Mahakarya Sang Pemenang

Awal Pertandingan Bagian 2



Awal Pertandingan Bagian 2

0Cesc Fàbregas merasa seperti dia telah kembali ke hari itu di lapangan berlumpur, dibuntuti oleh lawan pendiam yang tak kenal lelah, tapi yang kehadirannya selalu bisa ia rasakan.     
0

Taktik omong kosong apa ini? Penjagaan satu-lawan-satu mulai dari lingkaran tengah? Aku melihat ada celah di belakang kalian semua ... celah yang besar dan kosong. Selama aku bisa melewatinya ... selama bola bisa dioper, itu akan menembus... Sialan!     

Fabregas akhirnya bisa melepaskan diri dari Wood, tapi dia tidak berani maju selangkah pun sambil menggiring bola. Stamina Wood mungkin adalah yang terbaik yang pernah dilihatnya selama dia bermain bola bertahun-tahun. Kalau langkahnya lebih lambat setengah hentakan, dia mungkin akan berakhir berkutat dengannya lagi.     

Tanpa berhasil mengkonfirmasi ulang situasi di depannya, dia menundukkan kepalanya dan melepaskan umpan langsung. Di semua pertandingan sebelumnya, pemain yang menerima umpannya dari posisi ini seharusnya adalah Dennis Bergkamp. Dia akan menggunakan skill kakinya yang luar biasa untuk mengontrol bola, mengejek para bek lawan, dan kemudian, saat penonton yang terpana masih menyaksikan, dia akan menembakkan bola ke gawang ...     

Ya persis seperti itu.     

Siapa pemain tak beruntung yang akan jatuh kali ini?     

Saat dia mengoper bola, Fàbregas merasakan hembusan angin di wajahnya; Pemain nomer 13 untuk tim Forest dengan cepat kembali untuk bertahan di posisinya. Melihat pria itu bergegas kembali, bocah Spanyol itu tersenyum. Ah, jadi kau juga tahu kalau ada celah disana saat kau mencoba menekanku.     

Dia memandang melampaui George Wood dan melihat seorang pemain dengan jersey biru Arsenal bernomor 10 di punggungnya yang menerima umpannya barusan. Dia merasa tenang saat melihat Dennis.     

Bergkamp baru saja menerima bola, dan seorang pemain sudah menjaganya. Bukan George Wood, yang telah kembali ke posisinya untuk bertahan, atau Ribéry, pemain bertahan pengganti. Pemain ini mengenakan ban kapten tim yang berwarna cerah dan memiliki rambut ikal bergeombang; itu adalah si pria Italia, Albertini.     

Tidak seperti Wood, kesadaran posisi defensif Albertini sangat bagus hingga saat Bergkamp menerima bola, pria Belanda itu sadar bahwa dia tidak bisa membawa bola maju ke depan.     

Dia berhenti sejenak dan segera menarik mundur bola di kakinya untuk menghindari bola itu direbut oleh lawannya. Kalau dia berhadapan dengan pemain nomer 13, yang hanya tahu bagaimana caranya menerkam musuh pada kesempatan pertama, dia bisa memanfaatkan hal itu untuk melewatinya dengan mudah. Tapi lawan di depannya membuatnya harus berpikir ulang. Saat dia masih bermain untuk Inter Milan, dia pernah bermain melawan Albertini, yang dulu bermain untuk AC Milan.     

Dia bukan pemain yang mudah dihadapi.     

Dia kembali memundurkan bola, berbalik dan mendorong punggungnya ke arah Albertini. Dia mendongak dan melihat kalau Wood sudah kembali ke posisinya, yang artinya tidak ada lagi pemain yang menjaga si pemain Spanyol itu!     

Tanpa ragu-ragu, pemain Belanda itu mengoper bola ke Fàbregas di belakangnya, dan kemudian berbalik untuk melepaskan diri dari Albertini dan berlari ke depan. Itu adalah umpan dua-lawan-satu!     

Wood, yang baru saja berlari kembali ke posisinya, melihat bola kembali dioper ke belakangnya. Dia hanya bisa menatap kosong selama sesaat; seolah otaknya mengalami korslet. Albertini yang berusia 32 tahun bereaksi lebih cepat daripada dirinya. Setelah melihat Bergkamp berbalik dan lari, dia juga berbalik. Untuk menutupi kekurangannya dalam kecepatan, dia melemparkan dirinya dengan terampil ke jalur lari Bergkamp dan tak lupa merentangkan tangannya untuk menarik jersey Bergkamp.     

Fabregas memahami niat Bergkamp, ​​jadi dia tak membiarkan bola tetap berada di kakinya, dan segera menendangnya tinggi ke atas, berharap bola itu bisa jatuh di depan kaki Bergkamp. Tapi bola itu direbut di tengah jalan, dan pemain yang memotong bola itu adalah pemain veteran, Albertini.     

Saat dia berbalik untuk berlari dan mengikuti Bergkamp, ​​dia tak lupa melihat kembali gerakan Fabregas. Saat dia melihat pemain nomer 15 itu menggerakkan kakinya, dia tahu ke mana dia akan mengumpan, jadi dia kembali membalikkan badan. Dan saat bola datang, dia melompat dan menyundul bola ke arah George Wood, yang tak terlalu jauh di depannya.     

Saat dia mendarat di tanah, Albertini membuat isyarat tangan "operkan balik" kepada Wood, yang dengan patuh mengoper bola kembali padanya. Pemain Italia itu kelihatannya bertekad untuk memberikan pelajaran pada Fabregas, dan mengoper bola secara langsung ke arahnya tanpa berhenti; tapi operannya itu lebih jauh, lebih cepat, dan lebih akurat!     

Bola itu terbang tinggi di atas lini tengah Arsenal ke sayap kanan tim Forest, di mana kelihatannya tak ada siapapun disana.     

"Ashley Young!" jerit Taylor.     

Bola yang dioper Albertini tiba-tiba saja turun dari atas ke suatu tempat di kejauhan dimana Ashley Young bisa mengejarnya; bahkan tak ada orang dalam jarak sepuluh meter darinya, di depan ataupun di belakangnya!     

Baru saja, saat Fabregas merencanakan serangan, sayap kiri Arsenal, dari mulai Pirès hingga Ashley Cole, semuanya sedang berada di bawah tekanan. Mereka tak mengira tim Forest bisa melakukan serangan balik begitu cepat, atau bahwa umpan pria Italia itu akan begitu mendadak dan akurat.     

Selama Ashley Young bisa menghentikan bola dengan baik, serangan balik tim Forest akan mudah dilakukan.     

Ashley Young menatap bola di atas kepalanya, merentangkan kakinya untuk mengait bola, dan bola itu berhenti di depannya, bergulir perlahan.     

"Bagus sekali!" David Kerslake tak bisa menahan diri untuk melompat bangkit di area teknis.     

"Hanya ada dua orang di area penalti Arsenal, Cygan dan Touré, dan serangan balik tim Forest ini terlalu akurat!" seru Martin Tayler. Dia benar-benar ingin mengomentari umpan panjang Albertini yang dilakukan tanpa menghentikan bola, tapi sayangnya dia tidak bisa melakukannya sekarang. "Ashley Young mengumpan silang!"     

Kalau Campbell tidak cedera sebelum musim ini dan tidak perlu cuti selama dua bulan, bek tengah Prancis, Cygan, takkan punya kesempatan untuk dimasukkan ke dalam starting lineup. Setelah Arsene Wenger menghabiskan dua juta pound untuk membawanya ke Highbury, penampilannya mengecewakan, dan sebagai bek tengah, penilaiannya tentang penempatan bola sangat buruk.     

Rekan yang diberi umpan oleh Ashley Young masih belum jelas. Tadinya Cygan bermaksud merebut bola di bawah kaki lawannya. Tapi sekarang, dia hanya bisa buru-buru melompat dan berharap bisa menyundul bola keluar lapangan. Tapi bola meluncur melewati keningnya yang mengkilap.     

Sundulannya luput!     

Pada saat itu, hati Cygan mencelos.     

Dia tahu siapa yang ada di belakangnya, dan itu jelas bukan rekan setimnya, Touré. Dia adalah penyerang tengah tim Forest yang kuat, Mark Viduka!     

"Boom!" Tribun City Ground meledak dalam sorak sorai.     

Mark Viduka menyundul bola ke gawang dengan sekuat tenaga.     

Satu-satunya orang yang menjadi harapan terakhir para fans dan pemain Arsenal saat ini adalah kiper mereka, Lehmann, yang berjarak kurang dari lima meter dari bola. Tapi jarak itu terlalu kecil, kecuali itu kehendak Tuhan, atau sesuatu yang benar-benar tak terduga terjadi...     

Meskipun Cygan luput menyundul bolanya, kegagalannya yang terjadi tepat di depan pemain Australia itu justru mengagetkannya, dan Viduka tidak punya waktu untuk menyesuaikan sudut sundulannya. Dia hanya bisa menyundul bola lurus ke arah gawang. Konsekuensinya adalah Lehmann berdiri tepat di depannya.     

Sepertinya Arsenal tidak mungkin kebobolan!     

Refleks terkondisi Lehmann membuatnya melompat mundur dan mengayunkan tangannya untuk memblokir bola. Tindakannya ini sangat buruk, karena dia menjangkau ke depan dengan tangannya, dan bukan ke atas ke arah belakang.     

Dia berhasil memblokir bola itu dengan mengorbankan dirinya yang jatuh ke dalam gawang. Tapi dia tidak berhasil memukul bola jauh dari gawang; Touré dan Viduka bertabrakan, dan Cygan masih di tanah setelah dia mencoba menyundul bola. Saat itu, siapa lagi yang ada di area penalti Arsenal?     

Para fans meneriakkan jawabannya dengan gembira. "Eastwooooooooood!!"     

Pria gipsi Romani, yang telah menunggu waktu untuk menyergap di belakang Mark Viduka, akhirnya melangkah maju. Saat dia mendapatkan peluang emas ini, dia menyapu bola dengan tendangan ke gawang Arsenal tanpa ada keraguan. Semudah menembak di saat latihan!     

"YA! Itu GOOOOL!!"     

Keriuhan di City Ground mencapai puncaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.