Mahakarya Sang Pemenang

Bersiap-siap Bagian 2



Bersiap-siap Bagian 2

1Setelah kehilangan Alan Smith, Tang En hanya bisa mendoakan striker berbakat itu, yang dianggap sebagai penerus Mark Hughes, keberuntungan. Kalau Smith pada akhirnya tak bisa lepas dari takdirnya, maka Tang En hanya bisa menghela nafas tak berdaya.     
1

Orang kedua yang diminati Tang En adalah partner Smith di Leeds United: Mark Viduka. Nama itu telah melekat di pikiran Tang En. Saat dia masih bersekolah di Cina, dia sudah mendengar nama pria Australia itu. Masa itu mungkin merupakan periode paling gemilang dalam hidup pemain muda Leeds United ini, dan seluruh dunia tahu bahwa Australia memiliki dua pemain sepakbola berbakat, yang satu bernama Harry Kewell dan yang lainnya bernama Mark Viduka.     

Selama masa itu, Tang En masih ingat ada sebuah majalah sepakbola lokal yang menggambarkan Mark Viduka sebagai "Banteng Australia," karena ia begitu kuat. Karenanya, Tang En selalu menganggap bahwa Mark Viduka adalah striker gaya Inggris klasik yang mengandalkan kekuatan tubuhnya saat bermain, memiliki gerak kaki yang kasar, dan hanya bagus dalam menyundul bola.     

Tapi kemudian dia mendapati dirinya sangat keliru. Fisik kuat Mark Viduka memang menjadi kelebihannya, tapi dia, pada waktu yang bersamaan, juga merupakan seorang striker yang serba bisa, dan kelincahan kakinya tidak sekasar yang dibayangkan oleh Tang En.     

Di lini depan tim Forest, ketiga strikernya memiliki sifat yang sama: mereka terlalu muda, dan belum memiliki pengalaman di kancah Eropa. Di sisi lain, Viduka memiliki pengalaman ini. Saat dia masih berada di tim Leeds United, mereka berhasil mengeliminasi AC Milan.     

Dilihat dari berbagai aspek, saat ini Mark Viduka adalah striker yang paling cocok bagi tim Forest. Setelah mengambil keputusan, Twain mengajukan penawaran kepada Leeds United sebesar 4,5 juta pound untuk membeli Mark Viduka. Tim Forest dengan cepat menerima tanggapan: Leeds United menolak tawaran itu.     

Bagaimanapun juga, ada banyak tim lain yang mengejar Mark Viduka. Misalnya, saat ini tim yang paling dekat dengan pria Australia itu adalah Middlesbrough, yang juga menawarkan 4,5 juta pound. Leeds United bersikap keras terhadap Twain karena tim Forest adalah klub yang paling aktif di bursa transfer musim panas ini, dan mereka menganggap penawaran 4,5 juta pound itu terlalu sedikit.     

Ini jelas pemerasan, tapi Twain senang Leeds United menaikkan harga pemainnya. Ini bukan berarti Twain ingin agar Leeds United mendapatkan uang lebih banyak dan bisa segera keluar dari krisis keuangan sesegera mungkin; dia bukanlah orang yang baik hati seperti itu. Sebaliknya, dia sedang merasa bermurah hati karena klub Forest dalam kondisi keuangan yang baik, dan Allan berharap Twain bisa melakukan "kesepakatan besar-besaran." Kalau Leeds United merasa bahwa 4,5 juta pound masih kurang, maka Allan juga akan menganggapnya masih kurang.     

Sebagai akibatnya, tim Forest segera mengajukan penawaran kedua. Twain menaikkan tawarannya sebesar 1,5 juta pound, sehingga penawaran akhir untuk membeli Mark Viduka adalah enam juta pound.     

Harga itu melampaui batas penawaran harga dari tim lain yang ingin membeli Viduka. Bahkan Middlesbrough, yang tadinya bertekad untuk menang, mulai merasa ragu. Middlesbrough merasa sangat marah dengan cara Nottingham Forest yang tiba-tiba saja ikut campur saat negosiasi mereka sudah hampir berhasil. Musim lalu, Twain mengambil peluang mereka untuk berpartisipasi di Liga Eropa UEFA. Dan sekarang, pemain yang mereka minati akan direbut. Ini sangat menjengkelkan.     

Tak peduli seberapa marahnya mereka, tim Middlesbrough tak punya pilihan lain. Jika dibandingkan dengan tim Nottingham Forest yang berjaya, yang baru saja menerima suntikan dana dan telah dipromosikan ke Liga Utama, Middlesbrough sangat miskin. Anggaran transfer tahunan mereka cukup menyedihkan. Kalau tidak begitu, kenapa mereka harus menunggu diskon sebelum mereka bisa membeli pemain?     

Saat sebuah tim yang mampu bersaing di Eropa menginginkannya bergabung, pria Australia itu jelas tidak menolaknya. Antara Middlesbrough dan Nottingham Forest, memilih sebuah tim sama sekali tak membutuhkan pertimbangan yang lama. Setelah mengetahui bahwa tim Forest telah menaikkan tawarannya untuk yang kedua kalinya, Mark Viduka segera memberi tahu agennya untuk mengakhiri negosiasi kontraknya dengan Middlesbrough dan menunggu Leeds United menanggapi penawaran Nottingham Forest. Dia percaya bahwa klub, yang sedang berada dalam krisis keuangan, takkan menolak kesempatan untuk menjual dirinya tanpa merugi satu penny pun, dan Leeds United akan mendapatkan keuntungan: empat tahun yang lalu, saat Mark Viduka ditransfer dari Celtic FC di Premiership Skotlandia ke Leeds United, biaya transfernya adalah enam juta pound.     

Sesuai dengan harapannya, Leeds United tak punya alasan menolak tawaran itu. Mereka sepakat untuk mengijinkan tim Forest dan Mark Viduka menegosiasikan gaji dan benefit antara keduanya. Semua hal berjalan dengan sangat lancar hingga saat ini. Tiga hari kemudian, situs web resmi Nottingham Forest mengupdate berita transfer pemain mereka lagi. Pemain sepakbola berkebangsaan Australia, striker terkenal Mark Viduka, muncul di daftar transfer pemain terbaru.     

Para fans bersorak saat melihat Mark Viduka bergabung, karena ia telah membuktikan dirinya di Liga Utama selama empat musim terakhir. Semua orang percaya bahwa kedatangannya ke tim Forest akan bisa meningkatkan kekuatan serangan tim dan, pada saat yang sama, memberikan pengalamannya yang berharga bagi lini depan tim Forest yang masih muda.     

Allan juga kelihatannya sangat senang dengan kesepakatan itu. Popularitas Mark Viduka di Australia sebanding dengan Kewell, dan pengalaman panjangnya bermain di Liga Utama Inggris telah memberikan dampak yang cukup besar di Inggris. Striker kuat seperti dia pasti lebih layak diberitakan dan memberikan hasil yang lebih cepat daripada Bendtner dan Piqué.     

Manajer pemasaran yang bersemangat itu bahkan sudah memutuskan sampul majalah tim. Mereka akan menggunakan foto dari empat orang pemain: Viduka, Hierro, Albertini dan Eastwood. Tiga pemain pertama adalah pemain baru di tim mulai musim panas ini dan mereka cukup bergengsi. Eastwood dipilih untuk menyenangkan hati para fans; Gipsi Romani itu terpilih sebagai "pemain paling populer" oleh fans Forest musim lalu.     

Setelah membeli Viduka, Twain mengatakan kepada Edward dan Allan bahwa ia tidak perlu membeli pemain lain di bursa transfer. Dengan pengecualian para pemain yang ingin meninggalkan tim dan tidak termasuk dalam rencananya, lineup tim Forest pada dasarnya telah ditetapkan. Kalau ada masalah yang muncul selama kejuaraan liga, maka mereka akan bisa menyesuaikan diri saat bursa transfer musim dingin dibuka.     

Nottingham Forest, yang baru saja dipromosikan ke Liga Utama Inggris, telah menghabiskan 12,42 juta pound dalam waktu kurang dari dua bulan. Meski begitu, Tang En masih merasa bahwa mereka tidak menghabiskan terlalu banyak uang. Dia merasa bahwa setiap penny dihabiskan untuk area-area yang perlu ditingkatkan, dan kekuatan tim telah berubah drastis jika dibandingkan dengan enam bulan yang lalu.     

Setelah mengkonfirmasi berakhirnya kegiatan transfer pemain, Twain mengumpulkan semua pemain yang telah dibelinya selama musim panas ini dan mengadakan konferensi pers dan sesi meet-and-greet dengan para fans.     

Dia berdiri di tengah. Di sebelah kirinya ada mantan kapten tim nasional Spanyol, Fernando Hierro; bek tengah utama tim muda Barcelona, ​​Gerard Piqué; si pria Perancis, Pascal Chimbonda; dan bek tengah dari Birmingham City, Matthew Upson. Di sebelah kanannya ada mantan pemain tim nasional Italia, Demetrio Albertini; pemain muda, Aaron Lennon; pemain bintang Denmark, Nicklas Bendtner; pemain Prancis yang tidak dikenal, Franck Ribéry; dan striker Australia, Mark Viduka, yang bergabung paling akhir dengan tim.     

Beberapa pemain ini adalah pemain veteran dengan banyak pengalaman dan telah memenangkan banyak kejuaraan. Beberapa diantara mereka adalah pemain bintang yang kuat dan yang luar biasa di masanya, dan ada juga beberapa pemain muda yang mewakili masa depan dan harapan.     

Dikelilingi oleh para pemain ini dan menghadap ke arah kamera-kamera yang dipegang oleh para reporter, Twain tersenyum lebar di bawah lampu-lampu kamera yang terus berkedip.     

Ini adalah timnya. Setiap pemain dibeli sesuai dengan keinginannya. Dengan para pemain ini, dia bisa berharap lebih banyak dan lebih tinggi. Mereka tak hanya ingin mempertahankan posisi mereka di Liga Utama; tujuan tim Forest lebih ambisius daripada yang bisa dibayangkan oleh siapa pun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.