Mahakarya Sang Pemenang

Keberhasilan yang Tak Disengaja Bagian 2



Keberhasilan yang Tak Disengaja Bagian 2

0Ya, Tang En datang ke sana untuk mencari apa yang menurutnya adalah "wonderkid." Sama halnya dengan banyak orang yang lain. Mereka adalah perekrut pemain sepakbola untuk semua klub besar. Program pelatihan Southampton Football Club sudah terkenal di seluruh Inggris, dan bahkan di seluruh Eropa. Para perekrut pemain sepakbola dalam berbagai samaran seringkali muncul disana. Kenapa menyamar? Karena klub Southampton tidak suka melihat bakat-bakat muda mereka, setelah bersusah payah membentuk dan melatih mereka, direbut oleh perekrut pemain sepakbola dari klub lain yang tak mengeluarkan satu penny pun.     
0

Perekrut pemain sepakbola yang sudah terkenal di kalangan mereka tak bisa muncul di sini karena mereka terlalu mudah dikenali.     

Tang En tidak perlu mencemaskan hal itu. Dia sama sekali tidak dikenal di kalangan perekrut pemain sepakbola, dan dia memakai kacamata hitam sebagai langkah pencegahan untuk dikenali.     

Dia telah berdiri di sana hampir sepanjang sore. Tapi jujur saja, dia merasa kecewa.     

Dia tidak melihat Theo Walcott, yang akan terkenal di masa depan. Tang En yakin bahwa dia tidak melewatkannya, karena kecepatan Walcott terlalu mencolok dan luar biasa. Kalau dia berada di lapangan, dia pasti sudah akan melihatnya. Hanya ada satu penjelasan untuk itu — Theo Walcott tidak ada di sini.     

Ini adalah tempat latihan tim pemuda Southampton. Kalau Theo Walcott tak ada di sana, mungkinkah dia tidak ada di Southampton? Mungkinkah begitu? Dia yakin Walcott akan berada di tim muda Southampton saat ini, masih bukan siapa-siapa dan tak dikenal oleh siapa pun.     

Mungkinkah...     

Tiba-tiba saja, sebuah pikiran yang tidak menyenangkan melintas di benak Tang En. Dia memikirkan kejadian ketika Lee Bowyer berkelahi dengan rekan satu timnya, Defoe.     

Mungkinkah masa depan yang ia kenal berubah? Theo Walcott tidak ada di Southampton, tapi pergi ke beberapa tim lain yang berkantong tebal, seperti Chelsea. Atau dia hanya belum bermain sepak bola dan hanya anak Inggris biasa yang dengan patuh pergi ke sekolah setiap hari?     

"Sial! Apa-apaan! Perpindahan sialan!" Tang En menundukkan kepala dan mengutuk dengan suara pelan. Hal yang paling mengesalkan bukanlah perpindahan jiwa itu sendiri, melainkan berpindah jiwa hanya untuk mengetahui bahwa apa yang telah diketahuinya di masa depan sekarang tak ada gunanya.     

Bahasa kasar Tang En menarik perhatian pria pendek gemuk yang berdiri di sampingnya. Dia menoleh untuk melihat Twain dan tiba-tiba bertanya, "Apa yang kau bicarakan?"     

Tang En merasa bingung dengan komentar orang itu. Apa maksudnya, "Apa yang kau bicarakan?" Tak bisakah aku bergumam pada diriku sendiri tanpa mengganggumu?     

"Kudengar kau mengatakan 'perpindahan'. Apa maksudnya 'perpindahan'?" Pria itu sepertinya tipe orang yang suka bergaul dengan semua orang, yang akan langsung menyinggung pokok permasalahan dan bisa mengobrol dengan ramah dengan siapa saja yang ditemuinya.     

"Oh, bukan apa-apa. Aku hanya sedang berbicara pada diriku sendiri." Tang En menjelaskan bahwa dia sedang tak ingin diganggu oleh orang ini saat masih bekerja. Dia segera menutup topik pembicaraan, tak menyisakan ruang bagi pria itu untuk melanjutkan pembicaraan.     

Tapi Tang En jelas meremehkan keramahan pria itu. Pria setengah baya yang gemuk itu mengangguk dan dengan cepat mengganti topik pembicaraan. "Apa pendapatmu tentang anakku?"     

"Apa?" Otak Tang En tiba-tiba saja berhenti beroperasi. Lampu hard drive-nya menyala cukup lama, tapi dia tak mengerti bagaimana kedua pertanyaan itu, "Apa yang kau bicarakan?" dan "Apa pendapatmu tentang anakku?" bisa saling berhubungan. Seolah-olah topik pembicaraan telah melompat dari Bumi ke Mars.     

Saat Tang En tak menjawabnya, dia berinisiatif untuk meneruskan pembicaraan. "Apa kau perekrut pemain sepakbola? Arsenal? Manchester United? Chelsea? Liverpool? Atau Tottenham Hotspur? Hmmm, biar kutebak... mungkin Real Madrid? Barcelona? AC Milan? Bayern Munich? Inter Milan?"     

Orang itu menyebutkan hampir semua nama klub sepakbola yang terkenal di dunia dalam satu tarikan nafas. Tang En merasa pusing meski hanya mendengarkannya. Dia melambaikan tangannya pada pria itu untuk memberi isyarat agar dia berhenti melakukannya.     

"Maaf, aku bukan perekrut, dan aku tidak bekerja untuk tim yang kausebutkan itu."     

Saat dia mendengar Tang En mengatakan itu, pria itu tampak kecewa, dan ketertarikannya pada percakapan tampaknya berkurang. Ketika Tang En baru akan sedikit rileks dan pindah ke tempat yang berbeda untuk menonton pertandingan, pria gemuk itu kembali ke topik sebelumnya. "Apa pendapatmu tentang anakku?"     

Tang En, yang telah melakukan perjalanan yang sia-sia, benar-benar ingin berkata pada pria yang gemar bicara itu, aku tidak tahu siapa putra terkutukmu itu! Tapi dia menahan amarahnya dan bertanya dengan gigi terkatup, "Siapa putramu?"     

Pria itu tidak merasakan nada marah Tang En. Dia mengulurkan tangan gemuknya, menunjuk ke arah lapangan, dan berkata, "Dia ada di sana!"     

Tang En melihat ke arah yang ditunjuk oleh pria itu, dan melihat sekelompok anak sedang berlari di lapangan, terengah-engah.     

"Pak..." Tang En sudah tak tahan lagi. Geraman dalam suaranya sudah mulai bergema dari tenggorokannya. "Aku bertanya siapa putramu. Aku tidak bertanya di mana dia berada." Dia disela oleh suara peluit dari lapangan dan suara sorakan di sekelilingnya.     

"Ah! Permainannya sudah selesai! Maaf, aku harus menjemput anakku." Pria dengan otak korslet itu meninggalkan Twain dan merangsek keluar dari kerumunan.     

Pada saat itu, Tang En merasa seperti, kalau saja dia bisa, dia akan meledakkan seluruh planet ini. Kemarahannya mengamuk di dalam hati. Kalau seseorang berdebat dengannya saat itu, ia pasti akan memukuli orang itu sampai setengah mati. Kalau orang yang mengajaknya bertengkar itu adalah pria pendek gemuk yang suka bicara tadi ...     

Pria itu kembali lagi dan ditemani oleh seorang anak yang akan segera setinggi dirinya. Pria gemuk itu sama sekali tak menyadari bahwa wajah Twain sama gelapnya seperti musim dingin di Inggris. Dia mendorong anak itu ke depan dan memperkenalkannya. "Ini anakku! Bagaimana menurutmu? Dia hebat!"     

Suara keras pria itu menarik perhatian beberapa orang di dekatnya. Mereka berbalik untuk melihat dan kemudian terus berjalan. Mereka sudah melihat terlalu banyak kasus dimana seorang ayah mendekati beberapa perekrut tak dikenal dengan putranya untuk mempromosikan dan memasarkan putra mereka.     

Tak ada yang menyukai anak biasa itu. Tapi saat Tang En melihat dengan jelas wajah bocah itu, amarahnya langsung lenyap tanpa jejak.     

Karena baru saja selesai bertanding, kaus jersey Southampton bocah itu basah oleh keringat, dan itu menempel di tubuhnya, memperlihatkan fisiknya. Tang En mengukur tinggi bocah itu, yang mencapai sekitar 1,5 meter. Tubuhnya agak kurus untuk seorang pemain. Tapi bukan itu yang menarik perhatian Tang En. Wajah anak itulah yang menarik perhatiannya.     

Bocah itu mengerutkan bibir dan menatap Twain dengan rasa ingin tahu, yang semakin menonjolkan ciri khas wajahnya. Ketika Tang En pertama kali melihatnya, dia pikir anak itu kelihatan cukup berbeda. Mulutnya sangat menonjol, yang bisa digambarkan dengan satu kata — monyet. Dia tampak mirip monyet.     

Penampilan itu tiba-tiba mengingatkannya pada seseorang. Jadi, dia bertanya dengan ragu-ragu kepada sang ayah di sebelah anak itu, "Pak, siapa nama putra Anda?"     

"Gareth! Gareth Bale!" Ketika dia menyebutkan nama putranya, sang ayah tampak bangga.     

Sepertinya benar, pikir Tang En. Tapi dia harus memastikan.     

"Apakah itu G-A-R-E-T-H, Gareth, B-A-L-E, Bale?" Dia bertanya dengan antisipasi.     

Pria itu mengangguk. "Ya! Gareth Bale! Putraku sangat berbakat!"     

Tang En juga mengangguk, dengan penuh semangat. "Itu benar!"     

Wonderkid yang menjadi bek kiri nomor satu di Football Manager 2007 adalah pemain dan pencetak gol termuda untuk tim nasional Wales. Tottenham Hotspur dan Manchester United telah bersaing dalam upaya mereka untuk mengontrak pemain berusia 18 tahun ini. Bagaimana mungkin dia tidak berbakat? Tang En awalnya datang ke Southampton untuk menemukan Walcott yang berusia 13 tahun, tapi tanpa terduga dia menemukan teman sekamar Walcott di masa depan!     

Dia telah kehilangan seorang pemain dan mendapatkan pemain yang lain. Tak jadi masalah kalau dia tidak menemukan Theo Walcott. Bagaimanapun, ia ditakdirkan untuk menjadi milik Arsene Wenger dan Arsenal, dan pemain penyerang yang baik bisa ditemukan cukup banyak di masa depan. Tapi anak yang ada di depan matanya ini akan menjadi artikel utama dalam beberapa tahun! Bahkan sebuah tim seperti Real Madrid dengan panik mencari bek kiri yang luar biasa untuk menggantikan Roberto Carlos, yang akan segera keluar dari klub. Seluruh dunia kekurangan bek kiri saat itu.     

Ayah Bale, melihat Twain yang setuju dengan pendapatnya, dengan gembira berkata pada Bale, "Lihat, Nak! Pria ini juga setuju kalau kau berbakat. Jangan khawatir, kau akan punya masa depan yang menjanjikan!"     

Anak itu baru saja memberikan jawaban tak acuh dan tak terdengar jelas. Dia jelas tampak muram dan kelihatannya kurang percaya diri.     

Tang En merasa bahwa ada hal lain yang bisa menjelaskan sikap anak itu. Jadi dia bertanya, "Maaf, tapi bolehkah aku bertanya apa yang terjadi?"     

Saat dia melihat ada orang yang mau mendengarkan keluhannya, sang ayah menceritakan semuanya. Pada akhirnya, Tang En bisa mengumpulkan keping-kepingnya, setelah mendengarkan pria itu mengoceh tanpa menyinggung poin-poin penting dalam pembicaraannya yang seolah tak ada habisnya.     

Bocah Wales itu memang Gareth Bale yang lahir di Cardiff, yang dikenal Tang En.     

Meskipun Gareth Bale dikenal sebagai "bakat sepakbola" saat bermain untuk sekolahnya, manajer profesional tim pemuda tampaknya sudah melihat cukup banyak "bakat". Dibandingkan dengan Walcott, yang memiliki bakat di atas level seusianya, Bale dianggap sebagai pemain yang sangat biasa. Ayah Bale berbicara dan berusaha membujuk tim untuk waktu yang sangat lama sebelum tim pemuda Southampton setuju memberikan masa percobaan enam minggu untuk putranya. Hari ini adalah kedua kalinya dia datang. Dia tiba tepat waktu untuk ikut latih tanding. Gareth diturunkan di babak kedua, tapi tak bisa menunjukkan sesuatu yang menarik. Pria kecil itu merasa sangat frustrasi.     

Tapi saat Tang En mendengar cerita itu, dia sangat senang sampai merasa ingin tertawa. Yang dia ketahui, sebelum dia berpindah jiwa, adalah tentang prestasi Bale. Dia tak pernah tahu bahwa Bale memiliki cerita latar belakang yang bahkan membuatnya lebih cemerlang. Dia benar-benar ingin berterima kasih kepada pelatih tim pemuda Southampton karena memberinya kesempatan yang besar ini.     

Kalau aku tak bisa mengambil kesempatan ini, maka aku takkan kembali ke Nottingham hari ini. Aku hanya akan melompat ke Selat Inggris dan menenggelamkan diriku sendiri!     

Pria bertubuh gemuk itu memberitahunya bahwa Walcott ada di klub, tapi dia tak ada di tim itu. Dia sudah dipromosikan ke tim pemuda dibawah 17 tahun. Latihannya yang dilakukan dua hari per minggu juga tidak dilakukan disini. Dia dimasukkan ke King Edward VI School dengan lapangan AstroTurf, di mana dia menerima pendidikan seni liberal dan latihan sepakbola pada waktu yang bersamaan. Tak heran Tang En berdiri di sana sepanjang sore tanpa bisa menemukannya. Tapi sekarang Tang En tak peduli dengan harimau kecil seperti Walcott.     

Dia menunduk dan mengeluarkan buku catatan dari salah satu saku dalam, merobek selembar kertas, menuliskan namanya, nomor telepon, alamat dan nomor kontak kompleks latihan tim pemuda Forest. Sama seperti yang dia berikan pada Wood sebelum ini, dia menjejalkan catatan itu ke tangan Bale.     

Pria itu memandang Twain dengan tatapan aneh, dan si anak melihat penasaran ke kata-kata yang tertulis di catatan itu.     

Tang En tersenyum sambil berkata pada ayah Bale, "Southampton tak mempercayai kemampuan putra Anda. Saya mempercayainya. Kalau bisa, saya harap Anda membawa Bale ke tim Pemuda Nottingham Forest besok sore. Saya rasa tim Forest akan senang untuk langsung memberikan kontrak magang bagi putra Anda tanpa latihan uji coba."     

"Nottingham Forest?!" Pria itu berteriak. "Dan kau bilang kau bukan perekrut!"     

"Aku tidak bohong padamu, Pak," Tang En tertawa. "Aku jelas bukan perekrut. Aku adalah kepala Departemen Tim Pemuda Forest. Sangat senang bertemu denganmu. Namaku Tony Twain."     

Dia mengulurkan tangannya ke arah si ayah dan anak yang terpana mendengarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.