Mahakarya Sang Pemenang

Piala EFL Bagian 1



Piala EFL Bagian 1

0Pada tanggal 7 Februari, Nottingham Forest kembali ke pertandingan-pertandingan mereka di Kejuaraan Liga Sepak Bola Inggris. Setelah lebih dari dua belas hari beristirahat dan melakukan reorganisasi, mereka berhasil sedikit unggul yakni 1:0 saat melawan Coventry City di kandang mereka.     
0

Meski dua belas hari istirahat telah memberikan waktu bagi Tang En untuk menyesuaikan taktik tim, dan sekali lagi mempersiapkan diri untuk pertempuran baru, hal ini justru mengganggu ritme tim Forest. Pertandingan itu adalah pertandingan yang sulit bagi mereka meski dimainkan di kandang sendiri, dan mereka akhirnya berhasil mengalahkan lawan dengan mencetak gol yang dicurigai offside.     

Setelah pertandingan, manajer Coventry City mengoceh tentang keputusan wasit, merasa bahwa timnya seharusnya menjadi pemenang. Tapi Tang En, yang timnya terlepas dari tuduhan offside, bersikeras bahwa keputusan wasit itu sudah benar, dan tak ingin menyinggung-nyinggung tentang gol itu.     

Apakah gol itu termasuk offside atau tidak bukanlah hal yang penting bagi Tang En dan tim Forest. Tapi, hal itu sangat penting bagi manajer Coventry City, yang merasa sangat kesal dengan masalah ini. Tang En hanya perlu tahu bahwa timnya telah menerima tiga poin yang berharga dari pertandingan itu.     

Bagaimanapun juga, kemenangan adalah hal yang paling penting, dan prosesnya ... hanyalah bagian dari jalan menuju kemenangan. Tak peduli metode apa yang digunakan, mereka hanya perlu mencapai garis finish.     

Seminggu kemudian, kemenangan beruntun Nottingham Forest akhirnya berakhir. Di babak ke-31 Kejuaraan Liga, mereka dipaksa bermain imbang 1:1 dengan Walsall di kandang sendiri. Karena mereka masih belum melangsungkan satu pertandingan, mereka masih berada di peringkat ke-14. Pertandingan yang berakhir imbang juga tak banyak mempengaruhi mereka. Lagipula, mereka tidak kalah. Ini menunjukkan bahwa desakan Tang En atas sebuah motto, "Jangan kalah, meski kau tak bisa menang" memang benar.     

Pada tanggal 17 Februari, dalam putaran ke 24 Kejuaraan Liga yang sempat ditunda, Nottingham Forest menantang Gillingham dalam pertandingan tandang. Dilihat dari penampilan mereka, tim Forest masih memiliki banyak kelemahan.     

Masalah yang dimiliki para pemain muda terkait penampilan mereka yang tidak stabil dalam pertandingan terungkap sepenuhnya. Mereka bisa menggungguli lawan mereka secara berturut-turut, atau mereka juga bisa membiarkan lawan mereka mengungguli mereka secara berturut-turut. Pada akhirnya, skor pertandingan tetap imbang 0:0. Tang En mengandalkan taktiknya untuk mendapatkan satu poin dalam pertandingan tandang ini, yang memang diperolehnya dengan susah payah. Dia sangat bersyukur bahwa, di akhir pertandingan, mereka tidak kalah.     

Dia juga semakin menyadari tekanan yang dirasakan dari menjadi seorang manajer. Karena setiap kali dia melihat lawan menyerbu gawang timnya, dan memborbardirnya, jantungnya serasa berada di tenggorokan. Setiap kali ada pemain lawan yang akan menembak ke gawang, jantungnya seolah berhenti berdetak. Itu adalah perasaan yang mengerikan.      

Tanggal 29 Februari adalah final EFL Cup. Sebelum itu, Nottingham Forest memiliki satu pertandingan setiap tiga hari: tiga pertandingan Kejuaraan Liga di tanggal 14, 17, dan 21. Hal ini membuat Tang En melontarkan beberapa kritik terselubung saat melakukan konferensi pers. Dia mengeluh bahwa komite Liga tidak tahu bagaimana caranya mengakomodasi para pemain secara tepat, terutama terkait fakta bahwa jadwal pertandingan yang intensif ini diatur sebelum mereka menghadapi sebuah pertandingan penting, membuat timnya tak punya waktu untuk beristirahat.     

Sebenarnya, komite Liga dibenarkan dalam memberikan pengaturan ini, karena salah satu dari tiga pertandingan yang dijadwalkan itu adalah pertandingan yang ditunda, dan mereka juga sudah menunda pertandingan putaran ke-33 antara tim Forest dan Bradford City. Kalau pertandingan itu dibiarkan terjadi sesuai jadwal, tanggal pertandingan itu adalah tanggal 28 Februari ...     

Pada tanggal 21 Februari, dalam babak ke-32 Kejuaraan Liga, Nottingham Forest kembali melakukan perjalanan untuk pertandingan tandang. Kali ini, lawan mereka adalah Rotherham United, dan skor akhirnya adalah 1:1. Hasil imbang lagi. Setelah mendapatkan kemenangan beruntun, tim Forest memperoleh hasil imbang beruntun, tapi, setidaknya mereka tidak kalah.     

Tang En merasa sedikit lega, tapi dia harus mengerahkan semua upayanya untuk mempersiapkan tim dalam menghadapi pertandingan final EFL Cup melawan Middlesbrough. Sekarang, delapan hari sebelum final, liputan media secara bertahap mulai meningkat.     

Karena tim Forest adalah tim Liga Satu, dan berhasil kembali ke final setelah dua belas tahun, mereka mendapat perhatian yang lebih banyak. Bahkan Tang En merasa sedikit gugup, saat dia melihat para wartawan media berkeliaran di luar kompleks latihan. Tapi ketegangan semacam ini tidak boleh ditunjukkan di depan orang luar, karena ia adalah pemimpin para pemain ini, dan pemimpin tidak boleh merasa gugup, tidak boleh ragu, dan tidak boleh mengecewakan anak buahnya.     

※※※     

Des Walker memberikan rencana latihan tim yang baru kepada Tang En. Hari ini tanggal 23 Februari, dan mereka masih punya enam hari untuk menjalankan latihan terencana dan tertarget. Sebelum sesi latihan dimulai hari ini, tim pelatih harus berkumpul untuk membahas rencana ini.     

Tang En melihatnya, dan menghapus semua latihan untuk menyerang, kecuali "latihan penempatan bola mati ofensif", lalu ia memberikannya kepada semua orang yang hadir saat itu. Walker dan para pelatih melihat "rencana baru" itu, dan saling melirik.     

Melihat ekspresi bingung mereka, Tang En tersenyum. "Ini sangat sederhana, kita tidak akan menggunakan taktik menyerang melawan Middlesbrough di pertandingan nanti. Kita akan bermain bertahan, dan membiarkan mereka menyerang. Tak hanya itu, ada juga program latihan tambahan di daftar ini – yakni meningkatkan jumlah latihan tendangan penalti selama dua puluh menit di akhir sesi latihan setiap hari," jelasnya.     

'Tony, kau ingin bertaruh pada tendangan penalti?" tanya Walker.     

Tang En mengangguk, "Ya. Mulai besok, latihan tim yang dibuka untuk media dan para fans akan dipersingkat menjadi setengah jam. Kita akan terus berlatih pertahanan selama seminggu ini. Middlesbrough kelihatannya mirip dengan Bolton Wanderers, yang kita kalahkan di semifinal. Mereka mengandalkan pemain pinjaman atau membeli pemain-pemain bintang yang sudah melewati masa jayanya untuk mendukung tim. Tapi, kemampuan serangan mereka lebih kuat. Kalau kita juga bermain keras, seperti yang kita lakukan saat melawan Bolton Wanderers, maka McClaren (manajer Middlesbrough) akan sangat senang. Apa ada di antara kalian yang memperhatikan liputan media dari Middlesbrough?"     

Semua orang menggelengkan kepala. Jelas, hanya sedikit sekali orang yang peduli dengan hal-hal seperti itu. Tapi Tang En peduli, lalu ia berkata, "Baru-baru ini aku mengumpulkan beragam jenis informasi dari sana. Meskipun kita tidak bisa langsung pergi ke kompleks latihan tim mereka untuk mengamati, aku bisa menyimpulkan dari laporan media bahwa tim Middlesbrough memiliki sikap yang positif terhadap pertandingan. Kurasa Middlesbrough pasti merasa senang saat mereka tahu bahwa di pertandingan final ini lawan mereka adalah tim peringkat tengah dari liga tingkat kedua."     

Semua pelatih memahami apa yang dimaksud olehnya. Middlesbrough merasa bahwa peluang mereka lebih besar untuk menang atas tim Liga Satu.     

"Kalau mereka berpikir begitu, maka itu adalah kesalahan besar!" Tang En menyeringai. "Saat mereka berharap bisa menggunakan serangan untuk mengakhiri pertandingan, kita akan membiarkan mereka menabrak tembok!" Dia memukulkan tinjunya ke telapak tangan kirinya.     

※※※     

Setelah pertemuan rutin para pelatih, seluruh tim pelatih mulai "membangun tembok", sesuai dengan persyaratan Tang En. Bahkan Eastwood, yang biasanya tak perlu berpartisipasi dalam pertahanan, telah secara khusus diminta bertahan oleh Walker selama latihan: Kalau mereka kehilangan bola, ia harus mencoba untuk langsung merebutnya lagi. Kalau ia tak berhasil merebut bola di tempat, ia harus segera mundur untuk mengejar, atau menyerahkan target ke gelandang mana pun yang maju untuk bertahan, dan dia harus mundur untuk menggantikan posisi gelandang itu.     

Persyaratan itu tidak hanya berlaku untuk Eastwood. Semua pemain penyerang harus mengikuti ketentuan ini. Kalau ada pemain yang mencoba merentangkan kaki atau lengan setelah kehilangan bola, dia akan segera mendengar peluit wasit yang menusuk telinga dan omelan Walker.     

Secara khusus, pemain sayap hampir sepenuhnya digunakan sebagai bek belakang lapis kedua. Saat mereka melakukan serangan untuk memukul mundur lawan mereka, pertahanan mereka harus ditarik ke garis belakang.     

Selain itu, Tang En juga tegas dalam hal tidak berlatih membuat jebakan offside. Bagi Nottingham Forest yang akan menghadapi Middlesbrough, yang cepat di sayap, menciptakan jebakan offside sama saja dengan bunuh diri.     

Kunci pertahanan mereka adalah membatasi kontrol lawan atas bola, serta membatasi ruang dan waktu bagi lawan untuk mengoper. Membuat jebakan offside bukanlah pilihan yang bagus. Tiga bagian tim Forest harus mempertahankan jarak yang ketat sepanjang pertandingan, jadi tidaklah mengherankan kalau para striker harus mundur untuk mempertahankan lingkaran tengah.     

Di dunia sepakbola saat ini, sangatlah menyebalkan meminta tim untuk memainkan pertahanan seperti itu, yang artinya sama dengan bermain pasif. Tapi Tang En tahu dengan jelas bahwa seluruh dunia akan menyadari manfaat pertahanan kompak semacam ini setelah musim panas. Kenapa? Karena tim Yunani memenangkan kejuaraan Eropa. Di Piala Dunia Jerman dua tahun kemudian, tim Italia adalah tim yang tertawa paling akhir, karena taktik pertahanan mereka lebih baik.     

Para pemain sama sekali tidak mengerti, dan Tang En akan memberi tahu mereka selama jeda latihan bahwa memfokuskan diri pada pertahanan yang tepat adalah satu-satunya cara untuk bisa memenangkan piala. Mereka yang menginginkan kejuaraan dan kejayaan harus mengikuti ini, dan mereka yang tidak ... Apa kau masih pemain profesional? Apa kau masih laki-laki?     

Des Walker telah mengalami esensi sejati keyakinan Twain ini: "Tak ada taktik yang tak bisa diubah, selama aku bisa memenangkan pertandingan. Aku tak peduli apakah kami menggunakan serangan balik defensif atau sepakbola ofensif". Untuk pertandingan final, dalam kondisi kebobolan gol lebih dulu, ia bisa dengan tegas meninggalkan taktiknya yang meminimalkan hilangnya kontrol atas bola dan pertahanan, dan beralih melakukan serangan, seperti yang dilakukannya dalam pertandingan kandang dan tandang melawan Bolton Wanderers. Pada akhirnya, ia bergantung pada gol berharga yang diperolehnya di pertandingan tandang untuk mendapatkan tiket masuk ke Stadion Millennium di Cardiff.     

Kalau mereka berada dalam pertandingan dimana kemenangan sudah hampir bisa dipastikan, dia akan membuang taktik "menyerang" jauh-jauh, dan menggunakan semua upaya untuk bertahan sampai mati. Dia lebih suka mengulur permainan hingga babak adu penalti, dimana kedua belah pihak sama-sama memiliki separuh kesempatan, daripada bertarung sampai mati dengan lawan dalam waktu sembilan puluh menit. Ini karena menurut Tang En, taktik semacam itu dianggap "lebih berisiko".     

Twain pernah berkata kepada Walker, "Des, kau sudah tahu aku terobsesi dengan budaya Cina, masakan mereka, adat istiadat mereka, sejarah mereka ... bahkan strategi dan taktik militer mereka. Apa kau tahu tentang ?"     

Melihat Walker menggelengkan kepalanya, Tang En bisa memahaminya, dan kemudian menjelaskan, "Itu adalah sebuah buku seni perang yang sangat terkenal di Cina, yang secara khusus membicarakan tentang taktik militer. Dengan kebijaksanaan selama lebih dari tiga ribu tahun, itu bukan lagi sekadar taktik militer. Kurasa buku itu juga bisa digunakan dalam sepakbola. Sepakbola adalah perang. Ada pepatah dalam buku itu: 'Water shapes its course, according to the ground over which it flows' the soldier maps out his victory in relation to the foe whom he is facing. Therefore, just as water retains no constant shape, there are no constant condition in warfare.'"     

Walker merasa terkejut saat Tang En tiba-tiba saja berbicara dengan bahasa Mandarin. Tang En tersenyum dan menjelaskan, "Terjemahannya kurang lebih seperti ini, 'Air akan mengubah alirannya, berdasarkan topografi dan medan. Para prajurit harus memutuskan strategi kemenangan mereka, sesuai dengan musuh mereka yang berbeda.' Oleh karena itu, apa yang dikatakan oleh buku itu adalah tak ada situasi yang pasti di dalam perang, sama seperti tak ada pola yang konstan untuk aliran air. Pertandingan sepakbola tak berbeda dari pertempuran. Aku selalu mencoba agar lawan kita tak bisa membaca strategi kita. Tak peduli kita bermain bertahan atau menyerang, strategi kita akan bergantung pada lawan seperti apa yang akan kita hadapi, di dalam pertandingan apa, dan dalam situasi apa... Aku tahu ekspektasi ini mungkin sedikit tinggi bagi tim saat ini. Tapi..."     

Dia menunjuk ke arah para pemain, yang saat ini sedang berlatih di lapangan, dan berkata dengan bangga, "Kita akan melatih mereka, dan mereka akan bisa melakukannya saat mereka perlu melakukannya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.