Mahakarya Sang Pemenang

Tembok Bagian 1



Tembok Bagian 1

0Di dalam suite VIP Stadion Millennium Cardiff, seorang wanita cantik berambut keemasan, yang berpakaian modis, tak bisa menahan diri untuk tidak menguap, saat dia mengubah posisi duduknya dengan acuh tak acuh. Dia bukan seorang fans profesional. Bahkan, dia sama sekali tak bisa dianggap sebagai fans sepakbola.     
0

Dia merasa bahwa, semakin penting sebuah pertandingan, semakin menyenangkan seharusnya pertandingan itu. Tapi, situasi pertandingan yang baru berjalan sepuluh menit begitu suram hingga membuatnya sangat kecewa. Di mata wanita cantik itu, pertandingan ini sangat hambar dan membosankan.     

Sebenarnya, gadis cantik itu bukan satu-satunya orang yang merasa pertandingan ini membosankan. Para fans sepakbola, yang duduk di tribun dan di depan televisi, juga merasakan hal yang sama.     

Karena ini adalah pertandingan final yang sangat penting, bermain secara konservatif dan stabil adalah langkah yang patut dipertimbangkan. Para komentator, Martin Taylor dan Andy Gray, mengetahui hal ini dengan sangat baik, dan karenanya, sama sekali tak mengeluh selama mengomentari pertandingan.     

Melainkan, Gray mulai mempertanyakan gaya bermain defensif Nottingham Forest – dimana mereka langsung bertahan sejak pertandingan dimulai, berapa lama tim Twain bisa terus melakukannya? Empat puluh lima menit? Sembilan puluh menit? Atau ... Seratus dua puluh menit?     

"Massimo Maccarone mencoba melakukan tembakan jarak jauh! Tembakan itu mengenai tubuh pemain Nottingham Forest, sebelum keluar dari batas lapangan. Ini artinya tendangan sudut. Pemain Italia itu tampak sangat bersemangat, sejak pertandingan dimulai. Hanya dalam sebelas menit, dia sudah mencoba melakukan dua tembakan ke gawang lawan!" komentar salah satu komentator.     

Untuk pertandingan ini, Middlesbrough menggunakan lineup ofensif. Jelas, McClaren tidak menganggap bahwa pertandingan krusial seperti ini harus dimainkan secara konservatif, atau setidaknya dia tidak memilih untuk bermain secara konservatif, saat berhadapan dengan Nottingham Forest.     

Sebenarnya, sejak Robson menjadi manajer tim, taktik yang menjadi tradisi Middlesbrough adalah menggunakan teknik-sentris dan sepakbola ofensif. Di antara tim-tim Liga Utama, mereka dijuluki "pembantai raksasa", karena mereka memiliki banyak pengalaman dalam bertanding melawan tim-tim kuat. Tapi, saat bertanding melawan tim yang mahir merebut bola dan memiliki pemain dengan fisik yang luar biasa, mereka akan bingung harus melakukan apa.     

Karakteristik terbesar mereka adalah memiliki serangan yang kuat dan pertahanan yang lemah. Meskipun McClaren tidak tahu apa rencana Tang En, dia masih memutuskan untuk melancarkan serangan yang tak henti-hentinya sejak awal pertandingan. Dia berharap bisa memanfaatkan momentum ini untuk mengamankan keunggulan dalam memimpin pertandingan, karena hal itu akan membuat segalanya lebih mudah bagi Middlesbrough, yang memiliki banyak pemain dengan skill tinggi, di sepanjang sisa pertandingan.     

Rencananya untuk pertandingan ini adalah kebalikan dari rencana Tang En. McClaren tidak berniat untuk memperkuat pertahanannya selama pertandingan, malah sebaliknya, dia memilih untuk memaksimalkan keunggulan serangan mereka. Dia berharap bisa menghancurkan semangat juang tim Liga Satu ini, dengan jalan menembakkan bola secara berturut-turut ke tiang gawang Nottingham Forest.     

Sebagai akibatnya, McClaren memilih untuk menggunakan lineup paling ofensif dalam pertandingan ini. Lini depan terdiri dari duo kekuatan Massimo Maccarone dan Joseph Job. Yang disebut pertama adalah pemain dengan tembakan yang paling akurat, sedangkan yang disebut terakhir sangat mahir dalam menggiring bola.     

Empat orang di posisi gelandang adalah bintang harapan Middlesbrough. Dari kiri ke kanan, mereka adalah: pemain jenius berusia sembilan belas tahun Stewart Downing; Juninho, gelandang Brasil setinggi 1.65 meter dengan teknik yang luar biasa; gelandang Belanda George Boateng, yang bisa bertahan dengan agresif, berlari dengan cepat, dan tak takut melakukan kontak tubuh; dan terakhir, Gaizka Mendieta, gelandang Spanyol, yang dipinjam dari Lazio.     

Susunan pemain untuk bek belakang Middlesbrough tidak banyak berubah, tapi McClaren memang tak punya banyak pilihan untuk ini. Bek kiri Prancis, Franck Queudrue, adalah pemain yang menimbulkan ancaman besar bagi Tang En, karena ia adalah pemain yang bisa bertahan dan menyerang dengan mulus.     

Meskipun tingginya hanya 1,83 meter, Franck Queudrue memiliki kemampuan sundulan dan tendangan bebas yang luar biasa. Dalam dua musim terakhir, ia adalah salah satu bek kiri yang paling luar biasa di Liga Utama.     

Posisi bek kanan diisi oleh Danny Mills, pemain tim nasional Inggris dengan status pinjaman dari Leeds United. Dua bek tengah adalah pemain veteran berusia tiga puluh satu tahun Ugo Ehiogu dan Chris Riggott yang berusia dua puluh tiga tahun. Kiper tim adalah kiper tim nasional Australia Mark Schwarzer.     

Dengan lineup seperti ini, selain Juninho, hampir semua orang adalah bagian dari line-up utama Middlesbrough di Liga Utama Inggris. Di antara empat gelandang, hanya Boateng yang merupakan gelandang bertahan. Tiga gelandang lainnya semuanya lebih baik dalam melakukan serangan. Niat McClaren tampak sangat jelas - dan itu adalah menyerang!     

Bermain defensif tidak pernah menjadi gaya yang digunakan oleh Middlesbrough. Mereka suka menggunakan taktik give-and-go, sebuah tipe sepakbola ofensif yang tak bercelah. Tapi hari ini…. Mereka tidak tahu bahwa serangan yang menjadi kebanggan mereka itu akan menabrak tembok besar.     

※※※     

Juninho menendang bola, tapi Queudrue, yang dijaga ketat oleh pemain Nottingham Forest, tidak bisa menerima bola. Sebagai akibatnya, serangan Middlesbrough terhenti untuk sementara.     

Dengan sangat cepat, para pemain Middlesbrough dengan kaus jersey kuning mereka, kembali menyerang, karena Nottingham Forest tidak bisa melakukan serangan balik dari lini depan. Hanya ada Crouch di garis depan, jadi meski ia berhasil merebut kontak pertama dengan bola menggunakan keunggulan tinggi badannya, kiper mereka bisa dengan mudah merebutnya, dan tak ada yang bisa dilakukan Nottingham Forest untuk menghentikan lawan mereka dari kembali menguasai bola.     

Meskipun formasi Nottingham Forest yang telah ditentukan sebelum pertandingan seharusnya adalah 442, namun selama pertandingan yang sebenarnya hanya Crouch yang diposisikan di garis depan. Sebelum ini, Tang En akan mengatur agar Eastwood berkeliaran di sekitar Crouch, mencoba mendapatkan peluang kontak kedua dengan bola. Tapi, hari ini dia tak meminta Eastwood untuk melakukan itu. Sebagai gantinya, ia memposisikan pria gipsi itu agak sedikit mundur di lapangan, untuk bertahan.     

Nottingham Forest hampir sepenuhnya melepaskan taktik menyerang. Hal ini dilakukan untuk membangun sebuah tembok tinggi di depan tiang gawang mereka, dan untuk sepenuhnya menghentikan semua serangan Middlesbrough.     

Italia memiliki sebuah tradisi dalam menggunakan "Catenaccio", yang merujuk pada seluruh tim terfokus untuk bertahan, dan saling mengunci dengan erat. Sebelum pertandingan ini, Tang En telah menghabiskan lebih dari seminggu untuk merancang sistem pertahanan baru untuk Nottingham Forest, yang disebutnya "pertahanan tembok". Itu adalah sistem pertahanan yang menyeluruh, diperkuat dan kongkrit.     

Lini pertahanan belakang tidak menekan ke depan dan jelas tidak boleh keluar dari posisi mereka, dengan tiga lini mempertahankan jarak yang saling berdekatan dan formasi yang sempurna setiap saat. Dalam radius tiga puluh meter dari gawang, mereka akan bisa memaksakan situasi, dimana mereka bisa mengepung lawan mereka. Ini mensyaratkan semua anggota tim saling membantu dalam bertahan, untuk mengurangi ruang yang bisa digunakan lawan untuk menyerang.     

Dengan kontrol atas bola yang luar biasa, kalian mungkin bisa mengoper bola secara kontinyu dan horizontal, saat kalian berada di luar garis pertahanan timku. Tapi, para pemainku takkan mengejar kalian hanya karena kalian melakukan itu. Tidak! Tak peduli bagaimana kalian mengoper bola kesana kemari, selama kalian tidak melakukan umpan langsung, aku akan terus mengawasi penguasaan bola kalian dari balik garis pertahanan. Tidak jadi masalah kalau kalian memiliki penguasaan bola sebanyak delapan puluh persen.     

Tapi, kalau kalian memutuskan untuk mengubah arah serangan kalian dari horizontal ke vertikal, dan ingin langsung menembus wilayah pertahananku ... maka aku minta maaf, aku tidak bisa membiarkan kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan. Tackling keras, pengepungan dua hingga tiga orang, area penalti yang tak tertembus .. itulah situasi yang akan kalian hadapi.     

Inilah proses berpikir sang pelatih, saat dia merancang strategi pertahanannya yang ganas!     

Wilayah pertahanan Nottingham Forest ibaratnya seperti rawa berlumpur. Selama kau tak melangkah ke dalamnya, kau takkan menghadapi masalah. Tapi setelah kau melangkah ke dalamnya, akan sulit bagi seranganmu untuk bisa maju selangkahpun!     

Mayoritas orang menganggap pertahanan termasuk ke dalam lingkup kerja lini belakang dan gelandang bertahan. Dengan pola pikir seperti ini, disaat anggota tim sedang terfokus untuk bertahan, gelandang serang dan lini depan hanya berdiri di depan dan menunggu peluang mereka untuk melakukan serangan balik.     

Jenis pertahanan seperti itu layaknya kayu tipis berlapis tiga. Meskipun kelihatannya pertahanan itu bisa memblokir hujan dan angin, hanya satu sodokan kecil yang diperlukan untuk bisa menembusnya, karena pertahanan itu tak memiliki kedalaman strategis yang cukup. Umpan langsung yang brilian akan cukup untuk merobek garis pertahanan seperti-kertas ini.     

Namun, ide di balik sistem pertahanan Tang En tidak seperti itu.     

Apa itu "tembok"?     

Tembok adalah sesuatu yang memiliki tinggi, panjang, dan ketebalan yang cukup, sesuatu yang dibangun dengan menggunakan batu-batu besar, dan tembok ini sulit diatasi.     

Tingginya -     

George Wood tingginya 1,86 meter, memiliki kekuatan lompatan yang luar biasa, dan tak terlalu buruk dalam menyundul bola. Robert Huth, yang tingginya 1,90 meter, cukup tinggi, dan bagus dalam menyundul bola. Wes Morgan, yang tingginya 1,88 meter, juga mahir dalam menghentikan bola di udara.     

Panjangnya -     

Seluruh lapangan, dari mulai sayap kiri hingga sayap kanan, berada dalam jangkauan kontrol pertahanan Tang En secara menyeluruh. Peran dua gelandang kiri dan kanan dari starting lineup, Kris Commons dan Ashley Young, bukan untuk mengoper bola ke kepala Crouch, melainkan sebagai lapis kedua bek kiri dan kanan.     

Ketebalan -     

Mungkinkah papan kayu setebal 1 cm itu disebut tembok? Segala sesuatu di antara penyerang dan bek belakang berada dalam area bertahan bagi tembok Nottingham Forest yang bergerak. Sejak Crouch dan Eastwood berhadapan dengan serangan Middlesbrough, sistem pertahanan Nottingham Forest sudah bisa dianggap sudah berjalan.     

Ini, bersama dengan semua komponen penting yang disebutkan di atas, membentuk tembok sejati yang dengan tinggi 2,5 meter, panjang 60 meter, dan lebar 30 meter!     

Serangan Middlesbrough secara bertahap mulai melemah setelah lima belas menit. Bukan berarti mereka menyerah dalam melakukan serangan, melainkan karena ketika berhadapan dengan pertahanan Nottingham Forest, mereka telah menghabiskan dua kali jumlah energi yang biasanya mereka gunakan.     

Tang En mengatakan kepada tim bahwa selama bertahan, mereka harus lebih berani saat tiba waktunya untuk melakukan tackling. Mereka harus melakukannya dengan cepat dan ganas, dan mereka juga diberitahu untuk tidak berhenti saat menekan lawan mereka. Bahkan meski mereka gagal melakukan tackling, mereka masih harus menindaklanjuti dengan aksi, karena hal itu akan mempengaruhi penerimaan bola dan passing lawan. Seiring berlalunya waktu, ketika lawan mereka mulai membuat lebih banyak kesalahan, Nottingham Forest telah mencapai tujuannya dalam bermain defensif.     

Tang En sangat percaya bahwa, tak peduli seberapa besar fokus Middlesborough pada teknik, skill individu para pemain mereka dan koordinasi seluruh tim mereka masih akan kalah jika dibandingkan dengan tim besar seperti Real Madrid. Saat bermain melawan tim yang merebut bola dengan keras dan bermain sangat defensif, bahkan Real Madrid tak bisa berbuat banyak apalagi Middlesbrough, yang hanya tim level menengah di Liga Utama Inggris.     

Juninho adalah seorang pemain, yang menunjukkan skill luar biasa dengan kakinya. Tapi, dia sudah datang ke Middlesbrough tiga kali. Terlepas dari penampilan pertamanya, yang meninggalkan kesan mendalam, Middlesbrough masih terdegradasi. Dalam dua kali berikutnya, ketika dia kembali ke tim ini, Juninho tak lagi sebagus sebelumnya. Hal ini terutama terjadi setelah kakinya patah, yang mengakibatkan penurunan drastis dalam penampilannya.     

Alasan McClaren membiarkan Juninho bermain di lapangan adalah untuk memanfaatkan skill individunya dalam menciptakan sejumlah masalah bagi lini belakang pertahanan Nottingham Forest. Dia menonton pertandingan semifinal antara Nottingham Forest dan Bolton, terutama pertandingan putaran pertama.     

McClaren merasa bahwa manajer Bolton, Allardyce, telah melakukan satu kesalahan terbesar, karena ia tak sepenuhnya memanfaatkan teknik individual Okocha. Selama pertandingan itu, George Wood sangat aktif di lapangan, tetapi McClaren merasa bahwa Wood kurang memiliki pengalaman untuk beradaptasi dengan situasi yang berbeda. Karena itu, kalau Allardyce memberi Okocha cukup banyak kebebasan sejak awal pertandingan untuk membuat pertahanan Nottingham Forest berantakan, Bolton akan benar-benar bisa menghancurkan pertandingan debut pemain pendatang baru, Wood.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.