Mahakarya Sang Pemenang

Adu Muka Bagian 2



Adu Muka Bagian 2

0Semua pemain Manchester United tak melepaskan mata mereka dari tiga pemain Forest yang ada di dalam kotak penalti. Bahkan Albertini dijaga oleh Roy Keane. Setelah menghentikan bola, tidak ada satu orang pun yang berjarak lima atau enam meter dari Wood; dia tidak melihat ada pemain dengan jersey merah Manchester United.     
0

Tidak ada yang mengira kalau Wood akan muncul di tempat yang begitu dekat dengan area penalti - sebelum ini, dia hampir tidak pernah ikut berpartisipasi dalam melakukan serangan.     

Bahkan komentator juga terkejut dan berseru, "George Wood! Sejak kapan dia ada disana?!"     

Tidak ada orang yang mengganggunya di tempat dia berdiri, dan dia bisa menggunakan waktunya dengan leluasa untuk menyesuaikan jarak antara dirinya dan bola sebelum kemudian mengayunkan kakinya dengan anggun untuk melakukan tendangan voli yang kuat...     

Tidak seperti biasanya, Albertini tidak berteriak "Tembak!" dari samping lapangan. Sebaliknya, dia diam-diam mengepalkan tangannya seolah mencoba memberikan energi bagi Wood.     

Wood melihat bola di bawah kakinya. Pikirannya dipenuhi kata-kata Albertini. "Kalau kau tidak mencobanya, bagaimana kau bisa tahu kalau kau tidak bisa melakukannya?"     

Apa aku masih ingat tentang latihan menembak ke gawang waktu aku masih di Tim Pemuda? Apa yang dikatakan pelatih waktu itu? Meluruskan punggungku?     

Dia mengangkat kaki kanannya dengan penuh gaya.     

"George Woooooo- Wow ..." Si komentator awalnya bermaksud memanjangkan suaranya untuk menyoraki gol yang dibuat Wood, tapi tembakan yang sebenarnya membuatnya kehilangan semangatnya.     

Wood menendang dengan sekuat tenaga dan bola melesat ke arah ... tingkat kedua tribun penonton di sisi Utara.     

Sebelum Wood menembak, kiper Manchester, si pria Amerika Tim Howard, merasa agak gugup. Tapi akhirnya, dia melihat bola terbang keluar sementara dia hanya melompat untuk bergaya. Tangannya bahkan tidak terangkat – karena bola berjarak sepuluh meter dari mistar atas gawang!     

"Gelandang bertahan Wood menendang bola dengan kuat untuk menghilangkan ancaman, menendangnya ke arah tribun penonton." Komentator hanya bisa menggambarkan upayanya mencetak gol dengan cara ini - dengan cara yang jauh lebih mendekati situasi dalam kenyataan.     

Wood merasa kecewa melihat penampilannya sendiri dan memandang tertegun ke arah tribun di belakang gawang Manchester. Kemudian, Albertini datang menghampiri untuk menepuk pundaknya. "Tidak buruk."     

Wood tidak mengerti kenapa kapten mengatakan itu dan dia memandangnya dengan tatapan bertanya.     

"Itu sebuah awal. Awal yang bagus," kata orang Italia yang ramah itu sambil tersenyum lebar.     

※※※     

Tembakan Wood yang sangat buruk itu mendapatkan ucapan terima kasih dari para fans Manchester United berupa cemoohan keras mereka. Mereka memang benar-benar orang yang tidak menyenangkan.     

Di luar lapangan, Kerslake memperhatikan keputusan Wood yang tidak mengoper bola melainkan melakukan tembakan ke gawang yang nyaris tidak pernah dilakukannya sebelum ini. Dia menoleh ke arah Tang En. Tang En yang bisa membaca kebingungan dan pertanyaan tak terucapkan di mata Kerslake dalam sekali pandang, mengangkat bahunya. "Bukan aku."     

Benar-benar adegan yang sangat familiar ... kenang Tang En. Dalam pertandingan melawan Arsenal, Albertini juga mendorong Wood untuk mengambil inisiatif agar berlari memotong ke dalam dan turut ambil bagian dalam melakukan serangan.     

Melihat Albertini buru-buru berlari ke Wood untuk menghiburnya setelah dia gagal melakukan tembakan, Tang En tersenyum lebar. Jenderal tua itu memang pilihan yang tepat!     

Kerslake bertanya dari sisinya, "Haruskah kita menegurnya, Tony?"     

Tang En menggelengkan kepalanya. "Tidak, kenapa kita harus melakukannya? Apa menurutmu ini bukan hal yang baik?"     

"Tapi kita kehilangan kesempatan yang sangat bagus ..."     

"Sebagai ganti untuk pertumbuhan pemain, aku benar-benar rela menyia-nyiakan sepuluh peluang lagi. David, kau juga berasal dari pelatihan tim pemuda. Apa kau masih ingat apa yang paling dibutuhkan para pemain muda?"     

Kerslake menggaruk kepalanya. "Um ... Sekarang ini kita berada di Liga Utama Inggris. Ini agak berbeda dari pertandingan di Tim Pemuda ..."     

"Tentu saja. Ini Liga Utama Inggris. Tapi kita punya banyak pemain muda dengan potensi yang tinggi di tim kita. Kenapa mereka memilih untuk bermain bersama kita? Itu karena kita bisa memberi mereka peluang, lebih banyak peluang daripada jika mereka pergi tempat lain. Selain itu, selama melakukan eksperimen yang berharga, kita tidak hanya harus menahan diri dalam mengkritik dan membatasi mereka, kita juga harus mendorong mereka. Aspek ini, menurutku, tidak jauh berbeda dengan tim pemuda." Setelah selesai mengatakan itu, Tang En bangkit dan berjalan menuju pinggir lapangan, lalu menunjukkan tanda jempol pada George Wood dan Albertini.     

Setelah melakukan itu, dia kembali ke area teknis dan duduk. Dia meneruskan ucapannya pada David Kerslake, "Tentu saja, terkait kesulitan George dalam membidik ... Kurasa kita perlu memasukkan latihan menembak ke dalam latihan rutinnya ..."     

Kerslake tertawa. "Tony, tiba-tiba saja aku teringat saat pertama kali kau membawa George ke lapangan latihan tim pemuda. Apa yang membuatmu menganggapnya berbeda; yang membuatmu sangat menilai tinggi dirinya?"     

Jelasnya, Tang En tidak bisa mengatakan bahwa pada awalnya dia hanya ingin melindungi bocah konyol itu saat dia pertama kali membawanya ke lapangan latihan tim pemuda.     

"Mungkin itu karena aku melihat sesuatu dalam dirinya yang tidak kulihat di banyak orang lain: kebodohan."     

"Kebodohan?" tanya Kerslake, tampak bingung.     

"Ya ... karena dia bodoh, dia tahu kalau dia perlu berusaha lebih keras untuk bisa berada di tempat yang sama seperti yang lain. Karena kebodohannya, dia tidak pernah berani mengendurkan kerja kerasnya. Apa kau pernah melihatnya bermalasan selama latihan?"     

Kerslake menggelengkan kepalanya. "Aku hanya pernah melihatnya melakukan latihan tambahan untuk dirinya sendiri."     

"Tepat sekali. Itu karena dia tahu kalau dia sangat kurang dibandingkan dengan yang lain. Kalau dia tidak bekerja keras, dia tidak mungkin bisa menjadi seorang pemain sepakbola profesional. Jujur saja, pada awalnya aku juga tidak melihat potensi dalam dirinya sebagai pemain sepakbola. Dengan fisiknya, dia mungkin bisa memiliki masa depan sebagai atlet atletik. Tapi setelah itu, penampilannya benar-benar membuatku tertarik dan aku memutuskan untuk memberinya kesempatan." Kali ini, Tang En mengarahkan dagunya ke lapangan.     

Manchester United melakukan serangan. George Wood berdiri di belakang kapten Albertini, dengan waspada menjaga pemain lawan. Dibandingkan dengan George Wood yang pertama kali muncul di pinggir lapangan kompleks latihan tim Forest, yang menuntut dengan suara keras agar bisa berlatih bersama Tim Pertama, dia telah sepenuhnya dan benar-benar berubah menjadi seseorang yang tak lagi hanya terlihat mirip pemain sepakbola profesional.     

Sekarang ini dia adalah pemain sepakbola profesional yang asli. Dibandingkan dengan pemain lain yang lebih terkenal atau lebih kaya daripada dirinya, dia jauh lebih murni.     

※※※     

"George Wood dari Nottingham Forest telah menyia-nyiakan peluang terbaik mereka untuk mencetak gol di awal pertandingan. Mereka mungkin mulai menyesali hal itu sekarang. Lagi pula, mereka menghadapi Manchester United! Setiap peluang yang disia-siakan akan mendapatkan balasannya!"     

Saat komentator itu berceloteh tanpa henti, serangan Manchester United dihadang oleh pertahanan gabungan George Wood dan Albertini.     

Paul Scholes mencoba menggiring bola melewati Albertini sebagai upaya untuk memancing Wood keluar dari posisinya sebelum Scholes mengoper bolanya.     

Tapi bahkan sebelum dia benar-benar bisa melewati Albertini, George Wood telah berlari ke depan dan melakukan slide-tackle yang ganas tapi masih diijinkan dari arah depan. Khawatir akan cedera, Scholes melompat dan membiarkan Wood meluncur di bawah kakinya dan merebut bola menjauh darinya.     

Tapi serangan Manchester United masih belum berakhir.     

Roy Keane telah berlari di belakang Scholes dan kini bergegas maju ke depan.     

Wood juga bangkit untuk mengejar bola.     

Kapten Manchester mendapatkan bola dan baru akan menembak dengan penuh tenaga!     

"Roy-"     

Lolongan si komentator baru saja terdengar ketika bola itu terpantul dengan keras.     

Bunyi gedebuk yang teredam bisa didengar di seluruh stadion. Tembakan kuat Keane telah menampar tepat ke wajah George Wood, yang telah melompat ke depan untuk memblokir gawang.     

Tembakan itu sangat kuat, hingga bola yang terpantul masih melambung tinggi dan langsung keluar dari garis batas lapangan di tengah area penalti. Sementara itu, Wood jatuh ke belakang dan roboh ke tanah seperti sekarung pasir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.