Mahakarya Sang Pemenang

Red Forest Bagian 1



Red Forest Bagian 1

0Ini adalah situasi yang benar-benar sulit untuk dijelaskan, dimana para fans lebih percaya diri untuk menang daripada para pemain di lapangan! Mereka bahkan tidak tahu apa yang terjadi di ruang ganti. Terlepas dari kenyataan bahwa tim masih tertinggal, mereka percaya bahwa tim mereka akan menang.     
0

Kenapa bisa begitu?     

Itu mungkin karena tim Twain memiliki serangkaian penampilan yang luar biasa, sehingga membuat para fans ingin percaya bahwa mereka bisa mencapai apa yang biasanya sulit untuk dilakukan.     

Apa yang akan terjadi kalau tim mengecewakan para fans di pertandingan ini?     

Tidak, kami tidak bisa kalah, tidak boleh kalah, dan juga tidak akan kalah dalam pertandingan ini!     

Dia berbalik dan berjalan menuju ke arah ruang ganti. Dia ingin menebus kesalahan tim, sebelum babak kedua dimulai. Dia ingin memberi tahu para pemain seberapa besar kepercayaan para fans itu pada mereka.     

Kalau kita kehilangan pertandingan ini, bagaimana kita bisa menghadapi lebih dari 20.000 fans Forest di tribun? Meskipun mereka masih akan berada di tribun, bernyanyi dan bertepuk tangan untuk kami sambil menantang angin dan hujan, berteriak, "Ayo, tak apa-apa. Kita masih punya play-off," ... bisakah kita menerima kepercayaan dan toleransi itu dengan nurani yang bersih?     

Tapi, saat dia berjalan kembali ke ruang ganti, dia hampir saja ditabrak oleh pemain yang membuka pintu. Setelah membuka pintu, orang pertama yang keluar dari dalam adalah Ashley Young. Saat dia melihat Twain, dia tampak sedikit terkejut. Tapi dengan cepat dia mengatur ekspresi wajahnya dan berkata dengan sangat serius kepada Twain, "Boss, percayalah! Kami takkan membiarkan mereka menyerang kita gila-gilaan di babak kedua! Kau tahu ... tidak ada satupun di antara kami yang ingin kalah! Kami semua ingin pergi ke Liga Utama!"     

"Ya, Bos! Kalau kau masih marah, lihat saja penampilan kami di babak kedua!" Semakin banyak pemain yang bergegas keluar, mereka berbicara sekaligus.     

"Kita takkan kalah dengan anak-anak keparat West Bromwich Albion itu!"     

Twain masih belum bereaksi, saat suara Walker terdengar dari dalam ruangan, "Kenapa kalian masih berlama-lama? Sudah waktunya pergi ke lapangan!"     

Orang-orang itu buru-buru meninggalkan Twain yang masih bingung, dan berlari ke arah lapangan. Twain memandang Walker, yang dengan cepat berjalan keluar dari ruang ganti, lalu bertanya dengan bingung, "Apa yang terjadi, Des?"     

Walker tersenyum dan berkata, "Aku memberi tahu mereka kalau kau sangat, sangat marah, dan sangat, sangat kecewa pada mereka. Aku memberi tahu mereka kalau hampir semua transfer pemain diputuskan secara pribadi olehmu. Tapi, di saat yang genting, mereka malah gagal memenuhi harapanmu ... dan aku memarahi mereka sebagai pengecut yang tak tahan tekanan dan beban tanggung jawab, lalu mereka semua jadi jauh lebih bersemangat!"     

Melihat pria yang akan meninggalkan tim, untuk pertama kalinya Twain merasa bahwa dia bukanlah bawahannya, melainkan seorang asisten manajer yang berdedikasi tinggi, tangan kanannya yang sangat berharga dan tak ternilai.     

"Terima kasih, Des."     

"Kenapa kau berterima kasih padaku? Ini pertandingan terakhirku sebagai asisten manajer di tim Forest. Aku tidak ingin pergi dengan penyesalan." Walker mengangkat bahu, dan kemudian dia melihat kembali ke arah ruang ganti yang kosong, berkata, "Akulah yang seharusnya mengucapkan terima kasih, Tony. Di paruh pertama musim, aku berulang kali bertanya pada diriku sendiri, 'Apa benar-benar tidak ada kesempatan untuk melihat tim Forest kembali ke liga teratas lagi?' Waktu itu benar-benar berantakan, dan aku tidak bisa meyakinkan diriku sendiri untuk tetap tinggal di tim. Jadi, sekarang, aku berterima kasih."     

Twain menepuk bahunya, lalu berkata, "Ayo kita pergi, Des. Kita masih punya empat puluh lima menit lagi."     

"Oke."     

※※※     

Saat babak kedua pertandingan dimulai, hujan masih turun, dan tanah masih basah dan berlumpur. Tapi, kondisi mental para pemain Forest benar-benar berbeda. Setelah mengatasi hambatan psikologis mereka, mereka bergerak dengan mudah, secara perlahan mulai menunjukkan kekuatan sejati mereka.     

Dan West Bromwich Albion yang lebih unggul jelas mulai mengendur di stadion City Ground. Setelah lima belas menit turun minum, mereka memasuki kondisi pertandingan lebih lambat dari tim Forest. Dari kesalahan yang sering mereka lakukan saat ditekan kuat oleh tim Forest, dan perebutan bola yang buruk setelah pertandingan dimulai, tampak jelas bahwa mereka masih belum bisa beradaptasi dengan tempo permainan tim Nottingham Forest yang lebih cepat.     

Tidak ada pemain berbakat atau pemain bintang di jajaran pemain West Bromwich Albion. Sehingga, mereka bergantung pada skill serangan tim secara keseluruhan. Dan tim Forest milik Twain memiliki banyak pemain muda yang berbakat.     

Kondisi pikiran para pemain muda itu masih belum stabil, dan kualitas psikologis mereka juga belum cukup bagus. Itu adalah kekurangan mereka. Tapi, mereka juga memiliki kelebihan, di antaranya adalah mereka mudah termotivasi, cenderung bisa mengubah kondisi pikiran mereka, dan berani mengungkapkan kemampuan pribadi mereka. Dan terkadang, kemampuan pribadi mereka bisa mengubah jalannya pertandingan, bahkan juga menentukan hasil akhir pertandingan.     

Ashley Young adalah kekuatan utama Nottingham Forest untuk lini tengah kanan di paruh kedua musim ini. Dengan kecepatannya yang gesit-seperti-angin di sayap kanan dan skill pribadinya yang sangat bagus, plus hatinya yang tak kenal takut, dia adalah seorang pemain yang sangat dipercaya oleh Twain. Meski West Bromwich Albion secara khusus mengatur penjagaan satu-lawan-satu untuknya, dan mereka sudah berhasil menjaganya dengan ketat di babak pertama, dia tampil seperti pemain yang berbeda di babak kedua, jika dibandingkan dengan babak pertama.     

Saat seorang pemain West Bromwich Albion berhadapan dengannya dalam pertarungan satu-lawan-satu, dia tak mampu bertahan melawan Young. Kecuali kalau mereka melakukannya dengan dua atau bahkan tiga pemain di saat yang bersamaan, maka mereka mungkin akan bisa merebut bola dari kakinya. Dia secepat kilat di sayap kanan, berulang kali mengancam akan menerobos pertahanan lawan.     

"Tim Forest telah menempatkan jalur serangan utama mereka di sayap kanan, Ashley Young, yang telah menjadi pemain paling dinamis tim Forest di babak kedua! Kelihatannya lini pertahanan West Bromwich Albion takkan bisa bertahan lebih lama lagi. Meskipun lapangan licin, Ashley Young memiliki setidaknya tiga peluang untuk bisa berhasil menembus ke area penalti ..."     

Motson mengatakan yang sebenarnya. Manajer West Bromwich Albion, Gary Megson, tak bisa lagi hanya duduk diam. Dia memerintahkan bek tengah untuk membantu Neil Clement bertahan terhadap Ashley Young yang aktif.     

Melihat perubahan ini, Twain akhirnya tersenyum. Ini adalah serangkaian taktik yang telah mereka latih berulang kali sebelum pertandingan. Upaya Ashley Young membuat lawan mereka mengira bahwa tim Forest telah memfokuskan serangan utamanya di sayap kanan.     

Tapi, sebenarnya, Ashley Young bekerja keras untuk memalsukan serangan itu dan tidak lebih daripada itu. Langkah serangan yang sebenarnya dari tim Forest adalah taktik pengalihan skala besar. Saat kekuatan pertahanan lawan secara bertahap condong ke kiri, tim Forest akan tiba-tiba memberikan umpan panjang untuk memindahkan bola di garis pertahanan lawan, dari sayap kiri ke sayap kanan, dan kemudian meluncurkan serangan cepat yang langsung mengancam gawang lawan.     

Untuk melakukan ini, tim harus melatih umpan panjang mereka setiap hari. Ashley Young dan Kris Commons harus mengoper bola bolak-balik dari kedua sayap di lapangan. Mereka harus bisa mengoper bola sambil berlari, dan margin kesalahan mereka tidak boleh lebih dari empat meter. Selain itu, mereka harus mencoba yang terbaik untuk menghentikan bola dari rekan setimnya itu hanya dengan menggunakan tiga gerakan, dan kemudian menggiring bola untuk menerobos.     

Taktik ini pada dasarnya masih belum dimainkan, karena mentalitas pemain Forest kurang pas di babak pertama. Sekarang, mereka akhirnya bisa menggunakan taktik itu!     

Kris Commons, yang kelihatannya tak bisa bergerak maju di sisi lain lapangan sejak tadi, tidak melakukan apa-apa. Melihat ini, lawannya pun perlahan melonggarkan kewaspadaan mereka.     

Bek kiri West Bromwich Albion, Neil Clement, dan gelandang bertahan, Ronnie Wallwork, telah bergerak maju untuk menekan dan bertahan melawan Ashley Young. Tak jauh dari mereka, ada pula bek tengah, Paul Robinson, yang menunggu di sayap. Dengan begini, formasi pertahanan antara dua hingga tiga pemain di sayap ini tampak seperti sangkar kecil, menyegel Ashley Young di dalamnya.     

Taktik itu menunjukkan hasilnya. Ashley Young tak bisa sepenuhnya menunjukkan teknik kakinya di lapangan yang licin. Dia sedikit lalai, dan bolanya direbut. Tapi para fans Forest tak lagi khawatir kehilangan bola, karena setelah setengah musim, mereka tahu ada dinding yang bergerak di lini tengah tim Forest!     

"West Bromwich Albion berhasil merebut bola! Mereka akan melakukan serangan cepat ... George Wood!!" Setiap kali dia menyebut nama ini, suara Motson tiba-tiba akan naik satu oktaf karena gembira, "Bagus sekali! Slide tackle yang indah!"     

Wallwork baru saja akan membalikkan badan, saat dia melihat pemain nomer 33 tim Forest sudah memutar tubuhnya untuk meluncur dan menyekop bola di depannya dekat garis batas samping. Ide untuk melakukan serangan cepat dengan segera terhentikan.     

West Bromwich Albion baru akan membuang bola lepas itu ke luar batas lapangan, tapi bola itu dipotong oleh Wood yang maju ke depan. Yang mana setelah itu, Wood tak membiarkan bola berhenti di kakinya. Dengan cepat dia mengopernya kembali ke arah Ashley Young di depannya. Sepertinya tim Forest masih bermain di sisi ini. Megson tidak cemas, karena para pemainnya masih menumpuk di sisi yang sama. Lawan mereka takkan punya ruang untuk melakukan aksi dan koordinasi apapun.     

Tapi ... di saat dia sama sekali tak menduganya, Ashley Young, yang telah beraksi sendiri sejak awal babak kedua hingga sekarang, tiba-tiba saja mengayunkan kakinya dengan kuat dan menendang bola ke sisi lain lapangan!     

"Transfer bola yang luar biasa indah dan akurat! Kris Commons menerima bola, dan West Bromwich Albion benar-benar tidak punya pemain di sisi ini!"     

Sorakan menggemuruh meletus dari tribun City Ground, saat penantian para fans akhirnya tiba. Ini memang kesempatan yang bagus! Setelah melihat pemandangan ini, Twain berdiri di area teknis, mengangkat tangannya yang terkepal, dan mencondongkan tubuhnya, benar-benar siap untuk segera keluar dan merayakan gol.     

Saat para pemain West Bromwich Albion membalikkan badan dan menyadari bahwa tak ada pemain bertahan di depan Commons, mereka memilih untuk menarik mundur pertahanan ke area penalti dan membiarkan gelandang lainnya, Andy Johnson pergi mengejar Commons yang sedang menggiring bola. Mereka ingin mencegah Commons mengoper bola. Lagi pula, kalau dia langsung menembakkan bola ke gawang, sudutnya takkan cukup lebar, dan kemungkinan gol akan tercetak tak setinggi kalau dia mengoper bola lebih dulu.     

Ini adalah pertahanan konvensional. Tapi, jelas, Commons tak berniat untuk melakukan apa yang mereka bayangkan. Sebagai gantinya, dia menggiring bola untuk maju dua langkah lagi, dan melihat bahwa lawannya tak langsung menekannya, melainkan malah bergerak mundur. Jadi, Commons memutuskan untuk melakukan upaya yang berisiko. Dia menyesuaikan bola di bawah kakinya. Di bawah gerimis, di tengah teriakan para fans Forest, ia tiba-tiba saja menembakkan bola ke arah gawang dari luar area penalti!     

Bola tampak sedikit lebih tinggi, dan kiper West Bromwich Albion, Russell Hoult, tak berniat mengabaikannya. Dia melompat tinggi ke udara, dan mengulurkan tangannya, tapi tak bisa menyentuh bola!     

Bola itu tiba-tiba jatuh di belakangnya, sedikit menyentuh tiang gawang, sebelum kemudian melayang masuk ke dalam jaring gawang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.