Mahakarya Sang Pemenang

Masa Depan



Masa Depan

0Anggaran transfer yang diumumkan oleh Nottingham Forest di musim panas tahun lalu adalah 3,5 juta pounds. Dari sekian banyak pemain yang dibeli Collymore saat itu, mereka yang bisa dimainkan sebagai kekuatan utama tim adalah Gunnarsson, Rebrov dan Gareth Taylor. Di musim dingin, tim Forest tak mengumumkan berapa anggaran transfer mereka. Media mengatakan kepada pembaca bahwa investasi aktual Tony Twain di bursa transfer pemain sudah melebihi anggaran musim panas, dan bahwa ia kebanyakan membeli pemain muda. Karena itu, apakah 3,6 juta yang dihabiskan kali ini memang pantas? Media mempertanyakan tindakan Twain di bursa transfer pemain bulan Januari. Hampir semua pemain yang ia beli masih muda, dan belum membuktikan kemampuan mereka di tim dewasa. Apa yang akan mereka bawa ke dalam tim? Dinamisme dan persaingan yang sehat, atau kecerobohan impulsif dan kurangnya pengalaman?     
0

Di dalam konferensi pers, Tang En mengatakan kepada pers dan fans yang skeptis bahwa para pemain itu adalah masa depan tim Forest. Angka 3,6 juta pounds memang terlihat banyak, tapi mereka adalah investasi untuk masa depan. Dalam beberapa tahun mendatang, 3,6 juta pounds akan tampak sangat kecil jika dibandingkan dengan nilainya.     

Pada dasarnya, tujuan periode transfer musim dingin adalah untuk melengkapi lineup yang ada. Tang En dipaksa oleh keadaan untuk melakukan penyesuaian yang berani dan mengambil keputusan seperti yang telah dia lakukan. Dengan mempertimbangkan stabilitas tim, Tang En mengatakan kepada Edward bahwa dia tak lagi membutuhkannya untuk memperkenalkan siapa pun dari bursa transfer pemain.     

Setelah ini, ia akan berhadapan dengan tim Liga Utama. Pada tanggal 22 Januari, putaran pertama semifinal EFL Cup adalah Nottingham Forest melawan Bolton Wanderers dalam pertandingan kandang.     

Bolton Wanderers adalah tim khusus di kancah sepakbola Inggris karena mereka termasuk tim internasional. Tentu saja, internasionalisasi bukanlah hal baru bagi tim Liga Utama Inggris; Chelsea lama telah membuat rekor dengan tak memasukkan pemain Inggris di starting lineup mereka saat bermain di Liga Utama. Tapi internasionalisasi tim Bolton Wanderers tidak seperti Chelsea.     

Bolton Wanderers saat ini memiliki semua jenis pemain internasional di tim mereka: striker Brasil Mário Jardel, striker Denmark Henrik Pedersen, gelandang Nigeria Jay-Jay Okocha, gelandang Prancis Ibrahim Ba, gelandang Prancis Youri Djorkaeff, gelandang Yunani Stelios Giannakopoulos , gelandang bertahan Denmark Per Frandsen, bek belakang Prancis Bruno N'Gotty, dan bek belakang asal Spanyol Iván Campo.     

Semua pemain ini terkenal, dan yang termuda di antara para pemain internasional itu adalah striker cadangan, Henrik Pedersen yang berusia dua puluh delapan tahun. Yang tertua adalah Djorkaeff yang berusia tiga puluh lima tahun, yang sebelumnya menjadi gelandang utama di tim nasional juara dunia Prancis. Sebagian besar dari mereka adalah pemain bintang yang sudah melewati masa jayanya, yang tak bisa bermain di tim asli mereka, dan karenanya dipindahkan ke Bolton Wanderers. Selain itu, Kevin Davies, striker utama tim, baru berusia dua puluh enam tahun, tapi karena ia merasa terbebani setelah menjadi terkenal terlalu dini dan dicadangkan di Southampton, dia bergabung dengan Bolton Wanderers sebagai pemain transfer bebas.     

Ini adalah fenomena yang sangat menarik. Di Liga Utama Inggris, sangat sedikit klub yang ingin memilih pemain veteran yang telah melewati masa jayanya untuk menjadi kekuatan utama tim. Nilai para pemain itu tidak tinggi, tapi syarat gaji mereka masih tinggi. Mereka masih memiliki reputasi mereka, tapi mereka tak sekuat sebelumnya. Cukup beralasan bahwa dengan kualifikasi tim Liga Utama Inggris, meskipun Bolton Wanderers hanya memiliki sedikit uang untuk bisa membeli pemain superstar internasional, takkan menjadi masalah bagi tim itu untuk membeli pemain dalam negeri yang luar biasa.     

Asal usul sejarah terjadinya hal ini ada kaitannya dengan Manchester United. Di tahun 1958, setelah bencana penerbangan di Munich, tim Era Emas Manchester United hampir saja punah. Sir Matt Busby, yang selamat dari kecelakaan itu, kembali bergabung dengan tim dan tetap bertanding bersama para pemain dari Tim Kedua dan tim pemuda Manchester United. Setelah ketidakberuntungan Manchester United, perjuangan tim itu menimbulkan simpati dan kekaguman dari seluruh dunia sepakbola; di sepanjang sejarah sepakbola, orang Inggris selalu melihat sepakbola sebagai sebuah olahraga bagi mereka yang berani. Bahkan jika seorang pemain mengalami patah kaki, dia masih akan bersikeras untuk menyelesaikan pertandingan sebelum dibawa ke rumah sakit. Oleh karena itu, semangat juang yang ditunjukkan oleh Manchester United membuat semua orang menghormati mereka. Tiga bulan setelah kecelakaan pesawat terbang itu, Manchester United dan Bolton Wanderers sama-sama maju ke final FA Cup. Di dalam pertandingan itu, Manchester United yang masih berduka tak hanya kalah dari Bolton Wanderers, tapi juga menerima penghinaan yang tak dapat diterima dari fans Bolton Wanderers.     

Mereka melakukan sesuatu yang benar-benar keterlaluan selama pertandingan berlangsung: hampir seribu fans Bolton Wanderers melambaikan tangan mereka dan membuat suara mendengung dengung. Tindakan itu dimaksudkan untuk meniru suara pesawat yang jatuh, dan dilakukan untuk menghina Manchester United. Kurangnya rasa simpati fans mereka mengakibatkan Bolton Wanderers diasingkan dan lebih banyak simpati diberikan pada Manchester United.     

Sejak saat itu, Manchester United dan Bolton Wanderers menjadi musuh bebuyutan yang tak bisa didamaikan. Bolton Wanderers seringkali naik turun antara Liga Utama dan Liga Satu selama hampir satu dekade. Dikatakan bahwa salah satu alasan kenapa hal ini terjadi adalah karena tim-tim sepakbola di wilayah barat laut Inggris akan berusaha sekuat tenaga untuk menang saat mereka bermain melawan Bolton Wanderers. Selain itu, Bolton Wanderers juga kesulitan membeli pemain bagus di Inggris, jadi mereka harus mencari pemain veteran yang sudah melewati masa jayanya di pasar internasional untuk membantu tim menghindari degradasi.     

Sangat mengerikan bahwa tim harus membayar dosa yang dilakukan para fansnya. Tapi ini adalah bagian dari tradisi sepakbola Inggris, di mana klub dan fans tak bisa dipisahkan. Para fans mengikuti tim dengan fanatik, dan tim takkan pernah meninggalkan supporter mereka.     

Tentu saja, Tang En tak berniat menggunakan masa lalu untuk memotivasi timnya dalam mengalahkan Bolton Wanderers. Tim Forest tak ada hubungannya dengan Manchester United, terlebih lagi Manchester United dulu pernah mengalahkan tim Forest dalam pertandingan tandang Liga Utama dengan skor akhir 8:1. Hubungan antara kedua tim ini tidaklah erat. Disisi lain, tim Forest memiliki hubungan yang lebih dekat dengan saingan mematikan Manchester United, Arsenal — karena Arsenal dibangun oleh para pria dari tim Forest.     

Tang En tak terlalu peduli tentang permusuhan antara Manchester United dan Bolton Wanderers, tapi hal ini bisa dimanfaatkan olehnya. Bolton Wanderers tak mampu membeli pemain dengan kaliber tinggi, jadi meskipun mereka berada di Liga Utama, tim itu relatif lemah. Sebagian besar pemain di tim itu berusia lebih tua. Meskipun mereka berpengalaman, tapi kekuatan fisik mereka jauh lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan tim Forest yang masih muda.     

Karena melakukan pertandingan berturut-turut, tim Bolton Wanderers didera banyak cedera. Misalnya saja, striker utama mereka, Kevin Davies, mengalami cedera saat pertandingan terakhir mereka melawan Portsmouth. Kalau dia ingin bermain di semifinal EFL Cup, dia harus bermain saat masih cedera, dan kekuatannya akan jauh berkurang.     

Striker mereka yang lain, Jardel dari Brasil, kelihatannya lahir di tempat yang salah. Dengan tinggi enam kaki dua inci, ia seharusnya tidak lahir di Brasil, melainkan di salah satu negara Eropa. Tekniknya yang kasar merupakan alasan utama kenapa dia ditinggalkan oleh klub-klub besar. Meski ia tidak mencetak gol sama sekali selama tujuh pertandingan pertamanya untuk Bolton Wanderers dan karenanya dicadangkan oleh klub, tinggi badan dan sundulannya masih menjadi ancaman besar bagi Tang En. Tidak ada yang bisa tahu kapan seorang pemain seperti dirinya tiba-tiba bersemangat dan melakukan serangan balik. Sehari setelah putaran terakhir pertandingan Liga Utama Inggris, sebuah berita bagus datang dari bursa transfer pemain: striker Brasil berusia dua puluh sembilan tahun itu telah dipinjamkan ke AC Ancona saat tur terakhirnya di Serie A untuk membantu tim itu menghindari degradasi. Tang En menghela nafas lega. Kalau pemain jangkung itu muncul di semifinal EFL Cup, dia akan menjadi ujian berat bagi para bek tim Forest yang baru.     

Sementara untuk Djorkaeff, dia akan berusia tiga puluh enam tahun bulan depan. Dia hanya bisa bermain sebagai pemain cadangan di tim, dan peluangnya untuk tampil semakin kecil. Meskipun pengalamannya masih ada, tubuhnya sudah kehilangan kekuatannya.     

Salah satu ancaman terbesar di dalam tim adalah pria Nigeria Okocha, yang sangat bagus dalam menggiring bola dan memberikan assist. Dia sekarang menjadi inti lini tengah Bolton Wanderers dan penyusun serangan tim.     

Kalau pertandingan Kejuaraan Liga Sepak Bola Inggris kemarin tidak dilangsungkan, Tang En mungkin masih pusing memikirkan tentang cara menghentikan Okocha. Tapi kali ini, dia tahu apa yang harus dia lakukan.     

Posisi defensif George Wood masih bermasalah; tak ada jalan lain baginya selain membentuknya melalui kompetisi yang kontinyu dan akumulasi pengalaman. Tapi, kemampuannya untuk fokus pada penjagaan satu-lawan-satu telah mencapai puncaknya. Okocha akan menemukan lawan yang lebih sulit untuk dihadapi dari perkiraannya.     

※※※     

Pada pagi hari tanggal 22 Januari, meskipun suasana kota dipenuhi antisipasi untuk pertandingan yang akan dilangsungkan, cuaca tetap terlihat tenang. Tang En bangun lebih pagi dan pergi ke kompleks latihan tim Forest.     

Menurut peraturan tim, para pemain di daftar utama harus tiba di Wilford di pagi hari sebelum setiap pertandingan kandang, naik bis tim ke hotel di dekat stadion untuk makan dan beristirahat di sore hari, kemudian naik bis tim ke stadion untuk bertanding.     

Tang En suka datang lebih awal daripada yang lain sebelum pertandingan kandang dan mengobrol dengan Eastwood, yang melakukan pemanasan dengan menunggang kuda di kompleks latihan yang kosong. Ini adalah momen relaksasi yang jarang terjadi sebelum pertandingan.Setelah tim berkumpul, Tang En dan Walker akan menutup diri di kamar hotel untuk mempelajari lawan mereka.     

"Selamat pagi, Pak." Eastwood menyapa Tang En dengan suara keras saat dia mendekati manajernya di atas kuda peliharaannya.     

Setiap kali dia melihat pemuda ini, Tang En tak bisa menahan senyumnya. Eastwood adalah orang yang sangat ceria dan optimis sehingga optimismenya seolah menular.     

"Selamat pagi, Freddy. Bagaimana perasaanmu hari ini?" Dia mendongak menatap si gipsi Romani.     

Eastwood melompat turun dari kudanya. "Sangat bagus, Pak. Kurasa aku akan mencetak beberapa gol hari ini."     

Tang En tertawa. Eastwood telah mencetak gol secara konsisten sejak ia bergabung dengan tim di awal Januari, dia mencetak tiga gol dalam dua pertandingan, membuktikan kemampuannya dengan sempurna. Tak ada lagi kritik atau keraguan tentangnya, baik itu di koran, di televisi, ataupun di radio.     

Kalau kau sukses, semua orang akan menutup mulut mereka, pikir Tang En.     

Melihat Eastwood, Tang En mengangguk. "Baiklah, Freddy. Kau bisa bermain dalam pertandingan hari ini. Sebenarnya kau mungkin akan punya partner baru saat itu."     

"Si tiang telepon itu?" Eastwood merujuk pada Crouch dengan nama panggilan yang diberikannya untuk rekan setimnya itu. Crouch dengan cepat menerima nama panggilan itu karena semua orang di tim menggunakannya. Dengan tubuhnya yang jangkung dan kurus, nama panggilan itu cocok untuknya.     

Tapi Tang En menemukan hal baru. Tampaknya pemain yang lebih jangkung seperti Robert Huth dan Crouch biasanya akan lebih kaku atau lugas. Meskipun Crouch tidak kaku, ia termasuk lugas. Dia juga memiliki temperamen yang menyenangkan. Dia tidak tersinggung dengan julukan baru Eastwood untuknya, dan merasa senang saat semua orang memanggilnya dengan nama panggilan itu. Ini karena Walker mengatakan padanya bahwa kalau pemain lain memberikan nama panggilan, itu artinya mereka telah menerimanya di dalam tim.     

"Yah, tapi aku tidak tahu kapan dia akan berada di lapangan," kata Tang En sambil menggelengkan kepala. Siapa yang bisa mengatakan dengan jelas bagaimana pertandingan akan berjalan? Kalau pertandingan sepak bola hanya bergantung pada kata-kata, ide-ide, mengikuti taktik, dan bergiliran menunjukkan aksi mereka sehingga hasil yang diperoleh sudah bisa ditentukan sebelumnya, maka olahraga ini takkan begitu populer.     

Ketegangan karena tak mengetahui apa yang akan terjadi adalah bagian yang paling mendebarkan.     

"Ada hal lain, Freddy. Sepertinya hubunganmu dan George tak terlalu baik." Mereka akan sering bekerja sama di lapangan di masa depan. Kalau hubungan mereka tak dijaga dengan baik, hal itu bisa menjatuhkan tim. Ini bukan hal yang ingin dilihat Tang En. Bahkan tim yang lebih kuat bisa kacau berantakan karena adanya masalah di ruang ganti pemain. Dia harus menghilangkan bibit masalah itu sejak awal, selagi dia masih bisa.     

Begitu Tang En menyinggung hal itu, Eastwood terdiam selama beberapa saat. Bahkan orang yang optimis dan ceria seringkali enggan menyinggung masa lalu. Awalnya, ia memiliki masa depan yang menjanjikan di West Ham United. Dan kalau dia terus menapaki jalan itu, dia mungkin telah bermain untuk Tim Pertama West Ham United sekarang. Tapi cedera yang dialaminya mengakhiri segalanya. Dia diberhentikan oleh tim pemuda West Ham dan tak bisa menemukan tim lain yang mau menerimanya bahkan setelah cederanya sembuh. Pada akhirnya, dia bermain di liga amatir. Waktu latihan untuk pertandingan amatir tak selalu ada, dan jauh lebih buruk daripada latihan yang diterimanya di West Ham United. Saat dia tidak berlatih, dia adalah seorang salesman di dealer mobil bekas milik ayahnya.     

Terkadang, saat dia masih menganggur, dia akan memandang ke kejauhan sambil melamun. Apa dia harus hidup seperti ini sepanjang sisa hidupnya? Dia akan menunggu sampai ayahnya menjadi tua sebelum mengambil alih dealer mobil; dia akan menjual mobil bekas, membesarkan beberapa anak dengan istrinya, dan kemudian mengirim mereka untuk bermain sepak bola ketika mereka sudah cukup besar. Lalu dia akan pergi ke klub setiap hari untuk menjemput mereka dan menyaksikan putra-putranya menjalani mimpinya...     

Apa itu masa depannya?     

Dan siapa yang bertanggung jawab atas semua itu? George Wood, yang selalu menatap orang lain dengan ancaman di matanya.     

Mereka mungkin berada di tim yang sama sekarang, tapi itu tak berarti bahwa mereka harus ramah pada satu sama lain.     

Tang En melihat Eastwood tak berbicara apa-apa, dan dia tahu dia pasti memikirkan masa lalu. Jadi, tiba-tiba saja bertanya, "Gipsi itu keturunan orang India, kan?"     

Pertanyaan ini melompat jauh dari ucapannya sebelum ini. Eastwood tertegun sejenak sebelum akhirnya dia mengangguk dan berkata, "Ya, itu yang dikatakan semua orang."     

"Jadi, apa kau menganut agama Buddha?"     

Eastwood menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku bukan orang yang religius."     

Tang En sedikit terkejut. Dia mengira kelompok etnis nomaden selalu menganut suatu agama, seperti agama Kristen. Tapi dia harus melanjutkan topik itu, jadi dia berkata, "Ada sebuah kata dalam ajaran Buddha: 'Karma' Apa kau tahu artinya?"     

Kata itu bisa dipahami dengan mudah dari artinya, "sebab dan akibat," jadi Eastwood mengangguk. Tapi kemudian, dia kembali menggelengkan kepalanya.     

"Yah, sederhananya, itu adalah gagasan bahwa ... Segala sesuatu di dunia ini saling terhubung. Kelihatannya mungkin tak ada hubungannya, tapi ada sebuah hubungan disana. Seandainya... Seandainya kau tak cedera saat itu, apa kau bisa tahu dimana kau sekarang dan hidup seperti apa yang akan kaujalani saat ini?"     

Pertanyaan itu membuat Eastwood berpikir sejenak, lalu dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak tahu. Itu tidak terjadi."     

"Yah, kita masih bisa menggunakan akal sehat dan secara hipotetis mengatakan bahwa kalau kau tak cedera saat itu, kau akan dipindahkan dari tim pemuda ke tim Pertama West Ham, dan kau akan mewakili tim di kejuaraan liga musim ini, dan kita akan menjadi lawan." Tang En menunjuk ke arah Eastwood, lalu ke dirinya sendiri. "Tapi kau benar, itu tidak terjadi. Kita berada di tim yang sama sekarang, aku mengontrakmu dan kau mencetak gol untuk membuktikan bahwa aku sudah membuat pilihan yang tepat. Kenapa menurutmu kita bisa melakukan obrolan menyenangkan ini dan bukannya saling meludahi satu sama lain sebelum pertandingan?"     

"Karena ... cedera itu?" kata Eastwood.     

Tang En mengangguk. "Pelanggaran yang dilakukan George, itu jelas merupakan kesalahannya. Tapi dia tidak bermaksud melakukannya. Dia baru bermain sepakbola kurang dari tiga bulan. Aku ingin dia memainkan posisi striker saat itu, tapi dia benar-benar kewalahan di lapangan. Dia gugup, dan pikirannya kosong. Lalu ketika dia melihatmu berlari melewatinya sambil menggiring bola ..." Tak ada gunanya mengatakan apa yang terjadi selanjutnya. Eastwood masih bisa merasakan rasa sakit di kaki kanannya setiap kali dia mengingat kejadian itu.     

"Aku tak mencoba menjelaskan apa pun atas namanya, karena pada akhirnya itu adalah tanggung jawabnya. Itu adalah pelanggaran yang tak sepantasnya dilakukan, dan itu hampir menghancurkan masa depanmu. Apa yang ingin kukatakan mungkin takkan membuatmu bahagia, tapi aku harus memberitahumu ... Freddy, kadang-kadang aku merasa, 'Aku harus berterima kasih pada George. Kalau bukan karena pelanggaran yang dilakukannya, bagaimana mungkin aku bisa memiliki striker sebagus Freddy Eastwood?' Mungkin, di masa depan alternatif itu, aku akan kalah karena kau mencetak gol. Atau mungkin kau akan mengeliminasi timku dalam sebuah pertandingan penting dan membuatku gagal, dan kemudian aku akan dipecat dan terus menjadi seorang pelatih tim pemuda, atau bekerja di tempat yang hanya Tuhan yang tahu dimana... sama seperti masa depan yang kaubayangkan untuk dirimu sendiri. Tapi sekarang semuanya baik-baik saja, semua hal itu tak pernah terjadi. Mereka hanya eksis di masa depan yang lain. Dan kau," Tang En menunjuk ke arah Eastwood lalu berkata. "Freddy Eastwood sekarang memakai kaus jersey tim Forest dan telah mencetak tiga gol dalam dua pertandingan berturut-turut. Kau tinggal di kompleks latihan Wilford, bercanda dengan para pemainku, dan datang latihan dengan mood yang bagus setiap hari. Kau membawakan kemenangan padaku dengan mencetak gol di pertandingan, dan bahkan kudamu telah menjadi kesayangan kota ini ... Ini semua adalah hadiahmu. Dan masa depanmu? Kau akan menjadi striker terhebat di sepanjang sejarah tim ini. Kau akan mencetak banyak sekali gol, kau akan membawakan banyak trofi untukku dan para fans Forest, dan tribun di City Ground akan selalu bersorak riuh untukmu. Dan lalu, saat kau memutuskan untuk pensiun..."     

Tang En memandang ke arah sinar multiwarna matahari yang baru terbit di langit timur, menghirup udara pagi yang segar, menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya."     

Setelah mendengar Twain mengatakan banyak hal tanpa henti, Eastwood tak mengucapkan sepatah kata pun. Tangannya tanpa sadar membelai leher kudanya.     

"Kalau kau tak cedera, mungkin kau masih akan berada di West Ham United, atau mungkin kau akan pergi ke tim level-bawah lainnya, dan kemudian kau akan mengeliminasi Manchester United di pertandingan, dan kau akan mencetak gol kemenangan. Kau akan menjadi selebriti di Inggris dalam seminggu, muncul di televisi dan surat kabar. Kemudian kau akan dilupakan ketika kau masih bermain di tim itu hingga kau pensiun dalam keadaan tak dikenal. Gol yang membuatmu bisa mengeliminasi Manchester United akan menjadi momen yang paling gemilang dalam karirmu," lanjut Tang En. Itu adalah masa depan yang berbeda dari yang dibayangkan oleh Eastwood. Dia tidak pernah memikirkan tentang masa depan yang seperti itu. Tapi Tang En tahu bahwa itu adalah masa depan yang seharusnya dimilikinya seandainya dia tak terkena cedera.     

"Sekarang semuanya berbeda. Kau tak perlu mencemaskan masa depan itu. Karena kau telah bergabung dengan Nottingham Forest. Kau telah bergabung dengan timku, dan kau akan bergabung denganku dalam menciptakan tim Forest yang paling cemerlang untuk kedua kalinya." Tang En merentangkan lengannya seolah-olah hendak merangkul seluruh kompleks latihan Wilford.     

"Aku akan menjadi manajer legendaris dan kau akan menjadi striker legendaris. Kita akan selalu disebutkan, sampai kita menjadi tua. Orang-orang akan berkata, 'Eastwood adalah striker terhebat sepanjang sejarah Tim Forest, bagaimana bisa orang-orang membandingkan anak kecil yang canggung itu dengannya! Kesepakatan Tony Twain yang paling sukses dalam kariernya adalah membeli Freddy dari tim amatir! Lihatlah semua piala di ruang piala itu!'"     

Tang En meniru nada diskusi para fans, dan Eastwood merasa geli mendengarnya berbicara seperti itu. Dia sangat serius dalam mendeskripsikan tentang masa depan imajiner tadi sampai-sampai Eastwood tidak tahu apakah deskripsinya itu benar atau bohong. Mungkin dia hanya memutar cerita, mungkin... bisakah semua itu diwujudkan?     

"Jadi, aku harus mengatakan ini, Freddy ... Aku sangat berterima kasih karena kau mau menerima undangan dari Nottingham Forest untuk bergabung dengan tim. Aku juga berterima kasih pada Tuhan, meski aku tak pernah percaya kepadaNya. Takdir membuat kita bisa berdiri bersama saat ini dan membahas tentang masa depan satu sama lain. Apa kau meragukan masa depan kita?"     

Freddy menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu, Pak... Semua yang kau katakan sangat gila sampai aku benar-benar tidak tahu apa itu benar..."     

"Ya, memang gila." Tang En memikirkan makan siang yang pernah dilakukannya dengan Edward dan Allan dan bagaimana dia sangat terguncang saat mereka memberitahunya tentang rencana mereka. "Tapi untuk membuktikan bahwa aku tidak bohong, untuk membuktikan bahwa aku bisa melihat masa depan, Freddy, kita akan menang siang ini. Karena pertandingan hari ini adalah titik awal untuk masa depan itu."     

Setelah itu, Tang En melambaikan tangan untuk berpamitan. "Sampai nanti, Freddy. Pulanglah dan sarapan."     

Eastwood menatap bagian belakang sosok Twain yang percaya diri dan membuka mulutnya, tapi tak bisa mengatakan apa-apa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.