poll tetap tegas dan tidak mengubah penilaiannya. Sepertinya pertandingan agak kacau bagi Chelsea hari ini!"     

Saat Mourinho melihat wasit menunjukkan kartu kuningnya ke Carvalho tapi tidak menghukum Bendtner yang juga terlibat dalam situasi itu, ia menjadi sangat marah hingga ia hanya melambaikan tangan dan memunggungi mereka.     

Pertandingan di kandang yang tidak masuk akal!     

※※※     

"Bendtner terlalu bersemangat ingin membuktikan dirinya," kata asisten manajer David Kerslake pada Tang En.     

Tang En mengangguk setuju. Setelah membekukan pemuda yang sangat berambisi itu selama sebulan, dia seperti seekor singa yang tergila-gila dengan makanan setelah menderita kelaparan. Saat Tang En melihat Albertini menarik Bendtner untuk melihat ke area teknis dan menunjuk ke arahnya, ia segera memasang topeng dan menatap Bendtner. Baru setelah pemuda itu menundukkan kepalanya, ia mulai tertawa, bergumam rendah dalam bahasa Cina, "Kalau kau ingin anjing pemburu berlari dengan cepat, kau harus menjaga agar nafsu makannya tetap tinggi!"     

"Hm?" tanya Kerslake, mengira kalau Tang En sedang berbicara padanya.     

"Ah, bukan apa-apa." Di saat-saat seperti ini, Tang En sangat berharap bahwa orang yang ada di sampingnya adalah Dunn. Paling tidak, Dunn adalah seseorang yang bisa memahaminya. Ditambah lagi, dia takkan merasa cemas tentang mata-mata lawan yang secara diam-diam menguping diskusi mereka tentang taktik dari pinggir lapangan. Jangan kau pikir mata-mata di lapangan sepak bola hanyalah cerita fiksi. Di pinggir lapangan sepakbola, segalanya mungkin terjadi. Lawan Tang En di babak play-off musim lalu, manajer tua yang banyak akal, Neil Warnock, sebelumnya pernah mengirim mata-mata ke lawan-lawannya untuk mendengarkan strategi mereka.     

Para pemain Chelsea, yang telah mengerumuni wasit dalam usaha mereka untuk melakukan banding, mulai bubar. Mereka tahu bahwa mereka takkan bisa mengubah keputusan wasit tentang ini, tak peduli apa yang mereka lakukan. Bagaimanapun juga, itu tadi hanya kartu kuning, bukan kartu merah. Mengerumuni wasit, membuat keributan, atau menghentakkan kaki mereka hanyalah cara mereka untuk melampiaskan kekesalan.     

Setelah pertandingan dilanjutkan, Mourinho berdiri di pinggir lapangan dan berteriak pada Carvalho untuk tidak menjaga Bendtner dan ganti menjaga si pria Rumania dari tim Forest. Bendtner akan diberikan pada Kapten mereka, John Terry, yang memiliki gaya bermain yang sama tangguhnya.     

Tang En membuat beberapa perubahan, tapi Mourinho tidak melakukan pergantian pemain. Karena kartu merah yang diterima Ferreira di babak pertama, ia sudah kehilangan satu kuota untuk melakukan pergantian pemain. Karenanya, selama situasi di lapangan tetap terkendali, dia tidak akan melakukan pergantian pemain.     

Bahkan meski penampilan Duff cukup buruk, dia tidak terburu-buru menariknya keluar dari lapangan.     

Penampilan Duff memang sangat buruk. Dia benar-benar ditekan oleh Ribéry, yang sama sekali tak dikenal jika dibandingkan dengan dirinya. Ribéry memasukkan ekspektasi Tang En ke dalam hati: Saat menyerang, kau harus bisa bergerak maju; saat bertahan, kau harus bisa kembali ke posisimu.     

Dia masih muda, memiliki stamina yang bagus, dan cepat. Jadi dia berlari cepat bolak balik di sayap kiri lagi dan lagi. Duff adalah kuda Irlandia yang lincah? Kalau ada hubungannya dengan kecepatan, aku tidak takut pada siapa pun!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.