Mahakarya Sang Pemenang

Tang En And Edward Bagian 2



Tang En And Edward Bagian 2

0Tang En menatap sekretaris itu dari atas. Melalui garis leher kemeja kuning muda, dia bisa melihat dengan jelas Parit Mariana yang ada di dalamnya. "Tak apa-apa. Kurasa Edward pasti sibuk dengan sesuatu. Selain itu, aku juga punya hal-hal lain yang harus kulakukan. Sampai jumpa, Nn. Barbara." Melambaikan tangannya, Tang En berbalik dan melangkah pergi.     
0

Suasana hati Tang En yang tadinya buruk tak lagi sama setelah melihat sisi lain "robot wanita" itu. Tidak, dia bukan robot sama sekali.     

Lucy memiringkan kepalanya saat dia melihat punggung Tang En, seolah-olah dia tenggelam dalam pikirannya.     

Kerslake, yang mengawasi lapangan latihan dari pinggir lapangan, mendengar suara langkah kaki melewatinya. Dia merasa ada sesuatu yang salah, tapi dia tak terlalu memperhatikannya. Kerslake hanya bertanya dengan santai, "Kau kembali begitu cepat, Tony? Atau apa ada yang ketinggalan? Atau kau tiba-tiba tak berani bertemu dengan Yankee itu?"     

"Apa Anda merujuk pada saya, Tuan Kerslake?"     

"Wa!" Kerslake melompat kaget. Setelah pulih, ia melihat bahwa orang yang berdiri di sampingnya bukanlah Tony Twain, melainkan ketua klub sepakbola dan orang yang baru saja ia panggil "Yankee," Edward Doughty.     

Ketua muda Nottingham Forest itu berpakaian sangat santai. Dia memakai jaket kuning di atas sweater hijau, celana jeans biru muda, dan sepatu olahraga putih. Dia benar-benar berbeda jika dibandingkan dengan ayahnya yang, apapun situasinya, selalu mengenakan setelan rapi dan menyisir rambutnya dengan rapi sebelum tampil di depan orang lain. Edward tampak sangat energik, tapi sangat berbeda dari ketua klub sepakbola tradisional Inggris.     

"Tuan Ketua. Anda ... Kenapa Anda ada di sini?" Kerslake sangat terkejut sampai lidahnya terbelit, karena Doughty jelas mendengar Kerslake memanggilnya Yankee.     

"Kudengar kalian mengalahkan Arsenal dua hari yang lalu, jadi aku datang untuk memberi ucapan selamat pada kalian semua. Aku tidak boleh melakukan itu?" Berbeda dengan ayahnya, Edward tidak menatap mata lawan bicaranya saat dia berbicara dengan mereka. Sebaliknya, ia cenderung melihat ke sekeliling.     

"Tentu saja boleh. Tapi pada kenyataannya, kami hanya mengalahkan tim pemuda Arsenal. Sebenarnya, itu tidak banyak."     

Doughty terbatuk dua kali sebelum berkata, "Tidak masalah apa yang terjadi, kau seharusnya diberi hadiah karena berhasil menang. Selamat, Tuan Kerslake, Anda melakukan pekerjaan dengan baik." Edward mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan asisten manajer tim pemuda, David Kerslake.     

"Terima kasih atas pujian Anda, Tuan Ketua. Tapi sebagian besar pujian itu harus diberikan pada Manajer Twain."     

Edward mengangguk dan bertanya, "Di mana Tony?"     

"Hmm? Anda tak berpapasan dengannya dalam perjalanan ke sini?" Kerslake merasa itu aneh. Edward bahkan tampak lebih bingung darinya.     

"Oh? Aku tidak melihatnya. Kalau begitu, dia pergi ke tim utama?"     

"Dia pergi mencarimu, Tuan Ketua."     

"Ah ..." Edward menggaruk kepalanya. Dia datang untuk mencari Twain, tapi Twain pergi untuk mencarinya. Keduanya bahkan tak saling berpapasan dalam perjalanan. Dia melemparkan pandangan bosan ke arah lapangan, tapi segera setelah itu perhatiannya benar-benar dicuri oleh salah satu pemain di lapangan.     

Para pemain saat ini menjalani latihan Rondo di lapangan. Latihan itu biasanya terdiri atas empat atau lima orang yang membentuk lingkaran kecil, di mana orang-orang di dalam lingkaran akan terus-menerus mengoper bola satu sama lain. Satu-satunya aturan bagi mereka adalah bahwa mereka hanya boleh menyentuh bola satu kali untuk setiap operan, dan akan ada pemain lain di dalam lingkaran yang bertugas merebut bola. Si perebut bola ini boleh menggunakan segala cara, kecuali pelanggaran, untuk menyentuh bola. Jenis latihan yang mirip seperti game mini ini dapat meningkatkan kemahiran pemain dalam mengoper bola, dan pada saat yang sama meningkatkan kerja tim mereka. Latihan ini juga dilakukan di area kecil dengan kecepatan tinggi, yang sangat mirip dengan situasi di pertandingan nyata.     

Karena penampilannya yang luar biasa selama pertandingan hari Sabtu kemarin, Kerslake mengatur agar Wood menjadi perebut bola sebagai semacam hadiah baginya. Anak yang, operannya direbut oleh Wood, takkan bergabung dengan lingkaran dan ganti menjadi perebut bola. Sebaliknya, ia akan harus berlari satu putaran lapangan latihan sebagai hukumannya.     

Edward tak memiliki cukup pengetahuan tentang sepakbola, dan tentu saja, dia tak bisa memahami arti dan tujuan dari latihan semacam itu. Tapi, itu tak menghentikannya untuk memperhatikan George Wood, yang merebut bola di tengah lingkaran. Dalam waktu sekitar lima menit, dia sudah membuat lima orang di lingkaran luar berganti posisi — mereka semua harus berlari satu putaran mengelilingi lapangan. Kecepatannya sangat tinggi, terlepas dari saat dia berbalik, saat dia berlari jarak pendek, atau saat dia menendang bola. Seolah-olah dia sudah berada di depan pemain penerima umpan saat bola baru saja akan dioper, membuat rekan setimnya yang tak waspada akan membuat Wood berhasil mencegat bola.     

"Sangat mengesankan. Kecepatannya tinggi dan aksinya kuat! Seperti anjing pemburu yang akrab dengan aroma bola sepak." seru Edward.     

Kerslake mengikuti pandangan mata Edward dan melihat Wood. Kerslake tersenyum, "Apa Anda bicara tentang dia? Tuan Ketua, George Wood adalah seorang jenius yang ditemukan Tony Twain dari jalanan! Seorang jenius dalam pertahanan!"     

Saat mereka berbicara, orang lain meninggalkan lingkaran untuk melaksanakan hukumannya. Orang itu adalah Ross Gardner, pemain dengan teknik passing terbaik di tim. Dia tidak terus berlari untuk menjalankan hukumannya, tapi malah berlari langsung ke arah Kerslake dan mengeluh, "Manajer, ini terlalu tidak adil. Lingkarannya terlalu kecil. Bahkan sebelum kita bisa menerima bola, bola itu dicegat Wood."     

"Kalau begitu, apa kau punya saran yang lebih baik, Ross?" Kerslake tak memarahi Gardner yang berinisiatif melakukan sesuatu atas kemauannya sendiri, tapi sebaliknya dia kembali mengarahkan pertanyaan itu kepadanya.     

"Perluas lingkarannya, Manajer."     

"Sampai seberapa besar?"     

Gardner menoleh dan melihat ke arah orang-orang yang sangat sibuk dengan Wood, sebelum berkata pada Kerslake, "Lingkaran radius 15 meter."     

"Oh tidak bisa, itu takkan bisa memenuhi tujuan melatih kalian semua," kata Kerslake sambil menggelengkan kepalanya.     

"Tapi ... Manajer." Gardner terlihat seolah-olah ada sesuatu yang lain di benaknya, tapi dia tak berani mengatakannya.     

"Apa ada masalah lain, Ross?"     

"Manajer ... Selain Wood, kami semua sama-sama merasa kalau tujuanmu bukanlah untuk melatih kemampuan passing kami, melainkan untuk melatih Wood dalam bertahan."     

Kerslake tak bisa lagi menahannya dan tertawa terbahak-bahak setelah menyadari bahwa anak-anak ini memang cukup pandai. Itu memang benar, itu memang tujuannya. "Baiklah, baiklah, perluas lingkaran ke radius 15 meter. Tapi kau masih harus menjalankan hukumanmu, Ross." kata Kerslake sambil mengedip pada Gardner yang tampak kecewa.     

Gardner menundukkan kepalanya dengan sedih dan melanjutkan hukumannya. Edward, yang mencuri dengar pembicaraan mereka, menjadi semakin tertarik pada George Wood. Karena itu, ia terus berdiri di sana dan mengamati selama 10 menit.     

Meski jarak operan para pemain meningkat setelah lingkaran diperluas, tingkat keberhasilan operan mereka juga meningkat. Mereka yang mengoper bola merasa senang, tapi hal itu memberikan dampak yang besar pada Wood. Dia berlari bolak-balik di dalam lingkaran dan menghabiskan semua energinya dan akhirnya tak bisa mengimbangi kecepatan bola yang dioper. Tapi, dia tak berkecil hati dengan itu, dan terus berlari bolak-balik mengejar bola.     

Kerslake, yang berada di tepi lapangan, malah menggelengkan kepalanya. Anak itu masih saja hanya bisa memanfaatkan kebugaran fisiknya untuk mengejar bola, tapi bagaimana mungkin satu orang bisa berlari lebih cepat dari sebuah bola yang dioperkan oleh begitu banyak orang? Kerslake sedikit membungkuk pada Edward, yang berdiri di sampingnya, dan berkata, "Maaf, Tuan Ketua ..." Dia menunjuk ke arah lapangan.     

Edward tahu apa yang hendak dia katakan, jadi dia mengangguk dan menjawab, "Pergilah menyibukkan diri. Aku juga harus kembali."     

"Sampai jumpa, Tuan Ketua. Mungkin Anda bisa bertemu Tony dalam perjalanan kembali."     

"Haha, aku juga berharap begitu. Sampai jumpa, Manajer Kerslake."     

Melihat Kerslake yang bergegas melangkah ke lapangan setelah meniup peluit untuk menghentikan latihan, Edward berbalik dan meninggalkan lapangan latihan. Saat dia sudah cukup jauh, dia masih bisa mendengar teriakan Kerslake.     

"Posisi! Posisi! Sudah berapa kali kukatakan padamu, George Wood! Jangan hanya mengejar bola membabi buta, kau harus menilai posisimu dan lawanmu, sebelum memutuskan langkahmu selanjutnya!"     

Edward mengangkat kepalanya dan memandang langit yang cerah dan jernih. Pada saat yang sama, dia mendengarkan kicauan burung-burung dan teriakan energik si manajer, sambil menghirup udara segar yang disertai aroma tanah. Edward tiba-tiba memiliki dorongan untuk berteriak sekencang-kencangnya — ini adalah klub yang akan segera menjadi milikku, Edward Doughty, sendiri!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.