Mahakarya Sang Pemenang

Calon Asisten Manajer Bagian 1



Calon Asisten Manajer Bagian 1

0Terkait undangan Tang En, Tony Twain yang asli tidak langsung memberikan jawaban di tempat, karena dia tidak tahu harus menjawab apa. Saat ini dia sudah memiliki pekerjaan yang stabil dan bergaji-tetap, dan selama dia terus bekerja keras, takkan sulit baginya untuk menjadi manajer regional, dan bahkan general manager, di masa depan. Karena itu, ia sangat menghargai kehidupan keduanya ini. Tuhan memberinya keluarga yang sempurna, yang juga merupakan concern terbesarnya.     
0

Dia mengira kalau masa depannya akan terus berjalan seperti ini, sesuai dengan rencananya. Tapi, saat dia bertemu dengan dirinya yang lain, dia mendengarkannya berbicara tentang perkembangan Nottingham Forest baru-baru ini. Saat pria itu bertanya padanya, "Apa kau ingin kembali ke Nottingham Forest?", dia harus mengakui kalau dia ragu-ragu tentang apa yang harus dilakukan.     

Kali ini ada kesempatan baginya untuk kembali menjalani hari-hari seperti dulu. Tidak, tepatnya bukan kembali, karena dia tahu betul kalau dia takkan bisa menjadi manajer saat dia kembali nanti. Dia akan kembali ke sana dengan identitas baru dan bukan dalam kapasitas Tony Twain yang asli.     

Apa dia tidak suka sepakbola? Tentu saja, dia menyukainya, baik itu di masa lalu maupun di masa sekarang. Kombinasi yang sempurna antara passion dan pekerjaan, itulah kehidupan lama Tony Twain. Sekarang setelah dia bisa kembali menjalaninya, dia harus mengakui kalau dia memang tergoda.     

Tang En tidak meminta Twain untuk segera memberikan jawabannya. Saat mereka berpamitan satu sama lain, usai makan malam bersama, ia berkata kepada Twain, "Pertimbangkanlah tawaranku tadi. Lagi pula, aku masih akan tinggal di Cina selama beberapa hari. Ini adalah nomor teleponku di Cina, sementara untuk nomor di Inggris ... kau sudah tahu nomornya. Saat kau sudah mengambil keputusan tentang apa yang ingin kaulakukan, tolong hubung aku secepatnya."     

Tang En berusaha menyusun kata-katanya dengan baik saat dia mengatakan itu. Dia tidak tahu apakah pria itu akan mengikutinya ke Inggris. Dia selalu merasa bahwa dia telah merampok tubuh, status, kejayaan, dan uang orang lain. Sekarang ini, dia pastilah tak tahu malu karena meminta bantuan orang itu.     

Esok harinya, Tang En mengajak Shania melakukan tur keliling, jauh hingga ke selatan. Mereka berkeliling di Gunung Qingcheng, Gunung Emei, dan Leshan. Dan, saat mereka melewati kota kelahirannya, dia beralasan ingin membawa Shania menikmati tahu yang paling tradisional, hanya agar dia bisa melihat sekilas orang tua kandungnya. Melihat sosok mereka yang sibuk di pematang, ia merasa yakin dan lega bahwa kedua orang tuanya masih sehat dan bersemangat.     

Tentang rencananya untuk menyapa keduanya dan mengunjungi mereka, dia sebaiknya melupakan itu. Dengan Shania selalu ada di sampingnya, Tang En tidak ingin membuat gadis itu merasa bingung.     

Selain itu, dia hanya akan membuat semuanya jadi rumit kalau dia menyapa mereka. Dan lagi, Tang En palsu pastilah berhasil menjalani hidupnya lebih baik daripada dirinya, karena mereka tidak berpikir putra mereka memiliki masalah. Lagipula, siapa yang akan mengira kalau jiwa putra mereka akan bertransmigrasi, memasuki tubuh orang lain dan bertukar jiwa dengan orang lain? Selama orang tuanya merasa bahwa "putra" mereka memperlakukan mereka dengan baik, maka Tang En sama sekali tidak merasa keberatan.     

Dari kota asalnya itu, Tang En dan Shania melanjutkan tur ke Shangri-La di Provinsi Yunnan. Ini adalah perjalanan yang menakjubkan dan membuat Shania berseru kagum berulang kali. Saat mereka berada dalam penerbangan untuk kembali ke Inggris dari Hong Kong, dia masih mengingat semua yang dilihatnya di Shangri-La. Gadis itu tidak pernah sebahagia ini selama liburan itu.     

Shania merasa sangat senang, dan karenanya, Tang En juga merasa senang. Tapi, dia masih merasakan satu penyesalan: sampai dia meninggalkan Cina, Tang En yang lain itu masih belum menghubunginya, dan tidak memberikan respon terhadap undangannya.     

Apa mungkin dia sudah memutuskan untuk tetap tinggal di Cina? Apa segala sesuatu yang ada di Inggris tak lagi ada hubungannya dengannya? Apa dia sudah sepenuhnya menerima identitas barunya?     

Dalam hal ini, aku akan kembali dipusingkan dengan urusan menemukan asisten manajer yang cocok. Yah, mungkin David Kerslake dari tim pemuda akan menjadi pilihan yang bagus. Tapi, kalau dia dipindahkan ke Tim Pertama, siapa yang akan mengelola tim pemuda?     

Sistem pelatihan pemuda milik tim Forest adalah sebuah sistem yang sangat bagus, dan Tang En tak ingin menyentuh departemen pelatihan pemuda, setidaknya sampai kandidat yang cocok bisa ditemukan. Departemen itu adalah pondasi untuk perkembangan tim Forest di masa mendatang.     

Asisten manajer mudah dikenali, sama halnya seperti para pemain dan manajer. Karenanya, sulit untuk mempekerjakan asisten manajer. Merupakan hal yang lebih umum untuk mengangkatnya dari dalam tim pelatih itu sendiri.     

Tapi, Tang En memiliki persyaratan yang sangat tinggi untuk menjadi asisten manajernya. Asisten manajernya itu perlu mengetahui apa yang dia kuasai, dan apa yang tidak dia kuasai. Selain itu, dia perlu tahu apa yang bisa dilakukan manajer dengan baik, dan apa yang tidak bisa dilakukan manajer dengan baik. Dia juga harus tahu bagaimana caranya berkoordinasi dengan manajer dalam pekerjaannya, membantu mengelola tim pelatih, mengelola para pemain, dan, di samping itu, akan lebih baik kalau dia cukup familiar dengan tim.     

Jadi, ya, seolah-olah asisten manajer itu harus seperti Superman!     

Apa dia terlalu menuntut? Tang En tidak merasa begitu. Apa yang dimaksud dengan "luar biasa"? Kalau dia tidak bisa melakukannya, dia tidak bisa dianggap luar biasa. Paling-paling, ia hanya bisa dianggap memenuhi syarat. Setelah mempercayai dan memahami masa lalu Tony Twain, dan melihat kamarnya yang penuh dengan semua jenis buku dan catatan, Tang En merasa bahwa pria itu benar-benar mampu memenuhi persyaratannya.     

Pada awalnya, Tang En mengira dia takkan bisa menemukan Twain, jadi dia tidak terlalu memikirkannya. Tapi, saat dia melihat Tony Twain yang lenyap itu berada di dalam tubuh aslinya dan muncul di depan matanya, dia tidak bisa meredam munculnya banyak pikiran di benaknya.     

Kami saling bertukar tubuh secara misterius, tapi masih memiliki ingatan kami. Kalau kami bekerja sama, seperti apa jadinya? Aku tahu tentang masa lalumu, dan kau juga memahamiku. Saat ini aku berada dalam posisimu, dan kau berada dalam posisiku. Aku adalah kau dan kau adalah aku. Bukankah ini kerja sama dalam level tertinggi, dengan hubungan baik?!     

Tapi, tak ada gunanya mengatakan semua itu sekarang. Tony Twain yang asli tidak memberikan jawaban, dan dia tidak tahu apa yang dipikirkan olehnya. Selain itu, Tang En tak terbiasa memasukkan semua telurnya ke dalam satu keranjang.     

Karena pria itu tak memberinya jawaban, dia akan sibuk setelah dia tiba di Inggris. Kalau dia masih tidak bisa menemukan asisten manajer tepat waktu, mula-mula dia akan harus melakukan semua pekerjaan itu sendiri. Lalu, perlahan-lahan dia akan mulai membuat rencana untuk itu.     

Bagaimanapun, Kejuaraan Eropa UEFA akan segera dimulai. Dia harus pergi ke Portugal untuk menonton seluruh turnamen, dan memilih pemain yang tepat untuk tim Forest ...     

※※※     

Setelah mereka tiba di Inggris, Shania dengan enggan mengucapkan selamat tinggal pada Twain. Kelihatannya, meskipun gadis itu tidak menyukai bibinya tapi dia masih sedikit takut padanya. Kenapa dia datang ke Inggris, kalau dia tidak suka tinggal bersama bibinya?     

Tang En hanya mengangkat bahunya, dan tak bisa mengetahui jawabannya. Karena itu, dia tidak lagi memikirkannya.     

Setelah mengantarkan Shania, pekerjaan Tang En sudah dimulai, meskipun tim masih berlibur. Secara khusus, dia melakukan panggilan telepon ke Edward Doughty, yang sedang berada di Amerika bersama istri dan putrinya.     

Sebenarnya, tak ada yang spesifik untuk didiskusikan. Dia hanya memberi tahu Edward tentang rencananya sebelum musim dimulai, untuk berkoordinasi dengan klub. Dia harus pergi ke Portugal di bulan Juni, untuk menonton turnamen dan menginspeksi semua pemain secara pribadi, pengeluaran untuk itu jelas takkan berasal dari kantongnya sendiri!     

Selain itu, ada beberapa masalah personalia yang harus diperhatikan, seperti misalnya harapan Twain agar klub meningkatkan jumlah perekrut. Pak tua Moore sudah benar-benar pensiun, jadi sekarang klub hanya memiliki dua orang perekrut, yang jelas tidak cukup.     

Rupanya, sistem database perekrutan pemain sepakbola, yang dulu pernah diusulkannya, sudah hampir selesai. Sistem itu membutuhkan lebih banyak perekrut untuk secara kontinyu menambahkan informasi mendetil tentang pemain ke dalam database. Singkatnya, sebagai tim baru di Liga Utama untuk musim depan, Nottingham Forest punya banyak hal untuk dipersiapkan.     

Jawaban Edward adalah Twain bisa memutuskan sendiri segala sesuatu yang ada kaitannya dengan tim. Kalau dia membutuhkan perekrut pemain sepakbola, dia bisa membuat pengumuman perekrutan, dan memberitahu klub saat penandatangan kontrak.     

Semua biaya dan pengeluaran ke Portugal untuk menonton turnamen, akan ditanggung oleh klub, termasuk pembelian dan penjualan pemain. Tapi, setelah memutuskan pemain mana yang akan dibeli, dia harus memastikan untuk memberitahukan daftar itu kepada Edward dan Allan. Mereka berdua harus tahu untuk apa uang klub dihabiskan, dan apakah itu memang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Tanpa perlu diberitahu, Twain mengerti.     

Pada akhirnya, Edward memenuhi janji awalnya untuk tak campur tangan dengan semua urusan tim, dan Twain adalah orang yang akan memutuskan semua hal yang berurusan dengan tim. Memang, setelah menyaksikan ketulusan Edward, Tang En merasa beban paling berat telah terangkat dari hatinya. Tapi, dia juga tahu apa yang membuatnya bisa memperoleh semua itu: hasil.     

Kalau dia memimpin tim yang memperoleh kekalahan beruntun, dan kehilangan Piala FA dan Piala EFL, maka kehilangan Piala EFL juga berarti kehilangan Kejuaraan Liga. Pada titik itu, terlepas dari apakah ia dipromosikan dari dalam klub, atau seberapa besar Ketua menyukainya secara pribadi, hanya akan ada satu akhir yang menunggunya: pemecatan.     

Di pasar transfer pemain pra-musim, bos-bos klub sepakbola selalu ingin melihat hasil, terutama setelah mereka mengeluarkan banyak uang. Bisa bermain dengan baik bukanlah hasil yang ingin dilihat pemilik klub. Kalau tidak, dia mungkin mengeluarkan beberapa lusin poundsterling untuk membeli tiket pertandingan kandang Arsenal. Tidak, hasil riil yang ingin mereka lihat adalah prestasi timnya: kejayaan sang juara, dan benefit yang menyertainya.     

Kalau kau ingin mendapatkan uang, kau harus bekerja untuk itu. Semuanya sama saja dimana-mana.     

Tang En sangat menyadari kebenaran itu. Oleh karena itu, setelah mempelajari jadwal turnamen Kejuaraan Eropa UEFA dengan seksama, dia mulai menyiapkan rencana perjalanan, dan daftar pemain yang membutuhkan fokus dan perhatian khusus.     

Hal ini lebih sulit dilakukan tanpa asisten manajer. Tadinya dia ingin mengajak Pak Tua Moore, yang telah menjadi perekrut sepakbola seumur hidupnya. Tapi, dia sudah semakin tua, dan kekuatannya tak lagi seperti sebelumnya. Mungkin dia masih mampu bepergian ke kota-kota di sekitar Nottingham, tapi mengajaknya terbang melintasi laut ke Portugal, kelihatannya akan terlalu melelahkan baginya.     

Dengan hanya satu orang, waktu dan energi Tang En terbatas, jadi dia harus merencanakan rencana perjalanannya dengan baik untuk perjalanan itu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.