Mahakarya Sang Pemenang

Malaikat Utara Bagian 1



Malaikat Utara Bagian 1

0Saat tim Forest melangkah keluar dari stadion dan bersiap-siap naik ke bus tim usai kemenangan mereka, mereka melihat para fans yang datang dari jauh untuk mendukung tim berlari ke arah mereka. Kali ini, tanpa dorongan dari Twain dan Kerslake, para pemain mengambil inisiatif dan menghampiri para fans untuk memberikan tanda tangan.     
0

Setelah meninggalkan konferensi pers, Twain langsung pergi ke tempat parkir melalui pintu samping untuk bergabung dengan timnya. Dia baru saja melangkah keluar saat dia mendengar seseorang memanggilnya. "Tony!"     

"Hei, John." Tony menoleh dan melihat Big John melambai ke arahnya; kemudian, dari belakang tubuh lebar Big John, Shania melompat keluar.     

"Paman Tony!"     

Kali ini, Shania tidak ditemani sepupu Tom yang mengesalkan itu. Dia tidak tahu bagaimana Shania bisa menyingkirkan sepupunya.     

Twain tersenyum dan berjalan menghampirinya.     

"Di mana sepupumu?"     

Shania menunjuk ke arah John. "Paman John menakutinya."     

Pria gemuk itu menggaruk kepalanya dan berkata kepada mereka berdua, "Kalian teruskan saja mengobrol, aku akan pergi mencari yang lain."     

"Terima kasih, John." Twain menganggukkan kepala ke arahnya, "Aku akan mentraktirmu minum saat kita kembali nanti."     

John mengedipkan mata. "Itu yang kutunggu-tunggu! Sampai jumpa, Shania."     

"Sampai jumpa, Paman John." Shania melambai pada John dengan tangan mungilnya.     

Setelah John pergi, Twain memandang gadis muda itu, yang pipinya memerah karena senang, dan tersenyum. "Apa ini pertama kalinya kau menonton pertandingan secara langsung di stadion?"     

Shania mengangguk. "Tom selalu ingin agar aku jadi penggemar Newcastle United, dan dia selalu menyuruhku datang ke sini bersamanya untuk menonton pertandingan. Tapi aku selalu menolaknya. Saat kubilang padanya kalau aku tidak suka sepakbola, dia terkejut, dan bertanya padaku, 'Apa kau benar-benar orang Brasil?'"     

Shania membelalakkan matanya dan merendahkan suaranya untuk meniru nada dan ekspresi Tom, yang terlihat sangat lucu hingga membuat Twain tertawa keras.     

Shania terkikik geli saat dia melihat paman Tony kelihatan senang, seolah-olah itu sebuah prestasi baginya.     

"Oh, dasar kau peniru kecil!" Twain masih sedikit kehabisan nafas setelah tertawa begitu keras.     

Shania menjulurkan lidahnya. "Apa kalian akan tinggal di sini semalam lagi?"     

Twain berhenti sejenak dan kemudian menggelengkan kepalanya. "Kami akan langsung kembali ke Nottingham sekarang. Lihat bus itu?" Dia menunjuk ke bus di kejauhan. "Kami langsung pergi dari stadion ini ke bandara."     

Shania tampak sedikit kecewa saat dia mendengar Tang En mengatakan itu. "Kukira kalian akan tinggal di sini semalam lagi ..."     

"Yah, aku juga ingin tinggal semalam lagi, tapi ada pertandingan Liga Eropa UEFA setelah ini, dan kami harus kembali dan bersiap-siap." Twain juga menyesali ini karena hanya ada sedikit peluang untuk bisa datang ke Newcastle di setiap musim laga. Sekarang ini, bibi Shania, bibi Ryan, sangat ketat dalam mengawasi Shania. Shania pernah mengatakan kalau dia akan mengunjungi Nottingham setiap akhir pekan di musim panas ini. Tapi pada akhirnya, dia belum berkunjung satu kali pun.     

Melihat Shania merajuk, Tang En benar-benar tidak tega karena membuatnya kecewa.     

Meski ada banyak mode komunikasi canggih yang tersedia saat ini melalui ponsel dan panggilan video, Tang En masih merasa bahwa komunikasi sambil bertatap muka lebih menyenangkan.     

Saat dia mengerutkan alisnya dan merasa bingung harus mengatakan apa, Shania meringis lebar. "Sebenarnya, tidak apa-apa. Bagaimanapun, kita akan bertemu lagi di hari Natal. Aku sudah membicarakannya dengan orangtuaku. Kali ini mereka takkan berpikir kalau aku melarikan diri dari rumah!"     

Saat Shania menyebutkan tentang melarikan diri, mereka berdua tertawa. Kalau dia tidak benar-benar melarikan diri dari rumah saat itu, mereka mungkin takkan pernah bertemu di sepanjang hidup mereka.     

Setelah tertawa, mereka saling menatap. Meski mereka berdua tahu kalau sudah waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal, tidak ada yang mau mengucapkannya lebih dulu.     

Akhirnya, Twain menyerah. Dia melihat sekilas ke arah langit yang mendung dan berkata pada Shania, "Hari ini akan turun hujan."     

"Yah, kalau begitu aku harus kembali." Shania memandang Twain dan mengangguk.     

"Kalau begitu, sampai jumpa saat Natal nanti, Shania," kata Twain sambil tersenyum.     

"Ya, sampai jumpa saat Natal! Aku harus pergi. Tidak baik membiarkan mereka menunggu lama." Dia menunjuk ke arah bus tim. Twain menoleh ke belakang dan melihat bahwa anggota staf pelatih, para pemain, dan bahkan para fans di sekitar bus memandang ke arahnya dan Shania.     

Dia berdehem dan diam-diam mengutuk kelompok orang-orang yang penasaran itu. Dengan sengaja dia menunjukkan ekspresi serius. "Tidak, aku bos mereka. Kalau aku menyuruh mereka menunggu, mereka harus menunggu!"     

"Tapi pesawat tidak akan menunggu siapa pun."     

Dia benar. Twain menggosok hidungnya. "Kalau begitu, ini benar-benar selamat tinggal untuk saat ini, Shania."     

"Ya. Selamat tinggal, Paman Tony."     

Shania melambaikan tangannya dan berbalik untuk pergi.     

Melihat sosok kecilnya perlahan-lahan menjauh, Tang En merasakan sesuatu yang tak bisa dijelaskan dan terasa mirip seperti cuaca saat ini perlahan menggelegak di dalam dirinya.     

Sial! Aku seharusnya merasa senang, kan? Kami memenangkan pertandingan hari ini ...     

※※※     

Saat bus menuju bandara, garis-garis air terlihat di jendela bus. Di malam hari yang mendung, lampu-lampu jalan terpantul di jendela-jendela bus dan dibiaskan menjadi beragam cahaya.     

Twain memandang ke luar jendela dan melihat langit yang semakin gelap. Hal pertama yang terlintas di benaknya adalah Shania. Dia khawatir apakah dia sudah naik kereta atau belum, apakah dia basah karena hujan atau tidak, dan kalau dia basah kuyup, apa dia akan terkena flu.     

"Tony?" Suara seorang pria tiba-tiba berbicara di dekat telinganya, membuatnya terkejut.     

"Oh, David. Ada apa?"     

"Aku bisa tahu kalau kau tiba-tiba saja berada dalam mood yang buruk. Apa ada yang salah? Bukankah kita baru saja memenangkan pertandingan?" tanya Kerslake khawatir.     

Mendengar pertanyaan asisten manajernya, seulas senyum muncul di wajah Twain. "Ya, kita sudah menang. Bukan apa-apa, aku hanya melihat cuaca buruk ini ..."     

Dia menunjuk ke arah langit yang gelap di luar jendela.     

"Ah, kau mengkhawatirkan itu. Jangan khawatir, kurasa kondisi cuaca seperti ini tidak akan menunda penerbangan kita."     

Ada kilat yang menyambar, dan Twain kembali menatap ke langit. Tiba-tiba saja dia berharap cuaca menjadi jauh lebih buruk.     

Seberapa buruk cuaca bisa berubah? Batalkan penerbangannya!     

Dia menoleh untuk memandang keluar jendela. Karena gelap dan hujan, pemandangannya tidak begitu bagus; tapi dia masih bisa melihat patung terkenal yang menjulang di kejauhan: Malaikat Utara.     

Patung malaikat baja berwarna karat itu memiliki sepasang sayap yang terlihat mirip Boeing 757. Patung itu berdiri di lereng bukit Gateshead selama tujuh tahun, sejak pertama kali didirikan di tahun 1998. Bahkan badai dengan kecepatan seratus kilometer per jam tidak bisa merobohkannya. Sekarang dia sudah menjadi simbol dan landmark bagi Newcastle dan seluruh wilayah Inggris utara.     

Bagi Tang En, ada malaikat lain di Newcastle, dan malaikat itu telah menjadi simbol kota Newcastle di hatinya.     

Harapan Twain akhirnya tidak menjadi kenyataan. Hujan memang masih tetap turun, tapi hujan selalu turun sepanjang tahun di Inggris. Level hujan seperti ini tidak akan mempengaruhi operasional normal bandara.     

Tim Nottingham Forest naik tepat waktu untuk penerbangan menuju Birmingham.     

Sebelum naik ke pesawat, Twain menerima pesan teks dari Shania yang memberitahunya bahwa dia sudah tiba di rumah. Dia agak basah karena hujan, tapi itu bukan masalah besar. Kemudian, dia memberi selamat kepada tim Twain karena telah memenangkan pertandingan. Dia tadi lupa untuk mengatakan itu saat mereka berada diluar stadion, dan karenanya hanya bisa memberikan ucapan selamat melalui SMS.     

Twain ingin membalasnya dan mengatakan padanya agar menjaga kesehatannya, tapi tim sudah mulai naik ke pesawat, jadi dia harus mematikan teleponnya.     

Setelah pesawat menembus hujan dan kabut dan membumbung tinggi ke langit, kegelapan di luar jendela dengan cepat berubah menjadi cerah, yang menarik perhatian Twain. Dia menoleh untuk melihat keluar jendela. Di bawahnya ada awan putih, dan di atasnya adalah langit yang cerah. Di ujung sayap pesawat terlihat matahari merah yang terbenam di pegunungan Pennines. Cahayanya yang tersisa membuat langit barat bersemburat kemerahan.     

※※※     

Setelah memenangkan pertandingan tandang melawan Newcastle United, Nottingham Forest berada di peringkat kelima dengan skor total dua puluh poin usai putaran kesebelas liga. Manchester United, yang memiliki jumlah poin yang sama seperti yang dimiliki Forest di putaran kemarin, jatuh ke peringkat ketujuh setelah kalah dari Portsmouth dalam pertandingan tandang untuk putaran kesebelas ini.     

Hasil ini membuat para suporter Forest merasa senang, tapi Tang En tidak merasa senang.     

Dua peringkat pertama di liga ditempati oleh Arsenal dan Chelsea, dengan 26 poin masing-masing. Tim Arsene Wenger telah dikalahkan oleh Manchester United di putaran kesepuluh, dan rekor tak terkalahkan mereka di liga teratas ini telah dihentikan di pertandingan ke-49, yang persis sama seperti sejarah yang diingat Tang En. Lawan mereka adalah Manchester United dan para pemain yang mencetak gol adalah Wayne Rooney dan Ruud van Nistelrooy.     

Meski Arsenal kalah, mereka dan Chelsea pantas berada di puncak.     

Peringkat ketiga di liga adalah Everton, dan peringkat keempat adalah Bolton Wanderers! Tim yang pernah dikalahkan oleh Forest!     

Tim tradisional yang kuat, Manchester United dan Liverpool, keduanya mengalami kemerosotan dan berada di peringkat ketujuh dan di bawahnya.     

Dunia luar menghubungkan peringkat tim Forest saat ini dengan Manchester United dan Liverpool, serta penurunan performa Newcastle United dan Tottenham Hotspur. Bukti yang mendukung pandangan mereka adalah papan klasemen liga. Empat tim yang menempati peringkat enam teratas liga termasuk Nottingham Forest tidak seharusnya berada disana.     

Twain tidak menganggap kalau tim Forest juga sama seperti mereka; melainkan, dia mulai mencemaskan kekuatan Manchester United.     

Apa artinya menjadi yang kelima di liga? Mereka bisa berpartisipasi di Liga Eropa UEFA musim depan, dan dengan sedikit keberuntungan, mereka juga bisa berpartisipasi di Liga Champions UEFA kalau mereka naik satu peringkat lagi!     

Kejayaan, ketenaran, dan uang akan berdatangan.     

Dalam kenyataannya, hasil akhir musim ini adalah Chelsea memenangkan gelar liga dengan poin yang tinggi, dan Arsenal akan berada di peringkat kedua setelah tidak bisa melanjutkan rekor tak terkalahkan mereka. Manchester United kemudian akan menempati peringkat ketiga. Everton milik David Moyes akan menduduki peringkat keempat dan memenuhi syarat untuk mengikuti pertandingan kualifikasi Liga Champions UEFA. Dan Liverpool, yang pada akhirnya akan memenangkan kejuaraan Liga Champions UEFA musim ini, berada di peringkat kelima. Situasi dimana juara bertahan yang merupakan klub papan atas ternyata tidak memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam Liga Champions UEFA yang berikutnya adalah hal yang memalukan. Untungnya, Football Association Inggris terus melakukan mediasi secara aktif, dan akhirnya UEFA menetapkan preseden pertama bagi mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.