Mahakarya Sang Pemenang

Konferensi Pers Bagian 1



Konferensi Pers Bagian 1

0Menurut para wartawan, pertandingan itu sangat menarik, dengan banyak pasang surut terjadi di dalamnya. Tapi, konferensi pers yang diadakan usai pertandingan adalah fokus utama mereka. Para wartawan sangat ingin mendengar pendapat dari kedua manajer tim tentang kerusuhan fans yang terjadi selama pertandingan.     
0

Segera setelah pertandingan berakhir, para wartawan dengan cepat mengakhiri wawancara mereka di area umum dan berkumpul di tempat diadakannya konferensi pers sambil menunggu para manajer keluar.     

Tang En adalah orang pertama yang keluar, dan orang yang tampak muram di belakangnya adalah manajer Millwall, Alan McLeary. Menurut aturan yang ada, kedua manajer harus saling berjabat tangan sebagai tanda kesopanan. Tapi, Twain duduk di kursinya dengan kedua tangan di dalam sakunya, dan sepertinya dia sama sekali tak punya niat untuk berjabat tangan dengan McLeary. McLeary berdiri tertegun di atas panggung selama sepersekian detik, sebelum kemudian duduk di kursinya sendiri sambil masih agak canggung.     

Segera setelah ofisial pers mengumumkan dimulainya konferensi pers, semua wartawan segera mengangkat tangan mereka.     

Tampak jelas bahwa topik yang menjadi perhatian banyak wartawan bukanlah skor mengejutkan 7:1. Skor berapapun bisa terjadi di lapangan sepak bola, dan skor 7:1 masih dianggap berada di dalam batas Bumi, dan tidak terlalu jauh seperti halnya jarak ke Mars. Pertandingan ini penuh dengan nilai publisitas dan aksi. Kisah yang akan menarik perhatian publik terjadi di tribun penonton. Lagu menghina yang dinyanyikan oleh fans Millwall dan juga kerusuhan yang disebabkan oleh fans dari kedua belah pihak adalah topik yang menarik yang ditanyakan oleh wartawan.     

Menghadapi pertanyaan-pertanyaan itu, Tang En menyambar mikrofon lebih dulu untuk menjawab. Semakin cepat dia menyelesaikan apa pun yang ingin dia katakan, semakin cepat pula dia bisa meninggalkan tempat ini dan kembali ke Nottingham. Dia tak berniat untuk duduk lama-lama dengan pria yang ada di sampingnya saat ini.     

"Aku paham kalian semua sangat ingin tahu tentang hal-hal yang terjadi di tribun penonton, tapi aku tak ingin menyinggungnya lagi. Sebagai gantinya, kusarankan kalian bertanya pada ketua klub Millwall dan tuan manajer yang duduk disampingku. Mereka adalah yang paling tahu tentang orang-orang seperti apa fans mereka itu." Kalimat ini secara langsung membuat Twain menjadi musuh semua warga Millwall, tapi ia sama sekali tak peduli tentang itu karena ia tidak mendapat kemenangan berkat memiliki hubungan baik dengan mereka. "Aku hanya ingin mengatakan satu hal, bahwa aku sangat senang dengan penampilan para pemainku di babak kedua, dan bahwa mereka sangat layak untuk mendapatkan kemenangan dalam pertandingan ini."     

Seorang reporter kelihatannya bisa melihat niatan Tang En untuk segera pergi, dan karenanya dia bertanya dengan tergesa-gesa, "Tuan Twain! Penampilan tim Anda di babak pertama dan babak kedua sangat berbeda. Apa yang Anda katakan selama jeda istirahat di akhir babak pertama? Apa ada pengaturan khusus yang Anda lakukan?"     

Tang En menatap wartawan itu dan berkata, "Aku memberitahu para pemainku bahwa kalau mereka marah saat mendengar nyanyian para fans Millwall itu, maka mereka harus mencetak gol untuk membungkam mulut semua fans itu. Setiap kali mereka bernyanyi, kami akan mencetak gol. Setiap kali mereka bernyanyi, kami akan mencetak gol. Sampai mereka takkan berani membuat suara apapun. Aku sangat senang para pemainku berhasil melakukannya."     

Setelah itu, Tang En tak mempedulikan keributan yang disebabkan oleh pernyataan itu dan meletakkan kembali mikrofon ke atas meja, sebelum kemudian melangkah pergi.     

Ofisial pers mengingatkannya, "Pak, konferensi pers masih belum berakhir..."     

"Konferensi persnya belum berakhir, bukan konferensi persku." Kata Tang En sambil menunjuk ke arah McLeary dan berkata. "Aku tak punya apa-apa lagi untuk dikatakan, Tuan Ofisial. Semuanya!" Tang En meninggikan suaranya ke arah para wartawan dan berkata, "Kalau kalian punya pertanyaan lain, kalian bisa bertanya sepuasnya pada Tuan Alan McLeary!"     

Setelah itu, dia berbalik dan melangkah pergi.     

McLeary yang muram bergumam di balik punggung Tang En, "Aku belum pernah melihat seseorang dengan tatakrama yang buruk seperti itu."     

Tang En, yang baru akan melangkah pergi, berhenti karena mendengarnya menggumamkan itu. Dia kembali berbalik dan menatap McLeary, tatapannya begitu sengit seolah-olah dia dia ingin melahap McLeary. "Tatakrama? Tuan Alan McLeary ..." Tang En berbicara perlahan, mengartikulasikan setiap kata dengan jelas. "Ada satu hal yang aku benar-benar yakin tentangnya, dan itu adalah fakta bahwa tatakramaku jelas beberapa ratus juta kali lebih baik daripada kau dan para suportermu di tribun penonton!"     

Setelah menyelesaikan ucapannya, Tony Twain benar-benar mengabaikan para wartawan yang meneriakkan namanya dan meninggalkan ruang konferensi pers kecil itu tanpa menoleh lagi.     

※※※     

Nottingham Forest menang atas Millwall dengan skor 7:1 dalam pertandingan tandang mereka, dan berhasil maju ke semi-final. Tapi, hanya ada sedikit sekali berita yang memuat skor itu. Sebaliknya, berita utama sebagian besar surat kabar di Inggris justru memuat kerusuhan yang dilakukan oleh para fans.     

Media bisa menghubungkan ini dengan pertandingan musim lalu antara Nottingham Forest dan Millwall, di mana perkelahian para hooligan sepak bola menyebabkan kematian seorang anak tak berdosa. Oleh karena itu, mereka memberi judul artikel koran mereka sebagai berikut: Kembalinya hooligan sepak bola! Kembalinya kekerasan sepakbola!     

Sejenis kegembiraan yang terpendam terasa dengan jelas di koran-koran itu.     

Sebenarnya, sikap media yang seperti ini bisa dijelaskan oleh malapetaka yang terjadi 14 tahun sebelumnya.     

Sejak terjadinya insiden Hillsborough, Lady Margaret Thatcher yang selalu menentang sepak bola sebagai olahraga, akhirnya menemukan alasan untuk mempermasalahkan bentuk "olahraga kekerasan" ini. Dia menunjuk Lord Justice Taylor untuk melakukan penyelidikan independen terperinci yang ditargetkan pada lingkungan sepak bola di Inggris pada waktu itu. Hasilnya, dua versi "Taylor Report" dipublikasikan dalam rentang waktu enam bulan.     

Di dalam laporan yang terkenal ini, Lord Justice Taylor mengajukan berbagai saran untuk sepakbola sebagai olahraga, serta saran-saran yang berkaitan dengan sikap masyarakat Inggris terhadap asumsi tanggung jawab. Tapi, pemerintah Inggris hanya mengadopsi sejumlah kecil saran yang ada disana, seperti misalnya rekonstruksi stadion, mengubah semua akomodasi tribun berdiri menjadi tribun dengan tempat duduk, dan menghilangkan pagar pembatas.     

The Sports Ground Safety Authorities yang sudah dibentuk di tahun 1973 oleh Pemerintah Inggris, dan stadion-stadion olahraga yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan tidak akan diberi sertifikasi keselamatan. Namun, sertifikasi keselamatan untuk Stadion Hillsborough, tempat tragedi itu terjadi, telah kadaluarsa selama lebih dari 10 tahun! Menurut sertifikasi keselamatan yang sudah kadaluarsa di Stadion Hillsborough, zona ketiga dan keempat dari tribun Barat hanya bisa menampung hingga 2.200 orang. Tapi pada kenyataannya, kapasitas tampung maksimumnya adalah kurang dari 1.700 orang. Ketika tragedi itu terjadi, terdapat lebih dari 3.000 fans yang mencoba masuk ke dalam dua zona kecil ini, sehingga langsung menyebabkan terjadinya peristiwa desak-desakan yang berakhir dengan banyak korban.     

Kalau kita lihat dari sudut pandang subyektif, tindakan Lady Margaret Thatcher ini dilakukan untuk menindas sepak bola, sebuah olahraga yang sangat dibencinya. Sementara kalau kita lihat dari sudut pandang obyektif, tindakan itu memang merevolusi sepakbola Inggris. Sekarang ini, para penonton bisa duduk di kursi plastik dan ada rute evakuasi khusus di stadion. Semua perubahan yang membuat kita bisa menonton sepak bola di stadion yang diperbarui ini adalah berkat Taylor Report dan pemerintahan Thatcher.     

Taylor Report juga membangun pondasi yang kuat dalam pembentukan Liga Utama Inggris terutama dalam hal keselamatan dan fasilitas perangkat keras. Di tahun 1992, Liga Utama Inggris yang telah lama ditunggu-tunggu akhirnya dijalankan, selama sesaat mampu menarik perhatian fans sepak bola di seluruh dunia dengan pertandingan-pertandingannya yang sangat menawan. Dibawah manajemen yang sangat komersil, Liga Utama Inggris semakin tampak mempesona sejalan dengan berlalunya waktu. Kelihatannya sepak bola Inggris sekali lagi memperoleh kejayaannya dan bahkan noda holiganisme sepak bola kelihatannya telah menghilang dari liga Inggris tertinggi ini.     

Pada kenyataannya, terkait masalah hooliganisme sepak bola, pihak yang seharusnya bertanggungjawab dan menebus kesalahan mereka atas terjadinya tragedi tersebut tidak hanya para fans. Pemerintahan Inggris dan media juga harus menanggung sejumlah tanggungjawab.     

Bahkan, mungkin 99 persen populasi fans sepak bola Inggris tidaklah bersalah. Namun, selama masih ada satu persen hooligan sepak bola yang eksis, maka sisa fans yang lain juga akan turut dipersalahkan. Terdapat sebuah 'daftar hitam' di dalam markas besar Kepolisian Inggris Scotland Yard yang digunakan secara khusus untuk mencatat identitas para hooligan sepak bola, dan daftar itu telah dibuat sejak masa Pemerintahan Thatcher. Lebih dari 10 tahun telah berlalu, dan mereka terus saja mematuhi prinsip Lady Thatcher yang pernah diusulkannya dengan giat – dia lebih suka salah membunuh 3,000 orang, daripada membiarkan 1 orang pelaku lolos.     

Sebagai akibatnya, banyak fans yang tak bersalah turut terkena imbasnya. Ada beberapa fans yang memiliki pekerjaan yang jelas dan tidak punya catatan kejahatan sebelumnya tertulis di dalam daftar hitam, dilarang menonton pertandingan sepak bola secara langsung di stadion. Alasannya hanya karena "mereka dulu memasuki stadion yang sama dengan para hooligan sepakbola", atau bahwa "mereka mabuk di bar yang sama dengan para hooligan sepak bola."     

Tentu saja, alasan kenapa pemerintah memperlakukan masalah hooliganisme sepakbola dengan sangat keras, media juga memainkan peran integral di dalamnya seolah menuang bahan bakar ke dalam api.     

Sebuah contoh yang diambil dari sejarah Inggris akan bisa menjelaskan jenis peran yang dimainkan media dalam memperparah masalah hooliganisme sepakbola.     

Para fans Liverpool yang tinggal di Merseyside tak akan pernah melupakan kebencian mereka terhadap surat kabar The Sun sepanjang sisa hidup mereka, karena perusahaan surat kabar itu, yang memiliki cukup banyak pengaruh di negara ini, telah, dalam upaya mereka untuk menarik perhatian dan bersaing dengan The Daily Mirror untuk mendapatkan sumber berita, memutuskan untuk membuat kompilasi laporan secara selektif agar membuat insiden itu tampak lebih sensasional. Sebagai akibat dari keberhasilan mereka melakukan itu, hingga kini masih banyak orang yang, sebagai akibat dari laporan berita itu, percaya bahwa insiden Hillsborough disebabkan oleh fans Liverpool yang "terkenal buruk", dan bahwa mereka "pantas mati".     

Judul berita utama The Sun hari itu adalah "berita utama yang paling tak tahu malu di sepanjang sejarah pemberitaan" - KEBENARAN!     

Kebenaran yang diadopsi oleh The Sun adalah bahwa para fans Liverpool itu pantas mati, karena memang para fans Liverpool yang mabuk itulah yang menyebabkan tragedi ini. Mereka menggambarkan dengan jelas kepada para pembaca tentang segala sesuatu yang terjadi di Stadion Hillsborough: para "bajingan" fans Liverpool itu mengambil keuntungan dari kekacauan yang terjadi dan merampas dompet, pakaian, jam tangan korban yang meninggal dunia... mengencingi polisi yang berusaha mengembalikan ketertiban, memukul staf yang sedang memberikan bantuan resusitasi kepada mereka yang terluka, dan bahkan berusaha untuk memperkosa ramai-ramai fans wanita yang sudah meninggal!     

Rancangan awal dari headlines untuk laporan berita itu adalah "Kalian semua bajingan", sebelum kemudian mengeditnya menjadi "KEBENARAN" tepat sebelum mereka mempublikasikannya. Ironis sekali. Apa kebenaran yang sesungguhnya?     

Karena pemerintahan Thatcher menetapkan fans sepak bola sebagai "musuh dalam negeri", maka pemerintah tak mungkin peduli dengan keselamatan ataupun ketidakbersalahan mereka. Bahkan, mereka berharap media akan secara kolektif melaporkan tragedi Hillsborough sebagai sebuah insiden kerusuhan hooligan sepak bola. Itu adalah satu-satunya cara untuk menunjukkan betapa mereka sudah berpandangan jauh ke depan, dan memberikan justifikasi atas sikap jijik mereka terhadap sepak bola sebagai sebuah olahraga. Fakta bahwa hingga saat ini, konsultan privat Lady Thatcher masih merasa bahwa perspektif The Sun saat itu memang benar adalah bukti terbaik untuk itu.     

Kebenaran sejati muncul perlahan-lahan bertahun-tahun setelah kejadian itu, tapi kebenaran semacam ini hanya eksis di antara masyarakat. Setelah pengadilan yang tak terhitung jumlahnya, pengadilan Inggris memutuskan tragedi Hillsborough sebagai "insiden yang kebetulan terjadi", dimana polisi tidak harus memikul tanggung jawab atas insiden itu. Ironisnya, semua bukti yang mendasari keputusan pengadilan itu diberikan oleh polisi. Setelah itu, pengadilan Inggris menolak untuk membuka kembali sidang lain terkait permasalahan ini, karena menurut hukum Inggris, seorang jaksa penuntut swasta tak memiliki hak untuk mengajukan banding.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.