Mahakarya Sang Pemenang

Gerard Piqué Bagian 1



Gerard Piqué Bagian 1

0Saat pertandingan final telah usai, seluruh kota Lisbon seolah hening selama beberapa detik. Tang En berdiri di tribun dan bertepuk tangan untuk tim sepakbola nasional Yunani. Segalanya telah terjadi persis seperti yang telah diketahuinya, dan tak ada perubahan selama berlangsungnya turnamen. Di turnamen ini, bisa dikatakan bahwa hanya tim sepakbola nasional Yunani milik Otto Rehhagel yang bisa sepenuhnya mengendalikan tim tuan rumah.     
0

Tim sepakbola nasional Portugal milik Luiz Felipe Scolari tidak hanya ingin memenangkan kejuaraan, tapi mereka juga ingin menang dengan indah di kandang mereka. Tapi serangan mereka tidak berfungsi saat harus menghadapi benteng pertahanan orang-orang Yunani yang kuat itu. Ini seperti belati kristal yang indah digunakan untuk menusuk batu; hasil akhirnya hanyalah goresan putih yang tersisa di batu itu, sementara belati kristal itu hancur berkeping-keping.     

Skornya adalah 1:0. Orang-orang Yunani yang rendah hati mengalahkan tim tuan rumah yang terlalu percaya diri. Tim Yunani telah meraih kemenangan terbesar dalam sejarah tim nasional mereka.     

Menyaksikan para pemain Yunani yang sangat gembira, Tang En tak lagi penuh semangat seperti ketika dia melihat adegan ini untuk pertama kalinya. Saat dia bertepuk tangan, dia berkata pada Dunn di sampingnya, "Aku sudah bisa membayangkan apa yang akan ditulis sebagai berita utama di surat kabar besok. Tim Yunani mungkin akan menjadi juara yang paling tidak meyakinkan di sepanjang sejarah Piala Euro; bahkan tim nasional Denmark masih lebih kredibel daripada mereka."     

"Karena ada Peter Schmeichel dan Michael Laudrup?" tanya Dunn.     

Tang En mengangguk. "Portugal pasti kesal dengan kekalahan ini. Mereka kalah dari tim yang tidak memiliki pemain bintang. Nilai total seluruh tim Yunani mungkin tak lebih besar dari nilai Luis Figo dan Cristiano Ronaldo ... Ini benar-benar ironis. Dunn, kita tidak akan kembali ke Inggris besok. Kita akan pergi ke tempat lain dulu."     

"Kemana?"     

"Spanyol. Barcelona." Tang En melirik kembali ke arah pemandangan penuh kegembiraan di tengah lapangan dan berbalik untuk meninggalkan tribun. "Ayo kita pergi, pertandingan sudah berakhir."     

Baik itu orang Yunani yang sangat gembira atau orang Portugis yang sangat frustrasi, atau orang-orang dengan pandangan dan pemahaman tentang tim nasional Yunani yang berhasil memenangkan kejuaraan Eropa dan akan melaju hingga Piala Dunia FIFA, semua itu tidak ada hubungannya dengan Tang En dan asisten manajernya, Dunn.     

Musim panas mereka yang sibuk secara resmi telah dimulai.     

※※※     

Hari berikutnya, saat kedua pria itu berada di pesawat terbang dari Lisbon ke Barcelona, Dunn sedang membaca surat kabar terbaru; final Kejuaraan Eropa yang berakhir tadi malam jelas menjadi fokus media. Tang En benar. Reaksi media terhadap orang-orang Yunani yang memenangkan kejuaraan itu sangat menarik. Media lokal di Portugal hampir dengan suara bulat menganggap bahwa orang-orang Yunani itu telah mencuri kejuaraan. Mereka menganggap bahwa taktik tim Yunani yang menggunakan sepuluh pemain untuk bertahan dan hanya satu pemain yang menyerang itu sebagai hal yang tidak terpuji.     

Dan media Eropa lainnya, seperti misalnya media Spanyol, juga merasa bahwa taktik Yunani ini bukanlah hal yang bagus bagi masa depan sepakbola Eropa.     

Sepak bola utilitarian akan kembali menyapu seluruh dataran Eropa, dan kenikmatan menonton sepakbola akan sangat berkurang. Hal ini mungkin membuat pasar sepakbola yang sudah menyusut menjadi lebih menantang. Tidak ada orang yang akan menikmati permainan yang suram dan membosankan, jadi para fans takkan menyukainya, dan para sponsor juga tidak.     

Tang En meliriknya beberapa kali; dia tidak bisa memahami bahasa Portugis sama sekali. Tapi dia tidak terkejut kalau Dunn bisa memahaminya. Dunn sangat antusias dalam belajar; dia menghabiskan seluruh waktu luangnya untuk belajar, jadi tidak heran kalau dia bisa berbahasa Portugis.     

"Apa yang dikatakan disana?" tanya Tang En.     

"Sama seperti apa yang kaukatakan kemarin." Setelah beberapa waktu tinggal bersama Tang En, Dunn mulai lebih banyak bicara. Saat harus tinggal dengan seseorang yang terus-menerus mengoceh, seseorang yang pendiam pun lambat laun akan lebih banyak bicara. "Tidak ada yang baru."     

Tang En tersenyum. "Pihak yang kalah akan selalu memiliki beragam alasan untuk membenarkan kekalahan mereka. Apa seluruh dunia akan mulai berbicara tentang pertahanan sekarang?"     

Dunn melipat koran itu dan memandang wajah puas Tang En. "Aku rasa pertahanan takkan menjadi taktik utama bagi banyak tim di masa depan. Tapi semua manajer akan mulai mempelajari bagaimana caranya menembus pertahanan seperti itu."     

Tang En mengangkat bahu. "Tak peduli apa yang mereka pikirkan atau lakukan, pertahanan adalah pondasi dari semua taktik. Saat kita tiba di Barcelona, ​​ada seorang pemuda di sana yang sangat aku minati. Dan saingan kita kali ini sangat kuat." Melihat Dunn yang tampak bingung, dia terkekeh. "Sangat, sangat kuat."     

Baru setelah kedua pria itu mendapatkan kamar hotel di Barcelona untuk meletakkan tas mereka, dan kemudian bergegas ke kompleks pelatihan pemuda milik Barcelona, Dunn mengetahui siapa target Tang En kali ini, dan siapa yang menjadi kompetitor Forest untuk mendapatkannya. Seperti yang memang dikatakan oleh Tang En, rival mereka sangat kuat.     

Tony Twain mengincar bek tengah tim pemuda Barcelona, ​​Gerard Piqué. Pada saat ini, Piqué masih belum terkenal. Tapi, di hati para fans Barcelona, ​​ia adalah calon penerus kapten tim, Carles Puyol.     

Saat mereka berdiri di pinggir lapangan latihan dan mengawasi target mereka berlatih, Tang En bahkan menemukan Lionel Messi di sana. Tapi dia sama sekali tidak merasa bersemangat atau merencanakan apa pun sehubungan dengan hal ini, karena dia tahu bahwa Messi telah menjadi fokus pengawasan Tim Pertama Barcelona.     

Sementara untuk Piqué, dia tahu kalau masih ada celah yang bisa dia gunakan.     

Hukum di Spanyol termasuk khusus karena menetapkan bahwa remaja di bawah usia 18 tidak diijinkan menandatangani kontrak profesional apapun. Ini adalah hukum umum yang berlaku bagi perusahaan mana pun di Spanyol, dan itu tentu saja termasuk klub sepakbola. Karena itu, saat klub-klub Spanyol bersusah payah memupuk calon pemain bintang baru dan menyaksikannya tumbuh menjadi kekuatan utama tim pemuda di Spanyol, mereka tidak bisa melepaskan kewaspadaan, karena takut mendapatkan kunjungan dan gangguan dari klub-klub asing.     

Karena mereka tidak bisa mengikat kontrak karir dengan para pemain muda, mereka tidak bisa menahan pemain itu untuk tetap tinggal di dalam klub. Kalau pemain memang memiliki loyalitas terhadap klub yang melatihnya, dan klub membuat komitmen untuk menjamin masa depannya, dia jelas akan merasa senang untuk tetap tinggal di dalam klub. Tapi kalau klub tidak bisa menjanjikan masa depan bagi pemain muda karena kesulitannya sendiri dan klub lain yang bisa menjanjikan itu mengambil keuntungan dari hal ini, maka sangatlah mungkin pemain berbakat itu akan meninggalkan klub.     

Salah satu contohnya adalah Cesc Fàbregas. Dia sangat mencintai Barcelona dan seluruh keluarganya adalah suporter fanatik Barcelona. Dia tidak menerima jaminan apapun dari Tim Pertama Barcelona karena selama beberapa waktu kedepan Barcelona tidak bisa menjanjikan padanya posisi sebagai pemain inti karena adanya Xavi, Andres Iniesta dan pemain lain yang kuat.     

Sebagai akibatnya, Pemain Emas Kejuaraan Dunia U-17 FIFA 2003, kapten tim pemuda Spanyol itu, meninggalkan Barcelona, ​​yang telah melatihnya, dan pergi ke London Utara.     

Arsene Wenger adalah pria yang sangat licik. Dia memiliki penilaian yang tajam dan cara yang unik dalam mencari celah.     

Hukum di Spanyol tidak mengijinkan klub profesional untuk menawarkan kontrak profesional kepada pemain muda di bawah usia 18 tahun, sementara hukum Inggris mengijinkan klub menawarkan kontrak profesional kepada pemain muda di atas usia 16 tahun. Perbedaan dua tahun ini mengakibatkan klub-klub Inggris bergegas pergi Spanyol untuk mencari pemain yang bisa mereka andalkan: Anak muda, klub yang melatihmu tidak bisa memberimu kontrak karir, atau menjanjikan masa depan bagimu. Tapi kami bisa!     

Arsenal milik Wenger itu seperti Christopher Columbus di era pelayaran besar. Dia membuka benua baru bagi klub-klub sepakbola Inggris. Semua manajer Inggris tahu bahwa Spanyol memiliki sejumlah besar pemain muda yang luar biasa, dan bahwa mereka bebas menandatangani kontrak tanpa dikenai biaya penandatanganan, dan mereka siap bermain! Khusus untuk Barcelona, ​​keberhasilan Cesc Fàbregas di Arsenal telah membuktikan kekuatan pelatihan pemuda mereka, yang agak memalukan bagi orang-orang Catalan.     

Karena itu, Tony Twain tidak terkejut saat melihat ada orang-orang yang berbahasa Inggris di kompleks latihan itu. Dia tahu bahwa, di antara kerumunan orang yang menyamar ini, ada perekrut dari Arsenal, Manchester United, dan Chelsea. Dan objek penyelidikan mereka juga merupakan tujuan kunjungannya kemari: Gerard Piqué.     

Berdiri di lapangan latihan dan menonton latihan tim pemuda Barcelona selama beberapa waktu, Tang En bertanya pada Dunn di sampingnya, "Bagaimana menurutmu?"     

"Fisiknya sangat bagus. Sebagai bek tengah, skillnya jauh lebih baik daripada bek tengah Inggris," komentar Dunn. Ini adalah kesimpulannya setelah mengamati latihan selama setengah jam. Dia tidak mengevaluasi sifat-sifat lainnya, karena dia tidak melihatnya. "Secara fisik, kurasa dia takkan punya masalah dalam beradaptasi dengan kejuaraan liga Inggris. Siapa pesaing kita?"     

"Sejauh yang kutahu ... Arsenal, Manchester United, dan Chelsea." Tang En menyebutkan nama tiga klub paling berpengaruh di Inggris pada saat itu.     

Dunn tidak terkejut. Dia mengangguk. "Tentu saja." Seorang pemain yang luar biasa secara alami akan menarik perhatian klub-klub terbaik. Yang lebih menarik baginya adalah bagaimana Tang En berencana bersaing melawan tiga klub besar untuk mendapatkan pemain itu.     

Dalam hal kekuatan finansial, Nottingham Forest tidak bisa bersaing dengan kantong Chelsea yang dalam. Sementara untuk kejayaan, tim Forest yang mengalami penurunan, saat ini lebih rendah daripada Manchester United yang telah menjadi tim teratas Liga Utama selama sepuluh tahun. Dalam hal pelatihan untuk pemain muda, mereka tidak sebagus Arsenal, dan tim Arsenal saat ini memiliki teman baik Piqué, Cesc Fàbregas.     

Bahkan, sebelum kedatangan Tang En, Piqué sudah jauh lebih condong ke arah Manchester United. Kepercayaan Ferguson dan kemampuannya dalam memupuk pemain muda telah berhasil menyentuh Piqué. Chelsea memiliki keunggulan paling sedikit dari ketiga klub, dan Tim Pertama mereka sudah diisi dengan terlalu banyak pemain bintang. Piqué tahu pasti bahwa tidak akan ada bedanya kalau dia pergi ke Stamford Bridge atau tinggal di Camp Nou.     

Kedatangannya yang terlambat kali ini berada di luar kendali Tang En. Beberapa bulan yang lalu, masa depannya dan timnya masih tidak pasti. Kalau tim Forest tidak berhasil dalam promosinya, mereka akan menjadi bahan tertawaan saat datang ke Barcelona untuk bersaing melawan tiga klub besar demi mendapatkan seorang pemain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.