Mahakarya Sang Pemenang

Tang En And Edward Bagian 1



Tang En And Edward Bagian 1

0Setelah seminggu penuh mengalami hujan yang seringkali turun, langit akhirnya cerah di hari Senin pagi. Di Inggris, yang hampir memasuki musim dingin, cuaca semacam ini sangat layak untuk dihargai. Terlebih lagi untuk Nottingham City, di mana cuaca selalu tak menentu. Seseorang takkan pernah tahu kapan langit di atas kepalanya tiba-tiba menjadi mendung, diikuti percikan tetes hujan yang tiba-tiba jatuh dari langit.     
0

Butiran-butiran air menggantung di daun-daun pohon tepi jalan, memantulkan sinar matahari pagi. Mereka seperti berlian yang ditinggalkan di semak-semak, dan hanya inilah bukti yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa hujan telah turun sepanjang malam kemarin.     

Tang En berdiri di luar kantor Ketua di halaman kompleks latihan klub, yang berada di sebelah lapangan latihan tim pertama. Teriakan Des Walker bisa terdengar terus menerus, dan suara peluit sama sekali tak pernah berhenti ditiup. Kemungkinan besar Collymore tidak datang lagi ke lapangan, dan fakta bahwa dia kemarin dipukul, semakin memberinya alasan untuk membuat dirinya mengambil cuti istirahat.     

Edward telah menemukan orang yang tak berguna itu untuk menjadi manajer. Seseorang sama sekali tak bisa memahami apa yang dia pikirkan saat dia melakukan itu.     

Tang En melihat rambutnya sendiri yang berantakan di kaca jendela. Saat dia bangun di pagi hari, dia hanya memakai pakaian kasual dan meninggalkan rumah. Setengah dari kemeja dan kerahnya mencuat keluar, sementara setengah lainnya terselip masuk. Satu-satunya hal yang terlihat baik hanyalah kerah dan kancingnya yang dipasang dengan benar. Dia membalik kerahnya, dan menggunakan tangannya untuk merapikan rambutnya sambil menghadap ke jendela. Tang En melihat ada beberapa helai rambutnya yang tetap berdiri tegak.     

Dia melihat butiran air yang berkilauan di sebuah tanaman dan menyentuhnya untuk membasahi tangannya. Kemudian, dia mencoba merapikan rambutnya. Akhirnya, dia siap.     

Melihat bayangannya di jendela, Tang En tersenyum puas. Hampir setahun telah berlalu, dan ia sudah terbiasa dengan tubuh ini dan penampilannya. Setelah melihat bayangannya di cermin setiap hari, dia akhirnya menganggap penampilannya lebih menyenangkan.     

Setelah semua itu, Tang En berbalik dan memasuki gedung. Begitu dia masuk, dia melihat seorang wanita muda yang mengayunkan pinggulnya saat berjalan, dan meskipun dia memakai setelan bisnis hijau yang normal, dia kelihatan sangat seksi. Wanita itu dengan cepat berjalan melewati Tang En, dan pandangan Tang En mengikutinya. Rambut merah keritingnya tampak seperti bola api, dan memantul sedikit saat dia berjalan, bervariasi sesuai dengan ritme langkah kakinya.      

Sejak kapan klub memiliki karyawan wanita sepertinya? Pada saat itulah Tang En menyadari bahwa dia telah menjauh dari inti klub ini terlalu lama, dan secara bertahap klub ini menjadi semakin tak dikenalnya.     

Wanita yang mengayunkan pinggulnya saat berjalan itu tiba-tiba berhenti melangkah sebelum kemudian berbalik dan memandang Tang En. Tindakannya ini mengagetkan Tang En, membuatnya lupa untuk berhenti menatapnya.     

Wanita itu tak tampak marah dan menunjukkan senyum profesionalnya kepada Tang En. "Apakah Anda Tuan Tony Twain?"     

Tang En mengangguk.     

"Apa Anda di sini untuk bertemu dengan Tuan Doughty?"     

Tang En menganggukkan kepalanya lagi, dan bidang pandangnya berhenti di dada si wanita, sekali lagi lupa untuk tidak menatap. Kedalaman gunung-gunung yang menjulang tinggi ke awan, adalah titik terakhir yang terlihat dari bidang pandangnya.     

"Maaf. Tuan Doughty saat ini sedang tidak ada di kantornya."     

"Oh ... Hah?" Tang En akhirnya kembali ke dirinya yang normal dan menggeser bidang pandangnya ke arah wajah wanita itu. Penampilannya di atas rata-rata, dan bentuk tubuhnya tidak buruk. Tang En kemudian menjawab, "Ke mana dia pergi?"     

Wanita itu menggelengkan kepalanya, dan bola api itu melompat lagi. "Tuan Doughty tidak memberi tahu saya. Bolehkah saya bertanya apa Anda sudah membuat janji temu dengannya sebelum ini?"     

Tang En menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, aku hanya ... tiba-tiba ingat bahwa aku harus bertemu dengannya. Dia tidak mengatakan kapan dia kembali?"     

"Tidak, Pak. Apa Anda ingin menunggu di kantor Pak Doughty?"     

"Baiklah, kalau begitu aku akan menunggu sebentar." Tang En berpikir bahwa karena Kerslake sedang mengawasi tim pemuda, tak ada yang perlu dikhawatirkan tentang latihan tim.     

"Silakan lewat sini, Tuan Twain." Wanita itu kembali untuk memimpin jalan, dan, karena itu, Tang En bisa sekali lagi mengagumi gaya berjalan wanita itu.     

Wanita itu membawa Tang En ke dalam kantor Doughty, dan meletakkan secangkir air putih di sampingnya sebelum pergi. Tapi, Tang En menghentikannya.     

"Ini ... Erm, Nona. Aku belum pernah melihatmu sebelum ini. Apa kau karyawan baru di sini?"     

Wanita itu tersenyum dan mengangguk. "Ya, Tuan Twain. Saya sekretaris pribadi Tuan Doughty, Barbara Lucy. Anda bisa memanggil saya Barbara."     

"Nona Barbara, Anda bukan orang Inggris, bukan?" Tang En bertanya, karena Lucy berbicara dengan aksen Amerika yang lancar.     

"Ya, Pak. Saya dari Liverpool, tapi saya tinggal di Amerika saat saya pergi ke sana untuk belajar."     

"Oh."     

"Tuan Twain, apa ada hal lain yang ingin Anda tanyakan?"     

"Eh, kurasa tidak. Tidak ada lagi."     

"Kalau begitu aku akan pergi. Sampai jumpa, Tuan Twain." Barbara Lucy dengan sopan mengucapkan selamat tinggal pada Tang En, sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan.     

Tang En menatapnya ketika dia menutup pintu, lalu mengangkat bahu. Dia mengerutkan bibirnya dalam upaya meniru cara Lucy berbicara, dan bergumam pada dirinya sendiri, "Selamat pagi, Pak. Tidak, Pak. Baiklah, Pak. Terima kasih, Pak. Selamat tinggal, Pak ... Apakah Anda memproduksi robot bahasa Inggris untuk penjualan dalam negeri?"     

Saat Tang En menjadi satu-satunya orang yang tersisa di dalam ruangan yang luas ini, dia akhirnya bisa melihat bagian dalam kantor dengan baik. Ada komputer baru di atas meja bos, membuat ruangan lawas itu diisi dengan nuansa modern. Ada banyak perubahan lain seperti ini di ruangan itu, dan ruangan itu tampak sangat berbeda dari terakhir kali dia melihatnya.     

Dia masih ingat saat terakhir kali dia berada di sana. Dia baru saja bepergian lintas waktu ke Nottingham Forest beberapa hari sebelumnya dan baru akan menuju ke London untuk menghadiri sidang karena telah menjelek-jelekkan Football Association. Pada saat itu, Doughty tua berkata kepadanya dengan senyum di wajahnya, "Jangan khawatir, Tony. Klub akan mendukung Anda sepenuh hati."     

Setengah tahun kemudian karena alasan kesehatan, lelaki tua yang mendukungnya menyerahkan tongkat estafet kepada putranya Edward Doughty, pria yang mengantarnya ke London sebelum ini.     

Mendukungku?     

Memikirkannya kembali, kata-kata itu terdengar sangat ironis saat ini. Kalau kau mendukungku, apa kau menawarkan perubahan kontrak padaku setelah aku memimpin tim dengan lima kemenangan beruntun? Kalau kau mendukungku, apa kau akan menghubungiku setelah tim mengalami kekalahan di babak playoff, untuk menghiburku dan mengulangi kata-kata yang telah kau katakan padaku sebelumnya?     

Sama sekali tidak.     

Pak tua, sejak awal, kau tak pernah memperhitungkan masa depanku dengan serius. Siapa saja bisa bicara omong kosong. Memikirkan kembali tentang paruh pertama tahun lalu, aku benar-benar bodoh. Aku benar-benar berjuang dan bertingkah seperti kelinci dengan wortel yang diikat di sebuah tongkat, mengejarnya tanpa henti ... Aku seharusnya meninggalkan tempat ini dengan penuh gaya sejak awal.     

Tapi….     

Tang En ingat batu nisan yang berdiri diam di tempat pemakaman di belakang gereja kecil.     

... Penggemar Nottingham Forest yang paling setia, suporter George Wood selamanya...     

Pak tua dan Edward ... Apa kalian benar-benar mengira aku memilih tetap tinggal disini karena kecintaan dan kesetiaanku pada klub yang tak tertandingi?     

Kalau aku sendirian, aku bisa pergi kapan saja aku mau. Itu bukan masalah besar! Tapi masih ada dua anak di sini yang kukhawatirkan — yang satu sangat cerdas dan tajam, sementara yang lain pendiam dan jujur. Hanya saja aku tak bisa berhenti mencemaskan mereka. Meskipun yang satu sudah tidur lelap di bawah tanah, tapi yang satunya masih hidup!     

Tang En mengambil napas dalam-dalam, membuatnya kembali memperoleh ketenangannya.     

Tiba-tiba, suara marah Des Walker terdengar ke dalam ruangan melalui jendela yang terbuka. "Bangkitkan semangat kalian! Lihatlah diri kalian saat ini! Kalian tampak lebih buruk daripada para pemain biasa itu!"     

Tang En berjalan ke jendela dan membuka tirai, ingin melihat apa yang terjadi selama latihan rutin tim pertama. Pada akhirnya, situasi yang dilihatnya membuatnya menggeleng dan mendesah.     

Hampir semua orang di lapangan latihan itu tampak lesu dan tak fokus. Bahkan kapten tim, Michael Dawson, juga telah kehilangan semangat juangnya yang menggebu. Alisnya menyatu membuatnya berkerut, dan langkah kakinya lambat.     

Inikah Nottingham Forest yang dikenalnya?!     

Apa yang dilakukan si idiot Collymore itu! pikir Tang En saat dia menghantamkan tinjunya ke dinding.     

Aku telah bersusah payah membuat tim memulihkan semangat juang dan kepercayaan diri mereka, dan campur tanganmu yang tak terarah membuat tim kembali ke kebiasaan lama mereka dalam semalam!     

Melihat pemandangan yang terjadi di lapangan latihan, Tang En benar-benar ingin bergegas maju dan menendang pantat para pemain profesional itu satu per satu. Mereka sama sekali tak menyenangkan seperti para remaja dari tim pemuda miliknya.     

Des Walker berteriak beberapa kali sebelum dia berhenti melakukannya, menyadari bahwa itu sia-sia saja. Tim saat ini berada di peringkat keenam dari bawah dan mengalami delapan kekalahan beruntun. Semangat tim tak bisa lebih buruk daripada ini, dan bahkan saham Nottingham Forest juga terkena pengaruhnya, nilainya jatuh secara dramatis. Apa lagi yang bisa dilakukannya sebagai asisten manajer?     

Bowyer sangat beruntung karena telah menyimpan kenangan terindah Nottingham Forest, dan tak harus berurusan dengan Nottingham Forest yang menyebalkan ini!     

Tang En tak ingin melihat mereka lagi. Dia menyadari bahwa dia telah menunggu Edward terlalu lama, tapi masih belum ada tanda-tanda dia akan kembali. Siapa yang tahu kemana dia pergi? Mungkin dia bersembunyi di suatu tempat dan tak ingin bertemu Tony Twain!     

Mendorong pintu terbuka, Tang En hampir menabrak Nn. Barbara Lucy. Untungnya, dia berhasil mengelak di saat yang tepat, atau kulitnya pasti akan terbakar oleh kopi panas yang dibawa wanita itu.     

Klang! Cangkir keramik itu jatuh ke lantai, hancur berkeping-keping setelah memperdengarkan suara retak yang keras. Kopi yang harum itu tumpah membasahi lantai.     

"Ah! Maaf, maaf, Tuan Twain! Apa Anda tersiram kopi? Apa saya mengotori pakaian Anda?" Nn. Lucy panik dan berteriak. Dia bingung apa yang harus dilakukan, bahkan nada suaranya ikut berubah.     

Sebaliknya, Tang En mulai tertawa. "Tentu saja aku baik-baik saja. Aku hanya kasihan pada kopi itu. Apa kau baru akan memberikannya padaku?"     

"Ya, Pak. Saya khawatir Anda sudah menunggu terlalu lama."     

Lucy berjongkok untuk mengambil potongan-potongan cangkir itu, dan Tang En membungkuk juga untuk membantunya.     

"Tak apa-apa, aku baru akan pergi." Tang En menempatkan pecahan cangkir itu ke nampan, sebelum membersihkan tangannya dan berdiri.     

Lucy, yang masih berjongkok, agak terkejut mendengarnya. "Apa Anda tidak ingin menunggu lebih lama, Tuan Twain? Mungkin Tuan Doughty akan segera kembali?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.